Beban Pikir

112 9 50
                                    

Up seminggu 3x sudah terpenuhi.

Chapter terpanjang : 1600 an kata.

Selamat membaca

✨✨

Usai berlatih bersama Zero dan kawan-kawan (Mebius dengan Visora juga bergabung) di Hari Minggu, perempuan ultra biru memasuki mansion besar yang merupakan kediaman milik Zoffy untuk istirahat sembari menunggu giliran tugas shift malam di SCH. Senyuman kecil tidak pernah luntur dari wajah cantiknya.

Keseruan latihan bersama mereka apalagi lelucon hangat yang Mebius bawa sebagai selingan dikala istirahat. Belum lagi kekonyolan Zero dan Taiga yang tidak bisa menahan diri untuk tidak tertawa. Z dengan tingkah polos hanya menyimak dan lebih banyak bicara dengan Glazia atau Mebius. Terkadang Visora usil pada ultra laki-laki yang keciduk curi-curi pandang pada dirinya dan sahabat.

Lalu pada saat detik-detik pulang datanglah Leo Kyodai dan entah kesambet setan penunggu pohon depan kantor Space Garrison, Leo mendadak menawarkan diri untuk mentraktir makan siang di salah satu kedai katsudon kepada sekumpulan ultra warrior muda ini. Yang namanya rezeki tidak baik untuk ditolak, mereka pun menyetujui tawaran dari Leo dan Astra.

"Aku pulang!"

Pintu utama terbuka. Gadis itu mendapati 6 Ultra Brother (Zoffy s.d Taro) yang sedang berkumpul di ruang keluarga dengan kopi dan cemilan ringan sebagai teman ngobrol.

"Selamat datang" ucap keenamnya kompak.

"Sudah pulang dari Ultra Colloseum?" pertanyaan pertama datang dari sang kakak. Zoffy yang duduk disingle sofa bak seorang raja.

"Iya. Apa aku pulang terlambat?"

"Tidak kok. Aku dan Ultra Brother sudah makan siang. Kau sendiri?"

"Leo san dan Astra san tiba-tiba mentraktir makan siang. Aku dan yang lainnya setuju"

"Oh. Malam ini ada shift malam? Sana istirahat di kamarmu"

"Baiklah. Aku akan tidur siang. Bye-bye niisan!"

Kemudian gadis itu mempercepat langkahnya menuju tangga yang menghubungkan lantai satu dan lantai berikutnya. Habisnya keenam Ultra Brother terus memandangi si gadis seakan-akan ada hal lain yang disembunyikan olehnya. Tanpa menoleh ke belakang, cukup dengan memakai skill eagle eyes tanpa titik buta.

Ketika tubuh Glazia tidak lagi nampak pada jarak jangkau penglihatan Ultra Brother, barulah keenam saling melempar pandangan pada satu sama lain.

"Sepertinya kita tidak perlu khawatir kepadanya secara berlebihan" ucap Ultraman kemudian meminum teh hitam dari cangkir yang disajikan untuknya.

"Meski begitu bukan berarti aku lengah dalam menjaga Zia. Jika suatu saat nanti gadis itu menikah, aku tetap akan menjaganya dari jauh" sambung Zoffy.

"Niisan, kau ini benar-benar kakak yang baik. Walau kelihatannya work holic tetapi masih ingat ada keluarga yang perlu diperhatikan" kata Seven.

"Aku tidak work holic. Kau tahu!" sanggah pria itu dengan cepat.

"Iya-iya"

Mari kita tinggalkan pembicaraan para pria dewasa.

Beralih ke sebuah kamar bernuansa putih, biru, dan ungu. Ultrawoman biru duduk dipinggiran kasur sembari memangku keranjang yang berisikan benang dan jarum rajut. Tangannya begitu lihat menggerakkan jarum ke dalam sela-sela kain yang dirajut. Gadis itu belajar merajut dari Ultra Mother sejak beberapa tahun silam. Proyek yang dikerjakan adalah sapu tangan warna cyan dengan corak emas.

Ia tersenyum kecil atas proyek yang akhirnya sudah selesai.

Andai ada yang bisa melihat 'dibalik topeng' Glazia sebenarnya gadis itu sedang menyembunyikan kegundahan yang cukup besar didalam hatinya. Tidak salah lagi pasti beban pikir mengenai final dari kisahnya.

Glazia (Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang