[Episode : 71] keliru

196 17 2
                                    

Seperti desiran ombak yang menyapu bibir pantai, menghempas maju lalu menarik mundur alur air tanpa tersekat,  seperti itu juga  tatkala Jasson menghisap puntung rokok yang ia sesap penuh kenikmatan, sembari melambungkan asap ke udara.

Pria itu melirik sinis pada Laki-laki tua di depan matanya, Jasson memperlakukan Adamar dengan sikap tidak manusiawi, namun apa yang pantas diterima pria itu,  selain sikap kecewa yang telah menghancurkan kehidupan Jasson sejak ia dilahirkan.

Persetan dengan semua yang ada di kepala ayah 2 anak itu,  ia melemparkan rokok yang sengaja tak dihabisi kearah lantai,  lalu menginjaknya dengan sepatu kulit berwarna hitam yang Jasson kenakan.

"Kenapa kau terlihat begitu menyedihkan,  apa kau merasa hancur,  atas anak yang tidak ingin kau akui terlahir dewasa untuk membunuhmu" tutur Jasson pada ayah kandungnya.

"Tuan Adamar Moon,  aku tidak tahu bagaimana caramu menjerat ibuku, sampai dia begitu bodoh hingga mau hidup denganmu.  Tapi,  apa kau manusia?  Menyiksa batin seorang wanita hanya karna rasa cemburu,  setiap aku bertemu dengan ibuku,  wajahnya penuh akan memar,  tanganya penuh akan luka,  tatapan yang lesu,  bibir yang pucat,  seperti manusia yang tidak terurus,  bukankah itu sangat menyedihkan untuk ku ingat" bentak Jasson kehadapan beliau.

Suara pria itu terdengar mengelegar keseluruh ruangwn,  bahkan urat di lehernya muncul kepermukaan dengan hawa dendam paling membunuh untuk ia curahkan.

"Aku sudah lama menanti momen ini,  waktu dimana aku menghancurkan ayah kandungku dengan tanganku sendiri, sialnya aku dihadapan pada kenyataan,  kau cukup berguna untuk Tuhan ciptakan" hina Jasson ketika menatap Adamar yang terkulai lesu atas kenyataan yang sulit ia terima.

Bukankah Laura mengatakan padanya. Jika anak itu sudah ia gugurkan. Laura sendiri yang bersikeras jika kehamilanya bukanlah anak Adamar, melainkan Herman Gitlon.  Tapi kenapa anak yang sudah Adamar terima dengan lapang dada, anak yang seharusnya menjadi harta keluarganya,  hingga ia ikhlaskan untuk menjadi seorang ayah walaupun bukan darah dagingnya,  mempunyai kecocokan genetika dengan Adamar, bahkan hal itu sangat valid tanpa ada keraguan.

Mata pria tua itu menegadah melihat putranya,  anak kandungnya dari Laura yang entah bagaimana terpisah dari Adamar sampai berakir di tangan Herman Gilton,  tangannya yang sedang terjerat besi dengan kaki ditekuk kepermukaan lantai,  melapangkan dada menerima kenyataan pahit ini, namun rasa tidak terima denga seribu penjelasan pantas ia dapatkan. Mungkin tidak pada Laura,  melainkan Herman Gilton sendiri,  apakah mereka berdua menjadikan Jasson korban atas keserakahan dimasa lalu, atau pria ini memang dipergunakan sebagai bentuk balas dendam.

"Jadi kau putra pertamaku" lirih Adamar atas segala kata yang sedari tadi Jasson luapkan.

Bahkan tak ada sakit hati atas ucapan anaknya,  terlihat sekali dendam dan rasa sakit dari mata Jasson hingga menyentuh relung nuraninya, Adamar sendiri tidak memahami seberat apa Jasson menjalani hidupnya, namun ia paham,  tidak mudah bagi Jasson hidup dalam kekeliruan itu.

"Apa pantas kau mengucapkan kata itu dari sekian banyaknya kesalahan yang kau lakukan!" teriaknya penuh gila.

Kenapa pria tua itu sangat tidak tau diri,  bagaimana bisa ia mengatakan hal itu dengan mudah tanpa membesarkan atau mengidupi Jasson dengan setetes keringat saja. Seharusnya ia merasa bersalah,  merasa putus asa sehingga tak berani mengangkat wajahnya untuk menghadapi putranya,  tapi lihatlah pria di depan mata Jasson kali ini,  dengan percaya diri menatap wajahnya tanpa memalingkan pandangan sedikitpun.

"Kenapa kau tidak membunuhku?" tanya Adamar ketika meremukan kedua tanganya.  Tadinya ia mengira  sikap Jasson sebagai bentuk pengkhianatan semata atas bisnis yang mereka sepakati antara keluarga,  namun alasan utama atas sikapnya,  sebagai bentuk perlawanan atas kekecewaan seorang anak pada ayah kandungnya.

Second marriage of SerafinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang