Momen Orangtua-Anak

150 15 58
                                    

Note :
Jangan menangis atau tertawa ditengah menangis

All Oc : Kau sendiri nulis sambil nangis juga ketawa-ketawa

***

Alydia begitu lembut menikmati saat-saat membelai sayang kepala putrinya, akhirnya wanita itu dapat menyentuh putrinya setelah bertahun-tahun. Sesekali tangannya menyisir lembut surai sebiru shappire yang amat mirip dengan surai miliknya, pembeda surai diantara ibu anak adalah coretan biru muda, surai Glazia mempunyai coretan sedangkan dirinya tidak ada.

"Jangan menangis begitu. Sudahlah hentikan tangismu, putriku tidak cengeng" pinta Zandar. Mendengar suara baritone ayahanda untuk pertama kali dalam seumur hidup, makin pecah tangis Glazia.

"Biarkan saja. Keluarkan semuanya putriku.." kata Alydia dengan lembut.

"Aly chan? Kenapa disuruh keluarkan semua? Nanti kalau banjir Zia chan tidak mungkin mengepel seluruhnya. Aly chan sayang..." jawab Zandar sembrono.

"Mulai lagi..." bonus lirikan tajam dari Alydia. "Sudahilah sifat gila dan bucinmu, sudah tua, sudah mati juga, malu-maluin"

"Aku hanya gila dan bucin jika denganmu saja" Zandar tersenyum kepada istrinya, pria itu menunduk ketika lututnya semakin basah. "Kasihan anak ayahanda terkacang.. Sudah ya menangisnya, seorang Zandar tidak pernah menangis masa putri kecilnya menangis!" nada sombong plus songong.

"Jangan sampai turunkan sifat songongmu kepada putriku!" seruan wanita itu cukup galak.

"Kau juga, Sayangku! Sifat galakmu jangan diturunkan pada putriku!" suaminya tidak mau kalah.

Glazia, "Sifat kalian berdua menurun padaku kecuali dingin, songong, gila dan bucin" gadis itu mengangkat kepalanya sembari mengusap air mata yang masih tertinggal dipelupuk mata.

"Yah... Beginilah jika God of Gamble yang berwibawa, kejam, dingin, arogan, songong, tanpa kenal ampun apalagi cinta tapi adil dan sopan walau kadang gila dan bucin menikah dengan Masked Assassin yang galak, tsundere, keras kepala, suka melakukan sesuatu sendirian, nekatan, bandel tapi sebenarnya baik dan penyayang. Anaknya ikut orangtuanya, campur aduk sifatnya ya lumayan hancur tetapi minimal tahu attitude. Ayahanda senang kau tidak mengikuti latar belakang kami yang kelam dan buruk" Zandar mengusap kembali kepala pucuk kepala putrinya yang diam.

"Sifat putriku baik-baik saja kecuali didepan musuh memang sudah beda lagi. Hei enak sekali kau ngomong banyak, ambil bagianku juga. Aku juga ingin mengobrol dengan putriku" sahut Alydia, wanita itu memandang putrinya sangat lembut berbanding terbalik jika beradu dengan sang suami. Zandar pasrah mau dipandang apapun oleh istrinya yang ada makin tambah cinta.

"Putriku bagaimana Oyaji mendidikmu sampai sebaik ini? Dan kehidupanmu di Tanah Cahaya?"

"Keras didikannya apalagi menyangkut tata krama dan perilaku, Kakek tidak menuntut cepat-cepat menguasai bela diri. Kalian tahu aku punya kakak yang baik dan selalu dapat kuandalkan walau begitu aku masih saja melakukan apapun sendirian.." Glazia pun mulai bercerita.

Berhubung ceritanya sangat banyak jadi dipersingkat. Zandar dan Alydia begitu seksama mendengar putri mereka bercerita dengan ceria bagaikan anak kecil namun ada bagian cerita yang diucapkan dengan nada penuh kebencian. Alydia menenangkan putrinya jika kebencian besar menguar. Pahit manis kisahnya terekspresi dengan baik. Sempat pula terbesit rasa bersalah dan kesedihan amat mendalam, saat Glazia bercerita pada bagian di Ruang Kenangan ketika anak mereka diperlihatkan bagaimana mereka meminta Emma membawa Glazia pergi dan keadaan detik-detik menuju kematian.

Interaksi satu sama lain tak ada kecanggungan alias berjalan amat mulus. Candaan dari Zandar yang menunjukkan ayah humoris dibalik tugasnya sebagai Kaisar, seruan lembut namun berubah terkadang ketus Alydia menandakan wanita yang cukup garang. Glazia hanya menggelengkan kepala melihat kedua pasangan unik satu ini.

"Lalu sampailah disini dan kejadian ini berlangsung" Glazia menutup cerita yang hanya diambil inti sari sehingga tidak menguras waktu. "Ehm beginikah rasanya mengobrol dengan ayah ibu?"

Alydia tersenyum. "Apa yang kau rasakan putriku?"

"Hangat dan nyaman.." gadis itu menjawab dengan mata berkaca-kaca. Diletakkan kembali kepalanya diantara kedua lutut orangtuanya yang tidak berubah posisi. Alydia memegang kepala belakang Glazia seakan wanita itu tidak menginginkan berpindah dari posisi tersebut.

"Cincinnya pas" Alydia mengangkat tangan putrinya yang terdapat cambuk yang berubah dalam wujud cincin. Wanita itu lega akhirnya cincin tersebut berada pada putrinya.

"Memang bagus tapi tanpa ini dan pedang---"

"Jangan menangis lagi. Tanyakan apa yang ingin kau ketahui?" Zandar mempersilakan Glazia didalam sesi tanya jawab. Mau tanya apapun diperbolehkan.

Glazia, "Dengan sifat kalian yang seperti itu bagaimana kalian bisa menikah?" siapapun pasti akan terheran, sifat mereka berbanding terbalik.

"Pertanyaan yang tidak asing. Bahkan seorang kawan lamaku juga bingung, dark ultra, Belial. Hm... Semua berawal dari suatu bar  yang namanya ayahanda lupa, ayahanda berjudi sambil nongkrong biasa pria lajang. Sebagai God of Gamble tidak ada yang bisa menang dari ayahandamu ini, tetapi satu wanita tercantik di alam semesta datang dan menantangku dengan memakai topeng mengingat dirinya Masked Assassin dari kalangan keluarga pembunuh bayaran elit yang sangat jarang membunuh orang" Zandar melirik sang istri, memberikan Glazia isyarat bahwa inilah wanitanya. "Ibundamu"

"Aku datang menantang karena kesal dengan sikap songong dan aroganmu! Bukan karena pdkt atau apalah itu namanya" jelas Alydia kesal. Sifat tsundere-nya begitu ketara.

"Ayahandamu ini ditantang! Tentu saja kuterima dan permainan kartu terjadi. Untuk pertama kalinya ayahandamu yang tampan dikalahkan olehnya, dari sanalah mulai cinta pada si cantik itu. Bahkan ayahanda bertarung dengan ibundamu agar bisa melihat wajah dibalik topeng ternyata ibundamu mempunyai hobi banting-banting orang tapi ayahanda tak peduli. Disuatu kesempatan ibundamu mengeluarkan cambuknya lalu ayahanda berhasil menangkap ujung cambuk"

Alydia "💢💢"

"Iya, karena aku cinta padamu. Ayahanda sambung lagi... Ayahanda pun menarik cambuknya dan tangan kita berdua terikat. Berhubung tidak ada jarak maka kubuka topengnya, benar-benar cantik.. Cerita berakhir ayahanda memeluknya. Akhir cerita ayahanda dibanting ke tanah sampai ambles sedalam 30 km dan ibundamu meninggalkan ayahanda begitu saja"

"Kau pantas mendapatkannya, bakayarou!" kata Alydia.

Glazia yang melihat debat orangtuanya cuma senyum kecil, ia tidak tahu harus menanggapi apa dan diputuskan untuk menyimak saja.

Wanita itu memperhatikan Glazia, tatapannya melunak. "Tanyakan semua yang ingin kau tanyakan"

Setelah hampir 3 jam berbagi pengalaman, meminta saran tentang teknik bela diri dan semacamnya. Tidak jarang sang ibunda memberi saran untuk tanpa ampun pada musuh dan memberikan trik membunuh efisien, ibunya lebih ke psikopat dibanding pembunuh bayaran.

"Aku paham" kata gadis ultra itu.

"Kalau ingin tanya judi juga boleh. Disini ada sang dewa"

Andai Permaisuri masih mencubit sayang lengan sang Kaisar pastinya akan semerah cabai tapi untuk situasi sekarang berbeda, karena mereka arwah.

"Setahuku dewa itu jadi panutan untuk ke jalan yang tidak sesat tapi yang satu ini lebih sesat dibandingkan pendiri sekte setan" ucapan berkadar asin ini membuat sang Kaisar 'potek' sementara permaisuri memberi ancungan jempol.

"Jangan ditiru ibumu yang seasin itu, anakku" sepertinya beliau tertabok kenyataan, tapi gak apalah jika yang bicara berdasar fakta.

Tiba-tiba raut kesedihan tercetak pada wajah kedua pasangan ini.

"Waktu kami tidak lama lagi, sayang kami ada pesan"

Glazia (Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang