Villa mewah yang memiliki keluasan luar biasa dengan kamar tidur 583 meter persegi menjadikan tempat ini sebagai Villa terbagus yang Ken ciptakan, selain itu tempatnya yang berada dipinggiran kota dekat dengan perairan itu memerlukan helikopter untuk menyebarang kesana, tak tanggung-tanggung keamanan tingkat tinggi yang Ken siagakan membuat semua orang sulit menjangkaunya, bahkan hingga detik ini tak ada yang bisa mencapai tempat itu kecuali orang penting saja.
Ken menuruni Helikopter yang ia tumpangi selama 30 menit, bahkan helipet yang ada di halaman depan sengaja ia buat dengan amat luas, sampai beberapa pelayan keluar dengan tergesa untuk memberikan hormat pada Kenderick.
"Selamat datang Tuan" sapa pengurus Villa, namun Ken melampaui dirinya, ia tidak menerima basa basi siapapun dan begitu tergesa melangkah kearah dalam.
Memasuki Villa miliknya yang mungkin sangat elegan dan berkelas, di tambah pilar tinggi yang menjulang, dengan warna alami berpadu dengan laut membentang dan tanaman hijau disepanjang perkarangan, membuat Kenderick berlari menelusuri anak tangga untuk mencapai tujuanya.
"Aku akan membunuhnya"
"Lepaskan aku!"
"Nyonya anda harus tenang" teriak sang perawat dengan penuh gusar, bahkan jarum yang sudah ia genggam belum mampu di tancapkan kearah sang pasien.
"Ma" lirih Ken kaget atas wanita yang hilang Kendali di kamar mewah itu.
Melihat kehadiran Ken, tentu beberapa perawat menepikan diri sebab di tangannya ada benda tajam yang kapan saja bisa melukai mereka.
Wanita ini, Ronaya Alester Gilton. Nyonya besar Gilton yang sudah sekian tahun menjadi pasien atas gangguan mental yang ia idap, Ronaya mengalami Skizofrenia tipe depresi, penyakit ini di tandai dengan sindrom heterogen atas pola fikir yang tidak teratur, gejala yang paling mencolok ialah gangguan proses berfikir, gangguan kemauan, Depersenalisasi (Perasaan berkelanjutan seolah-olah mengamati diri sendiri dari luar tubuh atau memiliki perasaan bahwa orang-orang di sekitar tidak nyata)
sering terjadi waham (keyakinan pada sesuatu yang tidak nyata) hingga halusinasi yang sering menarik diri dari lingkungan sekitar."Mama" teriak Kenderick dengan nafas tersengal, ia mendapati kamar wanita itu sudah berantakan hingga beberapa benda hancur lebur, dengan sebuah pisau yang ada di tanganya, Ken tentu amat terburu-buru ke Villa ini, tempat dimana ia menyembunyikan wanita yang paling ia cintai sebelum Serafina.
"Ma..." lirih Ken tenang, pria itu berusaha memberikan rasa aman pada mamanya, setidaknya Ken paham, ada sintom yang membuat beliau menjadi separah ini.
"Ini Ken, mama yang tenang ya. Ken ada disini"
"Kau bukan anak ku" bentak Ronaya kearah putranya.
"Lepaskan aku, aku akan membunuh wanita itu beserta anaknya" teriak Ronaya dengan mata menajam dengan urat leher yang menjalar ke permukaan.
"Mama, tenanglah. Ini benar-benar Kenderick" tutur Ken dengan penuh kelembutan, ia melangkah secara perlahan sambil menatap mata mamanya yang penuh kemarahan, Ken sadar wanita itu berada dibawah kesadaran, jadi Kenderick perlu hati-hati untuk menyingkirkan benda tajam yang ada di genggamanya.
Satu langkah untuk Ken maju, dua langkah Ronaya merengsek mundur sembari mengacungkan pisau kearah Kenderick, seolah mengancam putranya jika berani mendekat, bahkan para perawat menahan diri untuk tidak berteriak.
"Ma, benda itu sangat berbahaya. Nanti mama akan terluka, lepaskan ya" bujuk Ken dengan sabar, pria itu berusaha mendekatkan diri kearah ibunya, sebab tak ada piliha lain selain menyingkirkan benda itu dari tanganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second marriage of Serafina
Novela Juvenil[WARNING ONLY FOR 21+] ------------------------------------------- Ayah menikah lagi setelah Serafina menjadi anak piatu atas kepergian ibunya, Sera memiliki ibu tiri yang cukup membencinya sedangkan adik sambungnya terus iri setelah merampas banyak...