6 - Akhir Pekan

69 10 56
                                    

>> Space Garrison.

Seorang ultraman dewasa beberapa kali memainkan pulpen hitam yang selalu membantunya menggoreskan huruf demi huruf atau membubuhkan tanda tangan.

Iris putih kekuningan miliknya memerhatikan (membaca) setiap paragraf dengan tatapan datar ke arah kertas yang memiliki judul "Proposal Pengajuan Kerjasama" dalam cetak tebal. Kemudian membubuhkan tandatangan pada tempat yang disediakan.

Ultraman merah-silver itu kelihatan selalu sibuk dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Jika dulu masih bisa mengendalikan jam lembur dan selalu menyempatkan diri untuk bersantai setidaknya 30 menit, namun sekarang memilih lembur 24 jam nonstop dan mengerjakan tugasnya tanpa ingat waktu.

Namun sebenarnya sang ultraman masih bisa merasakan lelah dan ingin istirahat. Sayangnya tidak bisa. Jika dia beralih sekejap... Dia akan teringat dan terbayang kembali dengan seseorang yang sempat hilang dari kehidupannya. Si adik perempuan.

"Niisan! Aku masuk!"

Knop pintu diputar secara perlahan. Daun pintu terbuka.

Diambang pintu berdiri ultraman bertanduk seperti banteng mengenakan jubah merah yang terlihat mirip dengan jubah milik ultraman yang selalu sibuk dengan dokumen, seakan dokumen itu adalah objek yang lebih menarik dibandingkan bersantai.

"Akhir pekan kenapa lembur?!" Taro ingin mengucapkan kalimat ini tetapi percuma karena tidak didengarkan oleh Ultra Brother number 1.

"Beberapa minggu yang akan datang, Ace nii akan membuka stan makanan di salah satu festival di Prefektur Hokaido universe sebelah" Taro langsung bicara to the point.

"Lalu?"

"Yang peka sedikit dong!," batin putra semata wayang Ultra Mother secukup lelah. "Universe yang dekat dengan universe kita belum kita kunjungi. Siapa tahu adikmu ada disana. Sebelum mampir ke tempat Ace nii, ayo pergi keliling"

"Aku ikut"

"Baiklah"

"Pokoknya harus dapat Nobel prize karena berhasil membuat Zoffy nii teralihkan dari pekerjaan" batin Taro. Ntar bapak  rebutan ama Power :v

>> Bumi.

Lunaria selesai menjemur semua pakaian dijemuran di balkon rumah tingkat 3. Selesai menjemur, dia melewati teras yang berada di area belakang dekat empang di belakang kediaman. Tujuannya adalah ingin duduk sebentar sambil melihat Bunga Wisteria yang ditanam beberapa bulan yang lalu.

Sesampainya disana, dia mendapati seorang pemuda yang usianya beberapa bulan lebih tua Kinae sedang memancing dibawah pohon besar. Nama pemuda itu adalah Shinazura Zensuke. Ember besar yang berada disampingnya masih kosong.

"Masih berjuang, Zen" sapa Lunaria.

Pemuda dengan rambut pirang pucat itu menoleh dengan muka datarnya. "Apaan sih?!" protes Zensuke. Padahal kata-kata yang ingin dilontarkan cuma 3 huruf "iya".

Zensuke itu pemuda tsundere namun sebenarnya anak yang cukup baik, cukup kalem, cukup penyayang dengan dedek, dan bisa diandalkan untuk beberapa kondisi salah satunya jadi tukang antar makanan (gopud dadakan). Satu lagi, Zensuke memiliki kesabaran yang lumayan karena hobi memancingnya melatih kesabaran tapi sekali marah langsung rata.

"Tsundere," celetuk Lunaria. "Hati-hati ketiban penunggu pohon-"

Bruk

"Itta!!"

Belum sempat menyelesaikan ucapannya, suara berisik menyela.

Ternyata Zensuke benar-benar ketiban penunggu pohon yaitu pemuda bernama Shinazura Atsuki, kakak laki-laki yang lebih tua beberapa tahun dari Zensuke.

Berbeda dengan adik laki-lakinya, Atsuki seorang pemuda yang gampang emosi dan songongnya sampai menyundul langit tapi counter sejati adalah mamanda. Meski kelihatannya seperti anak yang doyan pergelutan, pemuda berambut merah-coklat itu tidak pernah terlibat kasus tawuran dengan sekolah lain atau bakal dipenggal mamanda tercinta.

Terjadi perdebatan antara kedua laki-laki bersaudara dengan melibatkan nama-nama hewan. Mereka tidak berani adu fisik atau mama mereka akan keluar rumah sembari memegang senjata kebanggaan (sandal maksudnya). Cukup saling menabok (fake fist) dan semua akan aman-aman saja selama tidak ada adu fisik secara betulan.

"Pisang busuk!"

"Tomat busuk!"

Zensuke, "Siapa suruh kau tidur di pohon, tarzan buluk!"

"Hak asasi manusia. Terserah diriku mau tidur dimana, kuning ngambang!" sewot Atsuki.

"Minta Mama untuk menendangmu dari rumah terus buatlah rumah pohon, setan pohon!"

"Bacot! Mengaca dulu sebelum mengatai. Kau sendiri suka nongkrong di pinggir kolam, lelembut kolam!"

Kurang lebih begitu cekcok mereka berdua.

Lunaria nyimak sambil menopang dagu. Lumayan untuk tontonan. Untung tidak video-in seperti Suna Rintangan dari server sebelah.

Pertama kali bertemu dengan adik laki-laki. Dia berharap punya adik model Yuuji,  Atsushi,  Asta, Shoyo masih bisa dibicarakan, kalau bisa spek Tanjirou. Bego sedikit tak apa, penting softboy. Tapi dapatnya model macam Atsumu vs Osamu.

"Una neesan? Zen niisan dan Atsu niisan bertengkar tidak dilerai"

Lalu gadis cilik -Naya- datang ke lokasi percekcokan dengan memeluk sebuah boneka porselen berambut pirang dikepang dua dan memakai gaun berenda selutut warna pink.

Wajah polos Naya menatap ke arah dua lelaki remaja yang memiliki tingkat keakuran cuma bisa dihitung jari tangan. Beruntung dia tidak menanyakan kata-kata mutiara Atsuki.

"Suruh Luna nee melerai. Pasti diam" kata Kinae.

Saudara yang lain bergabung. Tanpa menoleh ke pelaku percekcokan, anak perempuan berambut ungu dikuncir ponytail itu sudah bisa menebak alur pertengkaran saudara laki-laki tidak terjadi sekali atau dua kali.

"Kenapa tidak Kinae saja? Kau bisa'kan" tampaknya Lunaria tak ingin melakukannya. Dia pengen lihat pergelutan.

"Aku tidak akan digubris" seru Kinae berterus terang.

Lunaria memutar bola mata malas. "Ck!"

Lalu gadis itu mengambil nafas dan menghembuskan secara perlahan. "Oi kalian berdua! Mama kemari!"

Langsung mereka berdua diam.

"..."

"..."

"..."

Ternyata prank.

Para gadis itu tertawa.

"Oh iya neesan, beberapa minggu lagi ada festival, ayo-"

"Zen kun, At kun? Berhenti bertengkar"

Belum sempat Kinae mengatakan tentang "festival" kepada kakak tertua, suara wanita yang lembut menyela.

Glek

Oh, tidak jadi prank.

"Mama..."

Di balkon lantai 3, berdiri seorang wanita yang menggenggam sebuah sandal jepit berwarna hitam. Wanita itu menunjukkan senyum yang manis namun memiliki arti yang menyeramkan. Ditambah background yang berapi-api membuat siapapun akan merasa ngeri melihatnya.

Yap mama mereka muncul.

Kebetulan Yura menyampirkan sebuah kain yang sengaja dicuci sendiri oleh beliau. Karena ada keributan, wanita itu memutuskan untuk mendengarkan dari balkon. Tapi karena prank dari sang kakak, Yura pun keluar. Prank gagal.

Mereka semua kabur tidak beraturan dan sempat Zensuke salah jalan ke timur tapi akhirnya memutar arah jadi ke arah barat sambil mengambil ember yang ketinggalan.

Lunaria dalam batin. "Tidak keluarga dulu dan sekarang sama saja. Selalu ada yang galaknya kebangetan, kecuali untuk Kakek King"

Tbc.

*

*

*

Kira-kira ada apa dengan festival yang akan datang?

Tunggu chapter berikutnya.

Glazia (Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang