4 Tahun berlalu, Jasson berusia 3 tahun lebih, ia sangat tampan ceria dan pintar, bahkan di usia itu saja, Jasson sudah tuntas membaca hingga menguasai beberapa bahasa, sebagai orang tua yang sudah mengasuh dirinya, tentu saja Herman sangat bangga, tak ada kata yang bisa di utarakan selain "Hebat"
Hubungan Laura dan Adamar terus saja tidak memiliki kejelasan, semanjak Adamar kembali dari pendidikanya, ia langsung mengambil alih perusahaan Moon, ia bekerja siang malam sampai tidak ada waktu untuk bermain dengan wanita lagi, Adamar sangat dingin dan cukup kejam, sampai-sampai Jasson mendapati wajah ibunya yang lebam karna tamparan pria itu.
Sekalipun Jasson di sembunyikan, tapi sejak awal ia di berikan paham, bahwasanya Jasson bukan putra Herman, ia memiliki ayah bernama Adamar Moon dan ibunya Laura Willian, tentu saja, waktu untuk Laura bertemu Jasson hanya saat Adamar ke luar kota, atau ia lembur bekerja, bahkan pertemuan itu terjadi dengan keamanan tingkat tinggi, dimana tak ada yang mengetahuinya.
"Ibu, apakah kau masih belum bisa mengenalkan aku pada ayah?" Tanya Jasson dengan penuh kepolosan, ia yang berusia 3 tahun cukup mengerti dengan hubungan rumit orang tuanya.
"Sayang, maafkan ibu nak. Tapi sekarang belum waktunya. Tunggu saat ayahmu sudah mempercayai ibu, lalu menerima ibu seperti dulu lagi. Aku akan mengenalkan kamu padanya. Jika aku mengenalkanmu sekarang, ibu takut semuanya semakin rumit"
"Tapi, aku ingin bertemu ayah, dan bicara dengannya untuk berhenti memukul ibu"
"Jasson, dengarkan aku. Ayahmu bukan orang jahat, ia tidak sengaja memukul ku, karna berada di bawah pengaruh alkohol. Bisakah kau memaafkan ketidak sengajaan ayahmu nak?"
"Benarkah ini tidak sengaja?" tanya Jasson lirih, saat tangan kecil itu mengusap permukaan wajah Laura yang lebam.
"Iya sayang, ini tidak sengaja" terusnya sembari memeluk putranya.
Hingga pertemuan singkat mereka berakir, Herman yang masih menaruh hati luar biasa pada Laura hanya mampu mengobati luka yang dibuat oleh suaminya.
Jika di tanya, apakah Herman marah? Iya dia sangat marah, namun apa yang bisa ia lakukan, ketika Laura sendiri ingin memeluk rasa sakitnya. Sampai berjuangpun tidak bisa lagi mendapati Laura, sebab hatinya sudah di jatuhkan terlalu dalam pada Adamar.
Jika saja Herman bisa mengulang waktu, ia ingin mengubah sikap pengecut di masa lalu, sikap yang memilih mundur karna tidak sanggup menghadapi kenyataan, sikap yang memilih diam ketika Laura terus mengejar, andai saja saat itu Herman menjangkau tanganya, tidak, andai saja saat itu Herman menjelaskan perasaanya, akankah masa depan mereka berubah.
Bodohnya Herman, ia tidak mengejalaskan perasaanya, tidak mengutarakan sukanya, tidak memberikan kepastian, bahkan saat ada pertannyaan seharusnya ada jawaban, tapi kenapa saat Laura mengajukan sebuah pertanyaan tentang, Herman mencintainya atau tidak, tapi dia malah diam saja. Bukankah itu semua sangat pengecut, hingga wanita yang ia cintai bersama dengan pria yang tidak sadar akan cintanya.
Di kamat hotel itu, Adamar dengan telaten mengompres bagain wajah Laura yang memar, beberapa pengawal sudah berhamburan pergi untuk meninggalkan mereka berdua, bersama dengan Jasson yang tertidur lelap di atar sofa besar.
"Laura, apa kau tidak bisa berusaha mencintaiku lagi? karna aku sangat mencintaimu" sontak Laura terdiam, ia terpana atas mata yang begitu yakin menatap kedua matanya.
"Aku sadar ini terlambat, bahkan sangat terlambat. Tapi tidak ada kata terlambat jika kita mau berusaha, bisakah kau mencintaiku lagi, bisakah kau berusaha seperti Laura-ku yang dulu"
"Kak-"
"Laura, aku tau kau akan menyangkal itu, tapi coba dengarkan aku untuk kali ini saja" paksa pria itu saat Laura ingin menyangkal dirinya.
"Jika kau berharap Adamar mencintaimu lagi, itu sangat tidak mungkin. Karna perasaan Adamar padamu hanya sebatas penasaran semata, ia hanya ingin memilikimu, saat kau sudah dia dapatkan, rasa penasaran itu berubah menjadi bosan. Untuk seseorang yang tidak tertarik padamu lagi, kenapa harus kau pertahankan"
"Sudahlah"
"Kau yang seharusnya menyudahi ini Ra, mau sampai kapan kita akan menyembunyikan Jasson, bagaimanapun Jasson harus memiliki orang tua untuk prosedur data pendidikanya, kau tidak bisa menyembunyikan dia dari Adamar, ini sudah waktunya untuk Adamar tahu, jika ia tidak bisa menerima itu, aku yang akan menjadi tameng bagi Jasson"
"Kak, ini tidak semudah yang kau bayangkan"
"Lalu, di bagian mana-nya yang rumit. Bisakah kau menjelaskan sesuatu padaku. Kenapa kau harus melangkah sejauh ini Ra, apa kau tidak kasihan dengan Jasson, sampai kapan ia harus menunggu"
"Aku akan memikirkanya, sudahlah, aku harus pulang"
Namun tangan Laura di cegat oleh pria itu, Herman menangkap wanita yang ia cintai, lalu memeluknya dengan perasaan hangat, tapi beberapa saat, Laura mendorong tubuh Herman, seolah ini tidak pantas mereka lakukan sebab Luara sudah menjadi istri Orang.
"Maaf kak, aku tidak ingin kau salah paham jika terus lancang seperti ini. Aku tahu kau sangat peduli pada Jasson, dan terima kasih untuk itu. Tapi jaga batasan diantara kita, aku sudah menjadi istri sah Adamar, rasanya kau tidak berhak berlaku seperti ini lagi"
"Maaf, aku hanya ingin menghiburmu"
Namun Laura terlanjur kesal, ia meninggalkan Herman di kamar hotel itu, wanita itu berlalu pulang ke rumah utama Moon. Di saat itulah Jasson tahu, bahwasanya Herman menyukai ibunya. Mungkin hal seperti ini terlihat sangat biasa saja bagi anak berusia 3 tahun.
Tapi dengan kejeniusan yang Jasson miliki serta sikap dewasa sebelum waktunya, membuat Jasson mamahami jika hubungan dua manusia itu sangat rumit, seolah dunia percintaan dan orang dewasa itu seperti biduk masalah yang kian menerjang, tak ad jeda ataupun henti, semakin keras seseorang mencoba mendapatkan sesuatu, semakim sulit sesuatu itu untuk diraih.
*
Herman terbangun dari tidurnya, sikap Jasson ketika di restoran hotel benar-benar membuatnya mengalami mimpi buruk hingga Herman tidak tahu, kenapa ia sangat ketakutan soal itu, semoga saja Jasson tidak mengetahui fakta sesungguhnya.
"Laura, jika saja kau ada di dunia ini. Apakah anak-anakmu akan bahagia? Akankah Jasson yang kita lindungi dari Adamar tidak akan sekejam ini. Bahkan yang membuat hatiku perih, saat anak yang aku besarkan dengan penuh harapan baik itu, tumbuh menjadi pria mengerikan dengan wujud malaikat"
Sungguh, Herman cukup lelah menangung permasalahan ini, sekarang tidak hanya Laura saja yang mengalami cinta yang tidak bisa ia miliki, Serafina sepertinya mengikuti jejak Laura, akankah ada keajaiban, ketika benci dan dendam yang Jasson tanam, sirna begitu saja?
Hingga ponsel yang berada di sampingnya berbunyi, tentu Herman menyautnya. Panggilan itu dari putranya Kenderick, namun atas penjelasan yang Ken tuturkan, sikap bungkam yang mampu Herman berikan, ia mendengarkan seluruh jabaran masalah dari Kenderick, mencerna baik-baik informasi yang di berikan pria itu, hingga Adamar frustasi, apa yang harus ia pilih sekarang? Akankah ia memberitahu jika kematian Laura di akibatkan oleh Ronaya, istrinya.
Yang ada di fikiran Herman saat ini.
"Mengungkap kebenaran atau membiarkan kebohongan untuk menjadi kebohongan baru"
KAMU SEDANG MEMBACA
Second marriage of Serafina
Teen Fiction[WARNING ONLY FOR 21+] ------------------------------------------- Ayah menikah lagi setelah Serafina menjadi anak piatu atas kepergian ibunya, Sera memiliki ibu tiri yang cukup membencinya sedangkan adik sambungnya terus iri setelah merampas banyak...