Perang (5)

91 10 52
                                    

Setelah menciptakan sayatan pertama, Glazia mendarat diatas tebing dengan posisi membelakangi Drabus.

"Hei putri keras kepala! Lebih baik kau diam sembunyi dibalik dinding perisai dan menunggu pangeranmu untuk membawamu ke ending yang bahagia"

Drabus masih cakap besar meski  sayatan pertama yang ditinggalkan sang ultrawoman cukup dalam dan tidak bisa dipulihkan karena luka dibakar dengan pedang yang penuh kobaran api biru. Kini pedang tersebut sedang tidak mengeluarkan api biru alias padam.

Glazia geram.  Kemudian memutar balik tubuhnya.

Gadis itu mengacungkan pedang sebelah kanan dan menciptakan ilusi yang seolah-olah pedang tersebut akan menancap pada leher si raksasa. Memang bagian itulah yang diincarnya sejak awal.

"Sayang sekali disini tidak tercantum genre romance. Selain itu kisahku bukan kisah putri yang menunggu cinta. Memang benar aku menyandang status putri tapi aku bukanlah putri yang selalu dicekoki ribuan tata cara menjadi putri dan hanya berlindung dibalik perisai. Hah membosankan. Aku lebih menyukai kisah gadis biasa yang bertahan hidup agar bisa berguna untuk orang lain walau gadis itu terlalu peduli dengan omongan orang dibandingkan dirinya sendiri. Kisah romance dalam kamusku urusan terakhir atau cuma selingan. Dan kau tidak usah mengatur kisahku seenak jidat lebarmu. Perintahku adalah mutlak!"

Dual blade digenggam semakin erat dan dengan kecepatan tinggi melompat ke arah Drabus dan mendarat pada salah tangan besar. Gadis itu berlari beberapa langkah lalu membuat gerakan menebas seperti gasing pada salah satu lengan raksasanya hingga darah merah agak kehitaman muncrat tidak karuan, satu gerakan memutar langsung memotong dua tangan si titaner.

Jarak besar terbentang diantara mereka.

"Kau sudah menyebabkan kekacauan dan pemberontakan di Flamerist Lair. Kau harus membayarnya dengan disegel seperti yang tertulis didalam aturan!"

"Coba saja kalau bisa. Makhluk kecil sepertimu bisa apa?!"

Tangan Drabus mencoba untuk meninju dan Glazia memusatkan kekuatan pada kaki. Gadis itu memanfaatkan kepalan Drabus untuk dijadikan batu loncatan menuju ke langit.

"Hayai!"

Mata Drabus melotot kaget.

Gadis itu tidak kabur melainkan terbang dari atas kemudian menjatuhkan diri dalam kecepatan tinggi. Menuruni punggung sang raksasa dengan pedang yang menancap sehingga ada luka memanjang disepanjang punggung. Lalu mencabut dengan paksa dan bergerak melukai kedua kakinya sampai berdarah-darah.

Gadis ultra itu memakai kedua pedang perak yang terbuat dari serat tanaman besi dicampur bahan biji baja dan perak sehingga dapat menebus ketebalan benda apapun.

Tubuh Glazia memang mungil meski memiliki tinggi dibawah 50 meter (tapi kelihatan agak tinggi gara-gara heel sepatu) dibantu dengan gaya bertarung menyesuaikan tubuh sehingga speed miliknya.

"Benar-benar!"

Glazia melompat ke bagian tubuh atas dari titaner kemudian kembali meneruskan acara menggambar sayatan sampai menimbulkan cairan merah agak kehitaman pada berbagai bagian tubuh Drabus muncrat seperti air mancur.

Erangan titaner menggema ke seluruh penjuru planet kosong tersebut, tangannya berusaha untuk menangkap tubuh kecil Glazia tapi dia sangat-sangat lincah berpindah satu tempat ke tempat lain. Serangan laser dari tanduk tidak bisa dilepaskan atau titaner itu berniat untuk bunuh diri.

Saking terlalu cepat sehingga terlihat seperti melakukan teleportasi.

Glazia terus mencabik-cabik tanpa ampun tubuh keras Titaner Drabus dengan kedua pedangnya dimulai dari punggung, tangan, kepala, badan, kaki, tanduk sehingga terdapat banyak luka goresan ratusan meter dalamnya serta banjir darah.

Glazia (Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang