Tiba-tiba raut kesedihan tercetak pada wajah kedua pasangan ini. "Waktu kami tidak lama lagi, sayang kami ada pesan"
Glazia dengan seksama siap untuk mendengarkan apapun pesan dari mereka.
"Putriku, ayahanda yakin kau tidak ingin mengambil tahta sebagai ratu berikutnya, ayahanda tidak akan melarang sistem pemerintahan apapun yang kau terapkan. Pesan ayahanda gunakan pedang emas bernama Pedang Zealous untuk mengalahkan musuh-musuhmu. Untuk penggunaannya hanya semangat juang tinggi yang dapat membangkitkan kekuatan dari Zealous. Ayahanda berharap kau dapat melakukan yang terbaik" bibirnya melengkung, pria itu tersenyum lembut kepada Glazia putrinya. Memberikannya sulutan semangat agar putrinya juga makin bersemangat. "Mulai sekarang dan seterusnya Zealous milikmu, putriku"
"Ibunda berharap kau bisa menjaga, menyeimbangkan, menyatukan kekuatanmu. Cahaya dan kegelapan bagian masing-masing individu. Ragamu kuat untuk menyokongnya dan lonceng pemberian ibunda dulu lewat gadis tanpa nama itu gunakan dengan baik, lonceng itu punya bentuk senjata berupa dua pedang milik ayahandamu di masa mudanya, namanya Blitz (artinya kilat) dan Vortex (artinya pusaran) Gunakanlah sebaik mungkin" kata Alydia. Alasan disimpan dalam wujud lonceng adalah dulu dimasa muda Zandar menyerahkan dua pedangnya untuk Alydia sebagai mas kawin kedua setelah seperangkat mas kawin utama. (Teruntuk visual Blitz & Vortex menyusul, begitu juga dengan Zealous).
"Akan kumanfaatkan sebaik mungkin dan terimakasih mempercayaiku sebagai penerusnya" Glazia menjawab. Gadis itu berbisik tetapi masih dapat didengar dengan jelas.
Wanita itu menarik Glazia ke dalam pelukan sembari menahan tangisnya, ingin sekali ia memasukkan Glazia kembali ke dalam perutnya sehingga seorangpun tidak dapat melukainya. Wanita itu mengecup pucuk kepala putrinya. Glazia menenggelamkan wajah ke dada ibundanya meresapi kehangatan pelukan. Sang permaisuri melepas pelukan dan meraih tangan gadis itu.
"Pertama, kau harus bersikap ultrawi pada siapapun. Kedua, teruslah belajar dan mengembangkan potensi. Ketiga, jangan malas untuk mencari jati diri. Keempat, tidak bekerja terlalu keras sampai lupa waktu terutama Zia. Kelima, kembalilah pada keluargamu yang sangat sayang padamu dan ketahuilah kakakmu Zoffy kun sangat menyayangimu. Keenam, sayangi keluarga serta jaga mereka dan jangan kecewakan. Ketujuh, jaga dan rawatlah rumahmu. Kedelapan, tidak usah peduli diet-diet dan makan banyak tanpa pilih-pilih. Kesembilan, jangan nekat-nekatan. Kesepuluh dan poin pentingnya adalah jadilah sosok wanita tangguh yang disegani, bar-bar sedikit tidak apa-apa, jadi wanita jangan terlalu lembut"
"Baiklah" jawab Glazia.
"Kami juga memberikan beberapa wasiat pada Oyaji. Jika ingin tahu, kau bisa bertanya padanya" jelas Alydia.
Gadis 6,100 tahun itu mengerjapkan mata beberapa kali. Otaknya berpikir tentang wasiat apakah yang dimaksud. "Aku paham" ujarnya, iyain aja biar selesai daripada pusing.
Tiba-tiba saja tangan Alydia memberikan lambaian kecil agar Glazia sedikit mendekat, begitu jarak terkikis dan Alydia ia membisiki sesuatu yang terbilang cukup rahasia pada telinga putrinya. Glazia yang mendengar sedikit aneh dengan pesan sang ibunda.
"Dengarkan pesan ayahanda dan ibunda, ya Zia" seru Alydia begitu selesai menyampaikan pesan dan putrinya hanya mengangguk kecil.
"Iya ibunda. Ehm tapi poin terakhir.. Aneh ditelingaku.. Masa seperti itu.. Malu aku. Ini sudah beda konteks.." perempuan muda yang menyandang gelar Aoi Hi no Seishin memalingkan wajahnya ke arah lain.
"Putriku pemalu? Biasanya tebras tanpa pertimbangan, baru dibisiki seperti itu saja malu.." goda sang ibunda kemudian terkekeh kecil.
Zandar yang tadinya dipenuhi dengan tanda tangan akhirnya bersuara, "Malu kenapa? Jangan-jangan kau bisiki aneh-aneh juga! Wah parah sekali sayangku!"
Dituduh tanpa jelas menciptakan perempatan merah imajiner didahi Alydia. Namun sekarang ia malas ribut, wanita itu menghela nafas sejenak.
"Aku meminta putriku untuk tidak bersama laki-laki sepertimu. Zia, cari yang polos-polos ya sayang. Jangan model beginian cukup ibunda saja yang dibuat darah tinggi karena memiliki model spesial seperti ayahandamu" Mendengar pernyataan dari sang istri tsundere, Zandar berbinar ketika dibilang spesial.
"Masih lama..." seru putrinya dengan nada dasar.
"Tak apa mumpung bertemu sekarang" kali ini Zandar menjawabnya.
Arah pandangan Glazia terfokus kepada sang ayah.
"Pesan dari ayahanda lagi... Tentang Zealous, Zealous hanya mengenali satu tuan yaitu kau karena kau darah dagingku, berbeda dengan Blitz dan Vortex yang mengenali lebih dari satu tuan namun dengan perintah dari tuan utama. Memang ribet. Kau tahu maksudku Zia chan?"
"Zealous hanya meresponku, berbeda dengan Blitz dan Vortex yang bisa merespon terhadap siapapun jika aku memerintahnya. Begitu???"
"Anak pintar. Ayahanda berharap padamu untuk tidak mengikuti keburukan kami, jangan pernah berjudi, jangan pernah menerima tawaran membunuh (pembunuh bayaran) meski kau putrinya Aly chan. Ayahanda tidak mengizinkanmu berjudi dalam wujud apapun tapi ayahanda bisa berbagi trik judi pa----"
Plak!
Alydia menampar sayang suaminya dan tatapan deathglear yang menyeramkan. "Jangan ajari putriku aneh-aneh! Lebih baik ajari saja trik-trik berguna"
Glazia, "Terimakasih atas saran-sarannya"
"..."
"Aku-aku menyayangi kalian ayahanda, ibunda" kata-kata tersebut akhirnya keluar dari bibirnya yang bergetar menahan isakan tangis.
"Kami juga menyayangimu"
Cahaya mereka mulai membumbung naik ke langit gelap, pelan-pelan pasangan ayah ibu ini akan meninggalkan putrinya lagi. Glazia mencabut Zealous dari tanah dan terbang ke langit yang sama bertujuan untuk mengantarkan mereka entah untuk yang terakhir kali atau akan ada kesempatan lain.
Ketiganya menembus sampai pada langit biru yang berawan putih dibalik gelap awan tadi (penjelasannya : awan putih dan langit cerah tertutupi awan gelap). Kedua cahaya itu terbang semakin menjauh, semakin ke atas menuju ke matahari yang sebenarnya mengarah ke surga.
Glazia melambaikan tangannya tanpa seizin sang pemilik beberapa bulir kristal masih meluncur menuruni pipi. Bibirnya bergumam, "Sayonara, arigatou"
~~~
Meanwhile....
"Tuan ada pesan yang hendak kami sampaikan"
"Mn"
"Tuan? Melapor jika Cimmerian Realms telah kondusif, ketika kami mengunjungi Kantor Pengawas kami dihadapkan dengan mayat-mayat pasukan Doku Tokage dan penghuni Cimmerian Realms yang berpihak kepada kita. Mereka mati mengenaskan tapi kami tidak menemukan adanya tanda-tanda Tuan Himura maupun Tuan Tentabus disana" jelas salah satu anak buah.
"Begitu rupanya" makhluk setinggi 60 meter itu bangkit dari singgasana yang diklaim adalah miliknya.
Makhluk itu berjalan menuju ke cahaya, penampakannya semakin jelas. Sosok reptil berjalan berwarna hitam gradasi ungu gelap, sosok itu mengusap pedang yang tergeletak diatas meja. Mata kuning kusam dengan pupil memanjang menatap keluar jendela besar. Moncong itu terangkat menampilkan sederet gigi bertaring.
"Aku tidak akan kalah dengan gadis kecil itu! Aku akan membuatnya sebagaimana yang kulakukan pada dua pemimpin Hollow 12 di masa lalu. Pemimpin kalian, Pemimpin Doku Tokage, Lezurd akan mengalahnya!"
*
*
Terimakasih sudah mampir dilapak Author Somplak dan maaf kalau balas komen kelamaan lagi nyari referensi dari beberapa donghua. Jaa~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Glazia (Revisi)
FanfictionKisah tentang Aoi Hi no Seishin. Kisah pahit dan manis seorang ultra warrior pemilik kekuatan api biru. Gelar Aoi Hi no Seishin (jiwa api biru) tersematkan pada dirinya. Sosok ultra warrior wanita biasa yang mengemban tugas sebagai seorang medis sek...