Niisan

173 11 87
                                    

Malam hari.

Lampu-lampu diarea River Palace menyala terang, menyinari tiap inci istana yang memiliki desain sederhana namun elegan.

Beberapa pria dewasa dan seorang gadis sibuk bercengkerama di beranda sisi timur istana. Para pria tersebut adalah wujud human dari Ultra Brother yang sedang mengunjungi adik kecil dari Ultra Brother Number One. Sementara sisa dari 3 Ultra Brother yang lain (Jack, Astra, 80) sedikit sibuk sehingga melewatkan acara ini.

Balkon besar yang tertutup langit-langit  dan bergenteng hijau. Disana terdapat satu set sofa putih dengan hiasan emas murni, pada tiap sudutnya terdapat tanaman hias yang asri, pada bagian luar -sisi kanan dan sisi kiri- tertutupi tanaman gantung yang dibiarkan memanjang hingga menyentuh tanah hijau.

Kotaro -Higashi Kotaro- meletakkan cangkir putih yang isi teh tinggal setengah diatas piringan kecil, "Ternyata kami tidak perlu khawatir secara berlebihan. Kau sudah dewasa ya"

"Ya... Tidakkah khawatir bocah yang belum lama berusia 6000-an tahun bergerak seorang diri. Walaupun ini sudah selesai, jangan sungkan meminta bantuan kepada kami jika terjadi apa-apa" kata Dan -Moroboshi Dan- human Ultraseven.

Otoori -Gen Ootori- menimpali, "Jangan pernah bilang kau bisa sendiri. Dasar kebiasaan menopang semua beban sendirian"

Mendengar ucapan Otori yang menusuk, Lunaria tersenyum canggung. "Ma, ma.. Aku tidak akan melakukannya lagi. Percayalah padaku. Sekarang aku punya banyak sekutu yang bisa kuandalkan" seru Lunaria menghindari ceramah.

"Syukurlah jika kau sudah sadar dengan itu" kata kakak dari Lunaria -Kisame Kenta- Kenta. Pria itu memotong ucapannya.

Kemudian human form dari Ultraman Zoffy melayangkan tatapan tajam nan tegas pada saudari tidak sedarah -Lunaria- yang duduk bersebelahan. Lunaria yang menyadarinya hanya bisa menelan ludah kasar seraya meremas gaun warna abu abu model high low dress.

"Kerja bagus" ucap Kenta. "Aku tahu hal-hal yang kau lalui tidaklah mudah. Meski begitu kau tidak lupa untuk pulang ke rumah'kan?" selidik pria bersurai hitam.

"Ta-tanpa kau ingatkan, aku akan pulang ke Tanah Cahaya seperti wasiat orangtuaku" kata gadis pemilik surai biru. "Rencana besok siang aku pulang dan pagi selanjutnya mulai melakukan aktivitas seperti biasa"

"Baiklah-baiklah"

Wujud human dari Ace Seiji -Hokuto Seiji- berucap, "Kenta nii-san tidakkah ingin mengutarakan soal itu pada Luna?"

"Itu? Itu apa? Sumpah ambigu"  dalam batin orang yang bersangkutan teriak-teriak.

Mendadak suasana menjadi canggung, tidak ada satupun yang menimpali ucapan Sang Master Pencincang ini.

Nampak pria dengan tinggi badan 190 cm hanya menghela nafas seiring dengan meletakkan cangkir. "Tidak usah"

"Tidak ada gunanya dibahas. Sudah ku tolak. Tanpa meminta pendapat dahulu dari Lunaria langsung, dia pasti tak akan menerimanya. Bahkan Kakek King pun setuju saja dengan apa yang kuputuskan" jelas pria itu.

"Err... Memang ada apa ya?" tanya Lunaria ragu-ragu. Dalam hati berdoa bahwa bukan hal yang sedang ingin dihindari belum terjadi.

Lamaran.

"Lamaran" jawab Kenta cepat. "Belum lama ini... Ada seorang pangeran dari negeri seberang mendatangi Planet King yang hendak melamarmu, kebetulan Kakak bersama Ultra Brother berkunjung ke sana. Nah detik itu juga Kakak menolaknya"

Lunaria menghembuskan nafas lega. "Baguslah jika kau tidak setuju. Arigatou sudah menolaknya untukku"

Dan, "Dilihat dari tingkahnya saja sudah sembrono. Orang seperti itu mana pantas untuk gadis kesayangan Zoffy-nii" pria itu sedikit menceritakan perilaku pangeran tersebut ketika ada di Planet King dulu.

Kotaro, "Luna? Luna? Tipemu seperti apa?"

"Eh?" kaget sang wanita bicara.

Didalam otaknya, "Harus cari tipe langka".

Tanpa sadar gadis itu memasang pose berpikir dan tak lama menjentikkan jemarinya. "Tipe pria polos dan tulus mau menerimaku apa adanya. Sudah itu saja"

Gubrak!

"Maji?!" ucap mereka kompak.

Lunaria hanya mengangguk.

"Memang masih ada laki-laki dengan pemikiran polos?" tanya Seiji yang kebetulan bersebelahan dengan Hayato dan dijawab gelengan.

Tunggu aja masa yang akan datang. Ada kok.

"Kalau yang mau menerima apa adanya wajar saja. Tapi kalau polos ya... Agak susah carinya"

"Luna, ada apa dengan orang polos???" Kenta bertanya alasan dari adiknya.

"Karena sifat polos itu sudah menjadi daya tarik tersendiri. Kawaii.. Haduh jadi gemas sendiri...." iris birunya menerawang langit gelap yang bertabur milyaran bintang dengan bulan sabit sebagai hiasan paling besar.

Kenta hanya memijit pangkal hidungnya yang mancung. Pusing sendiri menghadapi kelakuan yang merepotkan ini.

Kenta, "Ajaran siapa ini?!" gumamnya. Ootori menepuk pundak saudara tidak sedarah.

"Yang pasti bukan kita!"

"Di zaman sekarang mana ada orang polos? Anak kecil saja sudah tahu bahkan mainan yang namanya cinta-cintaan" ungkap Hayato. Sepertinya Seiji juga ikutan pusing.

Ingatkan di zaman sekarang anak SD saja sudah tahu bahkan pacaran. Tapi Auplak juga udah suka seseorang pas SD... Suka sama Mas Gaara :v
All Oc : Lihatlah! Dia sudah tidak bisa diselamatkan lagi

"Sepolos apapun seorang laki-laki jika dihadapkan dengan makhluk yang bernama wanita pasti beda lagi ceritanya. Percayalah! Contohnya diriku" Kotaro mengatakannya dengan penuh rasa percaya diri.

"Taro polos? Artinya kiamat sudah dekat" ejek Seiji, saudara angkatnya.

Dan, "Tapi semua kemungkinan bisa terjadi"

"Biasanya yang polos-polos itu bagaimana?" tanya Ootori. Oke dari sini kita tahu bahwa sejak kecil Pak Leo tak lagi polos.

"Kulihat Mebi itu polos. Anak polos biasanya belum terlalu peduli dengan hubungan lawan jenis karena menyibukkan diri atau terlalu menyukai sesuatu. Mebi sendiri terlalu menyukai kucing dan belum pernah satu kali aku atau Ace niisan memergoki Mebi menyukai gadis"

"Sependapat dengan Kotaro"

Auplak saking sukanya ama 2d ampe lupa kalo ada yang nyata :v

Segalanya berakhir ketika orang-orang yang ada di balkon besar disana tenggelam dalam pemikiran masing-masing.

Malam semakin larut, Ultra Brother pamit pulang melalui portal yang dibuka oleh salah satu dari mereka bertujuan untuk mempersingkat waktu perjalanan.

Sebelum memasuki portal, Kenta menepuk kepala biru adik perempuannya. "Cepat pulang...."

"Ha'i ha'i. Besok pagi aku pulang tapi ketemu Zero dan yang lainnya dulu ya"

"Iya-iya...."

"Hati-hati di jalan, niisan!"

Glazia (Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang