Tak Ada Yang Berubah

147 11 31
                                    

Puas mengacangi pemuda berslugger dua itu, Glazia terkekeh kecil kemudian mengusap bagian pelipis sebelah kiri milik pemuda yang dia jahili.

"Canda, canda. Aku tidak marah padamu. Soal yang tadi tak usah dipikirkan dalam-dalam ya" kata si gadis.

Taiga menyahut. "Kacangi saja. Nanti dia bakal sok-sok mengakrabkan diri"

"Hush Taiga ngomong apa sih? Nanti dikeplak Paman Taro lagi kalau ngomong aneh-aneh" seru Z.

Zero menatap kosong pada lawan bicara lalu tangan pemuda itu merengkuh kepala wanita yang sudah seperti keluarganya sendiri. Glazia yang sempat ngelag beberapa detik kemudian melirik ke atas, berhubung badan Zero ini masuk dalam kategori tinggi harus mendongak agar bisa menatap wajah si ultra songong ini.

Ultrawoman biru itu hanya menepuk pelan pergelangan tangan ultra muda yang terlalu tenggelam dalam dunianya sendiri.

"Kenapa?"

"Tidak. Entahlah aku hanya ingin"

"Kak? Jangan kemana-kemana terlalu lama ya"

"Dasar Zero, memangnya aku mau kemana lagi? Tapi harusnya aku yang berucap seperti itu. Kau itu laki-laki yang bisa bebas kemanapun kau inginkan"

Buwung yegah :v
All Oc : Fokus!!

Tiba-tiba saja Zero melepaskan tangan miliknya dari kepala Glazia. Beruntung gadis itu tidak menyenderkan tubuhnya, jika iya pasti sudah hilang keseimbangan.

"Hei aku pergi kalau sudah waktunya tahu dan masih ingat dengan yang namanya rumah! Ah sudahlah jangan bahas yang tidak-tidak lagi. Kakak, ayo bertarung! Sejak dulu aku ingin bertarung dengan ultra yang secepat dirimu"

"..."

"Melihatmu bertarung dengan Verna dulu, aku kagum dengan kecepatan dan kelihaian tanganmu memainkan senjata" Zero mengungkapkan kekagumannya.

"Baiklah jika itu yang kau minta. No weapon kecuali slugger dan tiara circlet"

"Oke"

Pergilah kedua ultra berbeda gender ini ke arena duel yang agak jauh dari pandangan warga lainnya.

Kemudian keduanya mengambil kuda-kuda andalan dan secara bersamaan maju sembari melancarkan pukulan dan yang satunya menahan. Glazia memang ultra yang lincah dan gesit dengan kekuatan fisik yang terbilang kuat namun Zero bisa menahan serangan itu.

Zero mengarahkan tendangan berputar 360° dan Glazia mundur ke belakang menciptakan jarak diantara mereka. Kali ini Zero yang maju duluan. Pemuda itu melancarkan tendangan maut lalu ditahan dengan tangan kanan sekuat mungkin.

Zero mengambil kedua slugger dan diarahkan kepada Glazia. Gadis itu mendorong kaki Zero kemudian melakukan gerakan salto ke belakang untuk menghindari goresan. Ia tidak mau kalah, diambil tiara dahi yang kemudian dilempar sebagai senjata bumerang.

Benturan kedua senjata itu menciptakan percikan kekuningan dan kembali kepada sang pemilik.

"Lumayan. Ayo kita lanjutkan"

"Baiklah-baiklah"

Setelah hampir 30 menit bertarung dengan sengit namun didominasi oleh kecepatan tinggi milik ultrawoman biru itu, akhirnya Glazia pun menghentikan latihan. Zero yang sudah ngos-ngosan akibat kewalahan menangani speed enggak ngotak itu langsung duduk berlutut.

"Kau itu cepat sekali!" kata Zero.

"Tidak juga. Yang tadi itu cuma 25 mach bukan full speed" kemudian gadis itu menarik tangan Zero agar berdiri kembali.

Glazia, "Senang bisa latihan denganmu. Kapan-kapan latihan lagi ya"

Zero, "Kebalik! Seharusnya aku yang ngomong begitu. Demo! Jadikan aku muridmu!"

Glazia (Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang