Pedalaman Sang Rimba
Patung Raja Hutan
Menuju Gerbang Air
Sang Pembaca KuncinyaTeka teki kedua terngiang dengan jelas didalam benak, tertulis dalam huruf kuno yang hanya dapat dipahami keturunan kerajaan. Planet Mitsurin adalah tujuan berikutnya. Gadis itu membawa buku kuno yang dulu diacungkan padanya ketika di Purple Cave.
"Pedalaman Sang Rimba, Patung Raja Hutan, menuju gerbang air, sang pembaca kuncinya.... Rimba yang dimaksud ada disini dan patung raja hutan berarti adalah seekor singa, singa si raja hutan. Aku harus menemukannya untuk memecahkan teka teki bait ketiga"
Glazia berjalan masuk ke dalam hutan belantara tanpa mempedulikan setebal apapun semak belukar yang berada di jalannya. Bebatuan, pohon tumbang, dan berbagai macam benda-benda hutan yang sekiranya memblokir jalan langsung ditebas atau dicambuk sampai berkeping-keping dengan senjatanya.
Pemandangan hutan yang amat memukau dan elf mini selaku penghuninya tidak menarik perhatian Glazia sedikitpun, gadis itu terlalu semangat dan cukup ambisius untuk mendapatkan pedang ayahandanya seakan Glazia tidak akan menjumpai esok hari. Glazia bukanlah tipe suka buang-buang waktu dan tenaga, seluruh pekerjaannya harus terselesaikan dengan rapi.
Ketika gadis itu melewati jalanan pegunungan yang menurun. Samar-samar terdengar suara meminta tolong. "Tolong! Tolong! Tolong!"
"Siapa itu?" gumam Glazia.
Tanpa basa basi lagi segera gadis itu menuruni jalan setapak yang membawanya ke hutan cemara. Suara minta tolong itu semakin dekat dan terdengar sangat jelas. Glazia menengok ke sana ke sini bahkan memanfaatkan skill eyes untuk memperjelas penglihatannya.
"Siapa yang meminta tolong?!" teriaknya cukup kencang.
"Kami disini! Kami disini!"
Kepala gadis itu mendongak dan betapa terkejutnya dia. Disalah satu pohon cemara terdapat jaring emas penangkap makhluk, biasanya jaring tersebut digunakan untuk menangkap makhluk baik makhluk hidup ataupun makhluk gentayangan namun jaring tersebut menjebak sekumpulan makhluk alien humanoid. Glazia penasaran dengan orang yang sudah memasang jaring di hutan yang terlalu indah untuk dirusak.
Orang-orang yang terperangkap terus meminta Glazia untuk membebaskan mereka, tangisan dari Unnamed girl menggema. Chryssa menjulur ke tanah sepanjang 400 meter dan segera dicambukkan ke ujung tali yang mengikat sekumpulan orang-orang tersebut. Tali terputus seketika sehingga jaring pun jatuh ke tanah lalu orang-orang yang terjebak disana selamat. Begitu Glazia perhatikan lebih jeli ternyata mereka adalah rombongan orang-orang yang dulu pernah ditemui saat menuju air terjun (Ch Ungkapan Singkat).
Rombongan tersebut dengan kompak mengucapkan terimakasih pada Glazia. "Terimakasih nona muda, terimakasih"
"SIAPA YANG SUDAH MERUSAK JARINGKU!! AAAARRRRGGGGHHH!!"
Teriakan menggema itu terdengar sangat marah. Mungkinkah dia pemilik dan si pelaku memasang jaring secara sembarang. Dibalik pepohonan muncullah seorang laki-laki muda yang usianya beberapa ratus tahun jauh lebih muda dari Glazia. Dari raut wajah si bocah songong itu dapat dilihat bagaimana dia marah karena jaringnya rusak, salah sendiri sembarangan.
"Katakan! Siapa yang sudah merusaknya?!" kata bocah itu.
"Aku. Jaringmu salah tangkap dan akupun menolong mereka. Itulah karma untukmu yang memasang di tempat yang salah!" kata Glazia yang diusahakan untuk seramah dan selembut mungkin.
"Kau yang salah, nyolot pula! Aku pangeran di planet ini. Sudahlah kalian pergilah dari sini! Ini tempat terlarang!"
Rombongan itu pergi kecuali Glazia. Bocah itu terheran dengan gadis itu yang tampak tidak takut menghadapinya.
"Kau juga pergilah! Jangan pernah kembali ini tempat terlarang" bocah itu meninggikan nadanya.
"Aku mencari Batu Raja Hutan" kata Glazia terus terang.
Wajah bocah itu semakin marah.
"Tidak boleh! Kau tidak boleh kesana atau aku akan menangkapmu jika kau memaksa ke sana" bocah itu melarang.
"Jangan buang-buang waktuku. Sekarang tunjukkan padaku dimana batu tersebut. Ck dengar bocah pemarah! Aku dapat perintah untuk mengambil pedang"
"Pedang?" bocah itu terkejut. "Tidak boleh! Pedang itu bukanlah milikmu! Pedang itu milik Kaisar Hollow yang hanya boleh diambil satu orang saja yaitu putrinya!"
"Orang yang dimaksud adalah aku"
"Katakan buktinya!"
Glazia melirik ke pinggang bocah itu yang terikat sabuk dan pada lilitan sabuk terselip benda menggantung seperti lonceng dengan rumbai kuning menjuntai. Langsung Glazia mengeluarkan lonceng milik ibunya tepat didepan wajah garang bocah itu. Seketika ekspresi bocah itu berubah 360° dan menatap Glazia penuh ketidakpercayaan.
Glazia, "Kenal lonceng ini? Lonceng yang tidak ada duanya di alam semesta"
Bocah, "Lonceng itu.... Permaisuri?!!! Jadi kau putrinya. Putri Glazia?!"
"Ya begitulah"
"Kenapa tidak bicara dari tadi?! Andai kau menunjukkan lonceng dan cincin dari Permaisuri mungkin aku tidak akan sekasar tadi. Maafkan diriku" bocah itu membungkuk. Dia sedikit melirik jari tengah Glazia yang terdapat cincin menyeramkan disana. Bocah itu sempat mengidik ngeri.
"Tidak apa-apa. Kau hanya melakukan tugas, waspada boleh namun lain kali belajarlah untuk percaya pada orang lain"
"Semudah itu kau percaya pada orang. Ck naif" bocah itu kembali ke sifat yang asal ceplos bak filter air rusak.
"Tidak ada salahnya sedikit percaya dengan orang. Pada dasarnya semua orang itu baik tapi semua itu kembali ke hati masing-masing" kata Glazia.
"Dan kau sopanlah kepada orang yang lebih dewasa darimu. Aku yakin kau tahu tentang tata krama"
"Jangan mentang-mentang kau pangeran, bertindak sesukamu"
"Kau ini pangeran lho, contoh teladan. Pangeran model sepertimu seharusnya lebih ditekankan tata krama"
Si bocah merasakan jleb dari kata-kata asin itu. "Ya deh"
"Waktuku tidak lama. Tunjukkan dimana Batu Raja Hutan?"
"Lewat sini"
Bocah laki-laki itu membuka sulur-sulur panjang yang menutupi sebuah batu berwarna obsidian berlubang kecil dan jika dibayangkan dalan benak Glazia, gadis itu harus berjalan membungkuk untuk memasuki lubang tersebut.
"Apa yang kau tunggu? Katanya waktumu tidak banyak" sewot bocah itu. "Tubuhmu ramping dan tidak terlalu semampai jadi bisa masuk ke sana"
Glazia sedikit melirik ketika dibilang tidak terlalu semampai. Aku tidak sependek itu bocah Pangeran, 48 meter tergolong tinggi monolog Glazia dalam batin.
Segera gadis muda ini masuk ke sana sembari berjalan membungkuk meski kepalanya terbentur langit-langit lubang lebih dari 5 kali.
Bocah itu kembali menutup sulur-sulur dan meninggalkan tempat tersebut. "Semoga sukses Putri"
Kembali ke dalam goa mini dengan lubang sempit dan pengap, kepala jadi korban terjedot apabila kurang membungkuk tetapi tidak mematahkan semangatnya yang amat tinggi.
Cahaya terang sudah nampak didepan mata.
*
See you
Sekian
Terima Bokuto

KAMU SEDANG MEMBACA
Glazia (Revisi)
FanfictionKisah tentang Aoi Hi no Seishin. Kisah pahit dan manis seorang ultra warrior pemilik kekuatan api biru. Gelar Aoi Hi no Seishin (jiwa api biru) tersematkan pada dirinya. Sosok ultra warrior wanita biasa yang mengemban tugas sebagai seorang medis sek...