Masa Lalu (3)

105 12 39
                                    

Dari arah belakang punggung yang sejajar dengan ulu hati, dua tangan reptil berukuran amat besar mengeluarkan cahaya merah terang. Tubuh orangtuaku menegang seketika, dan begitu tangan itu menarik dua bulat yang tidak lain adalah Kuraunkoa dengan 3 kelopak dicabut paksa dari tempatnya. Tangan reptil itu melemparkan Kuraunkoa ke dalam kantong besar berisikan Kuraunkoa lain yang tidak dilelehkan.

"Syaratnya menghilangkan kekuatan kalian!" Tentabus berucap.

Tawa mereka menggema ditelingaku. Hanya sesak didada, dendam, amarah, kebencian yang menggambarkanku. Darahku mendidih sampai ke ubun-ubun. Air mata semakin tidak sanggup kukendalikan, cairan kristal bening yang dingin menuruni pipi, kurasakan mataku sembab.

Tubuh mereka perlahan ambruk namun pedang digenggaman menopang berat tubuh dan secara perlahan duduk di atas tanah yang penuh cairan merah anyir bercampur darah cahaya dari tubuh ayahanda ibunda yang menetes bagaikan air hujan menuruni dedaunan. Tidak ada wajah penyesalan disana, menyesal karena kehidupan mereka pasti akan berakhir cepat ataupun lambat dan harus mengucap selamat tinggal kepada putri semata wayang mereka.

"Dasar bodoh. Seharusnya kalian tidak usah repot-repot menjadikan bayi pembawa petaka ini sebagai bayi kalian, andai kalian menolak pasti kalian masih bisa menghirup udara sampai sekarang. Padahal dia bukan bayi darah daging kalian"

Ibunda angkat kepala dan berujar, "Tutup mulut busukmu! Aku mengandung dan melahirkannya, bayiku tetaplah bayiku! Singkirkan tangan kalian dari bayiku!" drama ibunda sangat baik. Mereka seakan percaya.

Ayahanda yang kehilangan tenaganya masih bangkit dan sempat menebas kepala beberapa makhluk kadal disana. Dari depan sebuah pedang menghunus ke dalam perut sedalam-dalamnya, hingga punggungnya menabrak pohon dan ujung pedang menancap pada batang pohon. Ayahanda belum meninggal. Pedang itu cabut Himura.

Himura, "Penampilanmu tidak terlalu buruk. Aku akan mengampunimu dan melindungimu jika kau jadi budakku"

"Tidak akan kuterima tawaran sampahmu" jawaban tegas diutarakan ibunda.

"Istriku? Aku tahu... Kau sangat setia kepadaku. Demi bayi kita... Aku ikhlas"

"Tidak. Lebih baik kita bertiga, kau, aku, dan bayi kita dikremasi daripada aku hidup jadi budak makhluk sialan itu"

Ibunda menghambur ke dalam pelukan ayahanda yang berlumuran darah dan sebentar lagi akan sekarat. Salah satu tangan mereka membentuk ikatan erat disisa hidup mereka.

Kedua bola mataku membulat sempurna dan air mata semakin deras baik air terjun. Jantungku berdegup kencang, dadaku semakin merasakan sesak. Melihat pembantaian didepan mata meski ini hanya hologram namun menyaksikan kejadian tersebut membuatku tidak bisa mendiskripsikan keadaan. Bilah pedang besar menembus punggung mereka, keduanya saling melempar senyum dan kemudian menghembuskan nafas terakhir. Ayahanda dan ibunda meninggal dengan kedua tangan saling menggenggam tanpa bisa dilepas. Romantis...

Himura dan kadal yang belum diketahui namanya itu menyiramkan bensin pada tubuh ayahanda ibunda, jenazah mereka dibakar sampai menjadi abu yang kemudian dipamerkan pada umum bahwa keluarga kaisar sudah mati dan Hollow 12 ditaklukkan.

Bola cahaya perwujudan arwah terlempar ke dua arah yang berbeda. Bola arwah Kaisar mengikuti kemana pedangnya berada untuk menjaganya yaitu Planet Mitsurin dan bola arwah permaisuri pergi ke atas sana untuk mengawasi putri mereka dari jauh.

"Planet Misturin..." ucapku.

Normal POV

Sesaat ocean blue bersinar terang beberapa saat kemudian kembali lagi menjadi netra white pearl, Glazia mengibaskan jubahnya dan meninggalkan ruangan yang tidak ingin lagi dia lihat kecuali situasi terjepit. Dibelakang hologram itu menghilang tanpa bekas. Sembari berjalan menuju pintu, air mata diseka kasar. Dalam batin bersumpah untuk menuntut balas dendam berkali lipat dari yang dialami ayahanda ibundanya.

"Aku harus menemukannya. Pedang itu akan kugenggam seperti harapan ayahanda" gumamnya.

Sesuatu yang transparan menabrak tubuh Glazia, seorang anak ultra yang tidak lain adalah dirinya di masa lalu tepatnya masa kanak-kanak, anak itu melambai kepadanya dan seolah memberikan isyarat untuk ikut. Seperti didorong sesuatu gadis itu pun berjalan ke arah anak ultra usia 100 tahun dan memutuskan untuk tidak pergi dari ruangan tersebut.

Entah tampilan apalagi yang kali ini.

Glazia menghela napas sejenak dan pasrah ditarik kemanapun oleh Glazia kecil. Ultrawoman muda ini dibawa ke sebuah percakapan antara sosok ultra tua, kakek King dengan wanita muda yang berada dibawah bimbingan yaitu Alydia ibundanya. Tampilan tersebut hilang. Bergantikan duel judi ayahandanya Zandar melawan ibundanya dengan pemenang akhir adalah Alydia, beberapa kawan Zandar menyayangkan kekalahan pertama God of Gamble. Glazia baru mengetahui salah satu dark ultra dengan mata orange memanjang (pasti tahu ultra satu ini) di alam semesta adalah kawan lama ayahnya.

"Nice kill!!!" teriak dark ultra tersebut. Supporter volly mana Pak???.

"Hebat juga dirimu" puji Zandar lalu menarik sudut bibirnya.

"Arigatou" jawab Alydia.

Kemudian Glazia kecil kembali menunjukkan sesuatu dengan jari telunjuknya.

Glazia mempertajam penglihatan. Disana ada King yang nampak menggendong serta memperlihatkan bayi ultra biru kepada cucu lelakinya, Zoffy. Ekspresi Zoffy muda datar dan tidak banyak bicara. Pemuda itu melihat dan mengagumi kelucuan si bayi dalam diam, dia tidak tahu mau berbuat apa. King mengangkat sudut bibirnya.

'Ini adik angkatmu. Kau maukan menganggapnya seperti adik sendiri?'

'Aku mau' jawaban Zoffy datar. Tetapi didalam hati tidak bisa dibohongi betapa bahagianya dia. 'Siapa namanya?'

'Glazia'

'Namanya cantik. Aku ingin memanggilnya Zia chan'

'Boleh'

Glazia tersenyum.

*

*

*

Hey hey heyyy!!!

Duh kok malah cosplay suara aduhai kakanda :v
Maaf kalau diriku enggak serajin dulu-dulu .

All Oc : "Rajin darimana? Itu karena draf sudah kau genggam"

See you next chapter.
Mau bucinin kakanda (husbu).
Btw para ultra mau ngomong-----

Btw para ultra mau ngomong-----

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Glazia (Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang