"Kenapa mantan suami mu membuat kekacauan seperti ini, jika dia cemburu setidaknya bisa menyerang ku saja. Tapi dia malah mempermalukan dirimu. Apa itu masuk akal"
Sedari tadi Sera hanya diam, setelah mendapatkan semua hal mengejutkan dari pria yang dia cintai, apalagi perkataan Alexi seperti garam yang bertabur diatas lukanya, membuat Serafina pergi meningalkan kamar hotel.
Ia mencegat Taxi untuk kembali pulang, sambil memeberikan tips ke petugas keamanan yang berjaga sepanjang hari.
Sera menyibakan rambut keara belakang, ia sangat pusing dengan sikap Kenderick yang kenak-kanakan sekali, apakah dia fikir mereka berdua dalam hubungan percintaan yang menjadikan cemburu seperti sikap jenaka, tanpa memikirkan efek samping perbuatanya.
Seandainya Ken tahu, semua orang bersatu untuk menghancurkan hubungan mereka, apakah ia masih sangup bertingkah seperti ini, entah itu Jasson, Herman Gilton, Celine, Alexi, David, mereka memiliki satu tujuan yang sama, memisahkah Serafina dan Kenderick. Namun saat ini Ken memperkeruh keadaan, membuat Serafina memiliki titik kelemahan.
"Kenapa dia harus seperti ini" batin Sera dengan segala kelelahan hatinya.
Ken bisa saja diam atau kecewa, dia bisa mengamati dan mendukung Serafina, namun Ken menjadi orang yang juga berlawanan denganya. Apakah itu masuk akal?
"Nona, kita susah sampai" putus sang sopir kearah penumpang.
"Oh, baiklah" Sera mengambil lembaran uang kertas di dompetnya untuk di berikan pada beliau. "Terimakasih banyak pak, ambil saja kembalianya" hingga Serafina memasuki apartemen dengan langkah pelan.
Ia berjalan sepoyongan di sepanjang lorong sepi, badanya terasa remuk ketika keluar dari pagi buta lalu kembali dini hari menjelang pagi lagi. Membuat Serafina di landa letih berkepanjangan tanpa ada tempat sandaran hingga dirinya menghentikan langah kaki itu.
Sera berjongkok diantara lorong yang hampir mendekati pintu kamar, ia merasa hidupnya selalu mencapi titik terendah hingga tak ada yang bisa Sera lakukan.
Saat Sera mencoba melawan arus, selalu ada yang datang dan menghampiri, masalah bertubi-tubi menghadang, pria yang Sera cintai tak mampu mengerti situasinya, semua orang menjadikan Sera titik balas dendam, bahkan ia selalu di targetkan untuk tidak bahagia.
Apakah Sera harus menyerah? Mencoba menghentikan perasaan dan keinginan atau harapan tentang masa depan.
Mencoba membiarkan dirinya tak bahagia untuk menerima keinginan mantan mertuanya. Serta Jasson yang ingin Sera menikahi Alexi agar mereka bisa mengambil alih Grup Gilton untuk menghancurkan Tuan Herman. Jika Sera menikahi Alexi maka semuanya berjalan dengan baik, namun jika ia mempertahankan Ken, Sera terus melawan arus yang begitu deras untuk menghantam.
"Aku lelah" batin Serafina atas jiwanya yang mulai memberontak. "Haruskah aku menyerah tentang Ken?"
"Menikahlah denganku" tawar seorang pria yang berdiri tegak di hadapan Serafina.
Pria itu mengunakan sepatu kulit berwarna coklat yang senada dengan pakaian yang di kenakan, mata Sera menatap kearah atas ketika David beridiri di hadadapanya.
"Berdirilah" ucap David dengan tatapan kasihan hingga mengulurkan tangan pada Serafina.
Sera tak menyaut bantuanya, ia berdiri sendiri untuk menghadapi kehadiran sahabatnya.
"Ada dua orang yang mengucapkan kalimat itu setiap harinya. Tadi malam pria Meksiko yang sangat menyebalkan, hari ini sahabat baik ku sendiri" terus Sera dengan senyum tipisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second marriage of Serafina
Ficção Adolescente[WARNING ONLY FOR 21+] ------------------------------------------- Ayah menikah lagi setelah Serafina menjadi anak piatu atas kepergian ibunya, Sera memiliki ibu tiri yang cukup membencinya sedangkan adik sambungnya terus iri setelah merampas banyak...