Rahasia (1)

94 12 20
                                    

Pagi-pagi Glazia membaca tumpukan 100 buku kuno yang tebalnya tidak main-main tentu berkaitan kepemimpinan. Gadis ultra itu sangat bersemangat dan tertarik belajar hal yang mustahil dipelajari untuk remaja 3,000 tahun. Pagi ini sudah ada 10 buku yang sudah dibaca dan dipahami.

Dari kejauhan Emma memasang senyum lega, wanita itu menghampiri gadis yang duduk didekat jendela untuk mendapatkan pencahayaan perfect. Diletakkan nampan berisikan cangkir teh dan tidak lupa teko serta kue cookies.

"Nyonya Emma?" sapa Glazia tanpa menoleh dari buku.

"Sudah dapat berapa?"

"10 buku menuju 11 dalam waktu 90 menit"

"Hobi membaca ya. Zia-sama mari kita uji dirimu dengan 3 pertanyaan dari 10 buku yang kau baca"

Glazia mereka tertantang dan mengangguk tanda setuju. Emma mengambil tumpukan 10 buku yang telah dibaca untuk disingkirkan sejenak dari hadapan nonanya.

"Pertanyaan pertama, pendapatmu sendiri apakah kau pantas menjadi ratu suatu planet?"

"Tidak. Aku tidak akan mengambil tahtaku menjadi ratu dan memilih untuk merombak sistem pemerintahan. Kenapa? Karena aku tidak tinggal, tumbuh, berkembang di wilayah tersebut bersama rakyatnya"

"Pertanyaan kedua, jika kau tidak ingin menjadi ratu lalu apa yang akan kau lakukan untuk negerimu?"

"Melindungi wilayah tersebut dan berperan sebagaimana mestinya. Tanggung jawab tetaplah tanggung jawab"

Emma sempat terdiam, beberapa detik kemudian melengkungkan bibir ke bawah menampilkan senyum manis hingga lesung pipitnya tercetak jelas. Dirinya semakin yakin bahwa tidak sampai 100 buku nonanya dapat mengerti dasar-dasar kepemimpinan.

"Pertanyaan ketiga dan terakhir. Zia-sama apa impianmu?"

Glazia menghirup udara kemudian menghembuskan secara perlahan, gadis itu mengalihkan pandangan keluar jendela seakan pepohonan diluar sana lebih menarik namun sebenarnya memutar otak mencari jawaban.

Glazia POV

Aku bungkam seribu bahasa. Tidak tahu menjawab apa. Aku mulai mencari jawabannya. Didalam hati yang hampa.

Apakah impianku?

Apa yang mendorongku sejauh ini?

Aku berusaha menggorek lebih dalam pada hatiku.

Jawabanku....

Aku ingin menjadi orang yang selalu melindungi apa yang kusayangi, menjadi perisai mereka meski nyawa taruhan, menjadi putri yang baik sebagaimana harapan orangtuaku seperti yang dulu pernah disampaikan kakekku, menjadi perempuan kuat dalam menghadapi apapun, menjadi cahaya dan harapan.

Kulihat Nyonya Emma tersenyum lagi.

Normal POV

"Nyonya Emma? Aku ingin bertanya sesuatu darimu... Apa kau tahu semua hal yang kau lakukan padaku?" pertanyaan yang spontan meluncur membuat Emma terkejut dan untuk menetralkan kembali memasang senyum. "Kau mengenalku, kau memberikan Chryssa, kau bahkan memberikanku pembelajaran kepemimpinan. Apa ada maksud lain? Tolong ceritakan..."

Wanita itu membisu. Pandangan yang gelisah dan gugup amat jelas terlihat dari mata meski wajahnya setenang air. Cahaya matahari menembus jendela menghangatkan punggung Emma yang membelakanginya. Akhirnya wanita itu akan bicara.

"Hilang ingatanku menghapus banyak memoriku. Hal yang kuingat adalah kehidupan pribadi dan tugasku. Kaulah tugasku"

Glazia mengangguk kecil. "Apakah kau tahu sesuatu dariku?"

"Aku akan bercerita sedikit tentang dirimu dari sisa-sisa kepingan ingatan yang kuperjuangkan untuk diingat"

Apapun yang akan diceritakan oleh Emma, Glazia mengumpulkan segenap tenaga agar kuat mendengarkan semuanya.

"Kau bukan dari Tanah Cahaya atau Planet King. Dua orang yang misterius didalam memoriku memberikanku tugas padaku, dua orang itu sepertinya adalah atasanku dan kala itu aku seorang penyihir suatu kerajaan sayangnya aku melupakan namanya, lalu suara wanita terdengar 'Emma san bawa putriku pada guru yang sudah kuanggap ayahku' tidak lama suara pria berkata 'Asher san? Emma san? Walau sejarah planet kita dihapus tolong ajari putriku membebaskan planet ini, meski tidak ingin mengambil tahta setidaknya mampu membebaskan planet ini' dan yang lebih mengejutkan 'Kami hanya bagian ganda dari tubuh kami' benar-benar mengejutkan..."

Emma berhenti sejenak.

"Kaulah putri atasanku. Sayang sekali Zia-sama aku tidak mengingat lebih jauh. Sejarah rumahmu terhapus bersamaan dengan akhir hayat atasanku... tapi hatimu akan membimbingmu ke sana"

"Ka-kau memberikan Chryssa sebagai salah satu syarat membebaskan rumahku" gadis itu bersuara parau seperti habis menangis.

"Petunjuk lain adalah ramalan bunga liliput kristal. Bunga liliput kristal perwujudan sang putri dari 12 lembah berjiwa ksatria pelengkap api membara" kata Emma. "Konon liliput penghuni bunga kristal memang sangat kecil tapi sangat kuat"

"Aku tidak yakin itu aku. Seorang putri bukan, apalagi bunga liliput kristal"

"Semua memang rumit. Ada rahasia tentang......."

Glazia (Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang