Minggu kemarin udah double up.
Planet hijau yang tidak terlalu subur dan tidak terlalu gersang namun memiliki suhu udara cukup dingin. Hijau-hijau (tanaman) yang mampu tumbuh adalah bunga spider lily berbagai macam warna. Namun yang mencolok adalah red spider lily konon bunga tersebut dilambangkan sebagai bunga kematian karena bunga dan daunnya terpisah.
Panjang petak tanah yang memproduksi bunga spider lily hanya sepanjang 100 meter dan letaknya berada di tengah-tengah Planet Lily.
Diantara rerumpunan bunga-bunga merah, sepasang kaki jenjang berbalut blue heel boots selutut model hak rata dengan santai melalui jalur kecil yang membelah kumpulan bunga spider lily. Tak lupa jubah biru muda yang menjuntai dengan bulu-bulu halus bak bulu seekor serigala bertengger dikedua bahunya.
Ketukan pelan dari ujung tombak panjang bernama Fourinity Spear yang beradu dengan tanah mengiring setiap langkah cepat sang pemegang.
"Sepertinya aku sedikit terlambat dari biasanya"
Flashback On.
Planet King, King Cave.
Ultraman berjenggot tebal tengah duduk sambil membaca sebuah buku ditangan. Derap langkah kaki milik seseorang terdengar pada indera pendengaran beliau. Buku pun ditutup dan diletakkan diatas altar batu yang dipahat sedemikian rupa. Sang ultraman telah mengetahui maksud kedatangan seseorang tersebut.
Ultrawoman muda bertubuh biru-perak-putih dengan jubah biru muda panjang nan berbulu lebat pada aera leher. Gadis itu mengambil sikap duduk berlutut dihadapan salah seorang ultraman yang menyandang gelar Dewa Ultra sebagai bentuk penghormatan.
"Kakek, maafkan kelancanganku karena telah mengganggu waktunya" tutur lembut nan santun membuka topik pembicaraan. Seseorang tersebut adalah Ultrawoman Glazia.
"Tidak apa, Zia chan. Aku sudah bangun sejak dini hari tadi" kata King. "Adakah sesuatu yang ingin kau bicarakan kepadaku sampai membela-belakan diri datang subuh begini?"
"Maafkan diriku yang memberitahumu secara mendadak. Maafkan atas ketidaksopanan diri ini pamit tanpa tata krama. Karena waktuku sangat sempit, hanya Kakek seorang yang kuminta pamitan. Aku pamit untuk pergi menyelesaikan permasalahan di Planet Lily 1 jam sebelum matahari terbit"
"Zia chan apabila hanya pertempuran adalah jalur satu-satunya... Kakek memberikan restuku padamu"
Diluar dugaan King, Glazia mengubah posisi berlutut menjadi duduk bersimpuh dan membungkuk serendah-rendahnya hingga dahinya menyentuh punggung tangan yang sudah berada diatas tanah.
Tentu saja ultraman tua itu terkejut dengan sikap cucunya yang sampai membungkuk seperti itu. King pun ikut duduk berlutut dan memegang kedua lengan yang bergetar seakan menahan isak tangis.
"Tolong apapun yang terjadi janganlah bersedih, meski tanpa raga ini... Aku tidak akan melupakan kalian semua. Terimakasih sudah mencurahkan kasih sayang dan cinta kepadaku, terimakasih telah menjadi pengganti orangtuaku, dan terimakasih telah memperlihatkan cahaya yang indah ini padaku, terimakasih sudah menjadi bagian dari kenangan indahku diatas kenangan pahit"
Hati King merasa teriris pisau yang tajam. Kakek tua itu berusaha untuk mendudukkan kembali cucunya dari posisi yang membuat suasana canggung. Pelan-pelan gadis tersebut mau berubah ke posisi duduk.
Tangan King menyentuh pipi sang cucu yang sudah dibasahi air mata dan menggunakan ibu jari untuk mengusap kristal bening disana.
King, "Kau tidak boleh berkata seperti itu. Sang pencipta bisa menggantikan apapun yang sudah kau korbankan demi alam semesta. Jadi jangan pernah bicara seolah-olah kau tidak akan mendapatkan kesempatan bertemu kami. Jika raga ultramu kenapa-kenapa, Kakek dan Zoffy yang akan menemukanmu dimanapun kau berada..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Glazia (Revisi)
FanfictionKisah tentang Aoi Hi no Seishin. Kisah pahit dan manis seorang ultra warrior pemilik kekuatan api biru. Gelar Aoi Hi no Seishin (jiwa api biru) tersematkan pada dirinya. Sosok ultra warrior wanita biasa yang mengemban tugas sebagai seorang medis sek...