Hari demi hari telah lewat dan kegiatan Glazia berpusat di Silver Cross Hospital mengabdikan diri untuk negeri melalui tugasnya sebagai tenaga medis dan membimbing juniornya.
Bersama dengan sang rival nampak keduanya berjalan berdampingan di salah satu lorong rumah sakit sembari menenteng melamin berisikan kertas-kertas seperti data pasien dan semacamnya.
"Aku masih terpikir soal gadis kemarin lebih tepatnya mengucapkan kata 'Aly' dan menyerahkan benda bulat seperti lonceng padaku" kata Glazia sembari menatap kakinya sendiri yang melangkah.
"Masih memikirkannya? Positif thinking saja Zia, semua hanya kebetulan" Visora menyahut. "Sudahlah Zia jangan dipikir dalam-dalam nanti---"
Brug!
"Kau menabrak"
Belum sempat menyelesaikan ucapan, kejadian tersebut terjadi. Visora menghela nafas begitu rivalnya menabrak seseorang beruntung saja tidak sampai jatuh.
"Ma-maaf, aku tidak sengaja" kata Glazia membungkuk untuk meminta maaf karena kesalahannya akibat terlalu melamun.
"Itu bukan salahmu. Aku juga minta maaf, aku kurang fokus" jawab seorang ultraman yang berdiri tidak jauh dari sana. Ultra itu adalah Cosmos, kebetulan numpang lewat jenguk temannya.
Setelah itu Glazia melanjutkan perjalanannya diikuti Visora yang lagi dan lagi tertinggal dibelakang.
(Skip)
Sore harinya...
"Zia? Aku malam ini ada lembur, jaga rumah baik-baik, kalau ada apa-apa kabari aku jangan atasi seorang diri" pesan Zoffy sambil mengenakan jubah merahnya didalam acara berjalan menuju pintu.
"Baiklah. Hati-hati! Jangan lembur terlalu sering!" Glazia kembali ke kamar setelah menutup pintu utama segedhe gerbang.
Gadis itu membuka sebuah laci dan mengeluarkan benda yang mirip dengan lonceng pemberian unnamed girl. Maka diotak-atik benda yang dikira lonceng begitu diteliti, bukan lonceng hewan melainkan liontin lonceng untuk kalung makhluk hidup seukuran ultra.
Dibelahlah liontin tersebut menjadi 2 dan disalah satu sisi dalam lonceng terukir nama Aly dengan tambahan sufik chan dibelakangnya. Bukan cuma ukiran nama saja tetapi ada catatan kecil yang digulung sekecil mungkin menyisakan beberapa mili untuk diameternya.
"Aly chan?"
Telepati nyasar main nyangkut dikepala. "Aly chan panggilan ibumu, sayang. Jika penasaran dengan Aly chan coba tanyalah pada kakekmu, sayang, kau tidak salah dengar... Kakekmu tahu"
"Siapa itu?!" langsung Glazia menyabetkan cambuk ke udara kosong satu kali sampai memberantakkan buku-buku dari perpustakaan pribadi didalam kamar namun tidak ada jawaban. "Keluarlah!"
Tidak ada respon.
"Merepotkan!" gumamnya.
Iris white pearl giliran menatap buku yang berserakan di keramik hijau. Satu sabetan Chryssa dilantai mengangkat buku ke udara kemudian menambah satu sabetan lagi dan buku langsung kembali ke tempatnya.
Gadis itu membuka jendela dan menatap taburan bintang dilangit malam. "Aly chan nama ibuku dan kakek ada hubungannya... Mungkin aku salah dengar tapi mustahil sekali, telingaku baik-baik saja..."
Beberapa kali memastikan bahwa pendengarannya tidak budeg berhubung di Tanah Cahaya belum ada tukang teriak-teriak so telinga masih sehat dan aman.
"Lain waktu kubertanya pada kakek"
Catatan kecil yang digulung kecil kembali dia buka berisikan huruf abjad kuno. Karena kondisi kertas juga semakin memburuk, Glazia tidak dapat membacanya dengan lengkap. Disana terdapat kata kecil yang masih layak untuk dibaca yaitu 'Tanah Api'.
"Tanah Api? Hm... Tempat apa itu? Aku tidak pernah mendengarkannya... Ck semua begitu membingungkan saja" gumam Glazia sembari memainkan dua belahan lonceng.
KAMU SEDANG MEMBACA
Glazia (Revisi)
FanfictionKisah tentang Aoi Hi no Seishin. Kisah pahit dan manis seorang ultra warrior pemilik kekuatan api biru. Gelar Aoi Hi no Seishin (jiwa api biru) tersematkan pada dirinya. Sosok ultra warrior wanita biasa yang mengemban tugas sebagai seorang medis sek...