46. SUMUR ADALAH RUMAH MEREKA

40 21 2
                                    

"Jika berkunjung ke sumur sama dengan berkunjung ke rumah mereka, maka aku selalu memilih untuk menghindarinya."

Tulungagung, 2003.

Oma Swan yang menyambut kedatangan kami langsung menangis sambil memeluk kami bergantian. Rindu sekali, katanya. Kami dipersilahkan untuk duduk di ruang tamu, kemudian Papi dan Oma berbincang menggunakan bahasa Jawa, sementara aku dan Mami hanya menjadi pendengar yang baik. Aku yang tak begitu mengerti seluruh pembicaraan mereka hanya mengetahui bahwa mereka saling bertanya mengenai keadaan masing-masing dan membahas sesuatu mengenai paman tertua Papi yang namanya disebut secara berulang kali. Raut wajah Papi berubah menjadi muram, entah mengapa. Setelah melakukan perbincangan kurang lebih selama 15 menit, akhirnya kami diarahkan untuk menuju ke dalam rumah.

Hal pertama yang langsung terbayang olehku adalah sebuah sumur tua yang terletak di dalam rumah. Ya, di dalam rumah, kalian tak salah membaca. Aku tak tahu apakah ini termasuk normal atau tidak, apakah rumah-rumah pada zaman dahulu—terutama di Jawa, memang seperti itu. Walaupun biasanya sumur terdapat di luar rumah, maksudku seperti di halaman depan, tengah atau belakang... ini bukan kali pertamanya aku mengetahui hal seperti ini. Di Mojokerto, rumah adiknya nenekku dari pihak Mami, mereka juga memiliki halaman kecil dan sebuah sumur tua di bagian tengah rumah sehingga jika kami hendak menuju ke ruang makan, mau tak mau kami harus melewatinya.

Dulu di dalam sumur tua di rumah Tuluagung ini ada banyak sekali ikan mas yang didominasi dengan warna putih dan orange. Selain para ikan, ada juga sesosok makhluk yang mendiami sumur tersebut. Sosok tersebut menyerupai seorang perempuan, tetapi sepertinya berbeda dengan sosok kuntilanak yang sering aku temui. Aku tak bisa mendeskripsikan bagaimana bentuk sosok tersebut secara detail karena pada saat melihat ada sebuah wajah yang menengadah ke atas—tepat ke arahku, berserta sepasang mata yang menyala dari dalam sumur, aku segera memalingkan wajah dan berusaha untuk tak mencari tahu. Aku takut kejadian saat dahulu kembali terulang. Sosok yang ada di dalam sumur ini secara tak langsung mengingatkanku kepada sosok wanita penunggu sumur tua yang pernah "menarikku" ke dalam sumur di rumah lama.

"Apa di sumur masih ada ikan?" tanyaku penasaran kepada Oma Swan.

"Oh, iya, masih ada walau memang nggak sebanyak dulu sih. Kenapa? Ensa mau lihat?" Oma Swan mengalungkan lengannya pada pundakku.

Aku menggeleng cepat-cepat, takut ia salah memahami maksudku. "Cuma mau tahu saja kok," jawabku sambil tersenyum tipis. Baguslah kalau masih ada ikan di sana, tambahku dalam hati.

Kalian tentu saja tahu jika air adalah sumber kehidupan dan menjadi salah satu elemen penting dalam proses penciptaan alam semesta. Bumi dan segala isinya bisa hidup karena air, bahkan dua pertiga dari bumi ini merupakan lautan (dan oleh sebab itu pula laut menyimpan begitu banyak misteri yang tak terpecahkan, bahkan tak pernah kita duga).

Dan ternyata tak hanya kita saja yang menerima manfaat baik dari air, para makhluk halus pun juga. Mereka menganggap air adalah sesuatu yang sangat menarik dan juga penting karena bisa menjadi sarana tempat tinggal (atau setidaknya sarana bermain) seperti pohon, batu dan semacamnya.

Setelah kurenungkan kembali, sepertinya sumur menjadi sesuatu yang jauh lebih istimewa dibandingkan "tempat" yang lainnya, mirip seperti gua. Di sana lembab, gelap, berlumut, tertutup, tak terjangkau dan kebanyakan jarang dijamah manusia, kecuali jika ada suatu hal tertentu. Dan oleh karena itu, tempat tersebut sangatlah cocok untuk menjadi tempat persembunyian yang baik.

Namun, aku harap kalian tak takut dengan keberadaan sumur yang mungkin saat ini masih ada di rumah kalian. Jika ada sesuatu yang bisa dimanfaatkan atau lebih tepatnya bisa memberikan manfaat yang baik, maka kita harus memanfaatnya sebaik-baiknya, bukan membiarkannya terbengkalai begitu saja. Memang iya, kita harus tetap berhati-hati, terutama jika menyangkut anak-anak yang seperti diriku ini—lebih baik menghindarinya. Jika kalian bertanya mengapa? Itu karena kami lebih peka terhadap dorongan tertentu, jika kalian mengerti maksudku.

Aku tak tahu ini merupakan sesuatu yang benar atau tidak; atau mungkin hanya perasaanku saja. Setiap kali mengetahui bahwa ada tempat yang "berisi" sesuatu, ada semacam sinyal penghantar yang langsung justru terhubung di antara aku dan para mahluk tersebut. Rasanya sulit untuk mengelabui mereka. Alih-alih bisa terlihat seperti orang normal pada umumnya, entah mengapa sesuatu yang ada di dalam diriku seakan justru memberi pertanda seperti sebuah titik merah yang menyala dan mengumumkan bahwa, "HAI, SEMUA... AKU BISA MELIHAT KALIAN!"

Apakah kalian yang juga memiliki penglihatan mengalami hal yang aku alami? Apakah kalian juga merasa sulit untuk menghindar dari mereka dan berpura-pura mereka tidak ada? Apakah kalian merasa seperti terus-menerus diteror atau dihantui seumur hidup kalian? Jika iya berarti aku tak sendiri.

Aku tahu bahwa ini sulit, terutama karena hanya aku saja yang bisa melihat mereka di tempat ini. Tak ada teman atau keluarga yang bisa kujadikan tempat untuk berbagi tanpa mengalihkan pembicaraan (karena takut) atau menjugde (karena menganggap itu tak masuk akal). Aku tak tahu harus berbuat apa atau memberi respon seperti apa kepada mereka. Yang bisa kulakukan hanyalah berusaha membentengi diri agar tak kehilangan diriku— jati diriku, dan aku tahu itu akan memerlukan proses yang sangat lama dan panjang. Jika kalian masih bisa bertahan bersamaku, mendengar kisah perjalanan dan pengalamanku bersama mereka, aku ingin mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya. Senang rasanya karena ada yang mengetahui apa yang kurasakan.

»©»©»©»

Did you enjoy chapter 46 of VISIBLE 2?

Beri dukungan terhadap penulis dengan cara follow Wattpad: Ensatrixie, klik tanda bintang () di bawah, bantu mempromosikan cerita ini di medsos atau kepada teman-teman kalian 💕 Cuma butuh beberapa DETIK kok.

*Cerita ini merupakan karya original yang memiliki HAK CIPTA dan dilindungi oleh Undang-Undang. Di larang keras untuk mengkopi atau menerbitkan tanpa seizin penulis.

Thank you so much for your support and attention!

Love, Ensatrixie (IG), xoxo.

- Bersambung -

Books #1-3: The VISIBLE Series (Wattpad Books Edition)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang