43

4.1K 223 3
                                    

"bun!!berangkat dulu!"teriak alvin dari halaman depan,dia buru-buru berangkat bukan ke acara yang di selenggarakan tapi dia,alena beserta kembar pergi ke rumah sakit karna pagi tadi kabar i kalau mbak izza kejang-kejang dan detak jantungnya yang tak menentu."kemana?"tanya bunda yang tak dijawab alvin.

"Semoga mbak izza selamat."alena berdoa dalam hati,kedua tangannya memegang badan kembar.ucap alena saat mobil sudah melaju ke jalanan.

Mereka tak sempat menaruh kembar di kursi mereka sendiri.alvin pun sudah menawarkan untuk membawa salah satu agar alena tak kesusahan,tapi alena menolaknya takut kecelakaan.

"Ketemu bunda."alena mencium kedua pipi kembar secara bergantian,suaranya pun terdengar bergetar,sangat-sangat bergetar,"al."alvin melirik ke samping saat alena baru saja berbisik kepada kembar dengan suara yang bergetar.

Alena mendongakkan kepala nya ke atas agar air matanya tak jatuh.alvin sesekali melirik ke pada alena.tapi kemudi saat ini lebih penting dari pada alena.

Alvin menelfon vano,

"Beli kalung terserah!"alvin hanya berbicara sesingkat itu kepada vano.

Sedangkan vano mendengus kesal karna bosnya yang seenaknya sendiri."terserah kan?"vano mengangguk-anggukkan kepalanya,memasukkan ponselnya ke dalam saku celana bahan miliknya,lalu keluar dari ruangan alvin menuju lift.

"Siapa?"tanya alena,sambil menatap alvin yang sedang ada di sampingnya.

"Vano."jawab alvin singkat.dia melirik ke arah samping lalu memfokuskan lagi ke depan.

"Oh."

_______

"Adik iparnya ya?"tanya dokter yang dulu menangani mbak izza.

Alvin hanya mengangguk,dia mengendong kembar sekaligus sambil mendengarkan perkataan dokter yang sedang menjelaskan perihal kesehatan fisik mbak izza.

"Ada hal yang serius?"alvin menaikan satu alisnya ke atas matanya pun menatap dokter dengan tajam.dokter terlihat gelagapan dengan tatapan alvin yang sangat menusuk.

"Tadi malam kami mengecek keadaanya masih baik,tapi pagi tadi pasien terlihat kejang-kejang dan detak jantungnya tak normal."dokter membuka kertas selebaran yang berisi data dan hasil pemantauan pasien.

"Bisa di prediksi kapan kakak ipar saya bangun?"alvin membenarkan letak kembar di tangannya yang di rasa tak nyaman.

"Itu tergantung pasien sendiri."

Alvin berdiri,"baiklah,terimakasih."alvin keluar dari ruangan dokter itu lalu berjalan menuju ruang inap mbak izza.

"Ke tempat bunda."alvin mencium puncuk kepala kembar dengan penuh kasih sayang.

Sampainya di ruangan,terlihat alena sedang mengobrol dengan vano,sangat bahagia huh?."ehem!"alvin berdehem di depan pintu yang masih terbuka.

Alena dan vano mengalihkan pandangan ke arah pintu,alena berdiri lalu berjalan ke arah alvin.dia mengambil kembar dari gendongan alvin secara bersamaan.

"Al?"alena menjauh dari alvin menuju brankar mbak izza."sayhello sama bunda."
Alena melambaikan tangan kecil kembar ke udara.

Di umur kembar yang sudah memasuki 4½ bulan,kembar sudah berbicara sedikit walau hanya mengikuti perkataan yang mudah saja.kembar pun bisa tengkurap di bulan ke tiga.menurut dokter pun itu tidak terlalu cepat untuk umur segitu.

Alvin menyodorkan tangan nya ke depan sambil menatap vano,"apa?"vano yang tak mengerti pun mengangkat satu alisnya ke atas.

"Kalung!"ucapnya dengan kesal,mood nya sedang tak baik hari ini pun pekerjaan kantor nya belum ia kerjakan.

Al[Alvin+Alena] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang