Herman Gilton membasuh permukaan wajahnya dengan air yang mengalir deras di wastafel kamar mandi, ia menatap kaca beninf dengan sedikit menunduk sambil kembali kearah tujuan, tatapan Herman menajam pada dirinya sendiri, seperti pedang tajam yang mampu menembus permukaan membuat amarah Herman semakin tak tertahankan.
Kenapa hari-hari yang berlalu, menjadi berantakan, tujuanya perlahan hancur hanya karna cinta manusia, bukankah itu menjijikan, seolah semua orang mampu bertahan untuk cinta mereka, namun kenapa Herman berbeda, ia tak memiliki hak untuk bertahan bahkan ia tak berhak memiliki Laura, sungguh ini pilu paling paripurna yang tak bisa Herman terima.
"Pa" suara gadis memutus lamunan Herman, gadis itu putrinya Natalia yang berdiri diambang pintu dengan kepala mencondong kearah dalam.
"Kenapa sayang?"
"Ada yang mencari papa diluar" ucapnya.
Natalia tak banyak bicara, ia menatap dingin pada beliau hingga Herman bertanya.
"Siapa?"
"Lihat lah" sautnya singkat.
Herman menuju ruang tengah, melihat siapa yang datang hingga langkah kakinya terhenti tepat menyaksikan gadis berpakaian minim dengan dengan dandanan tebal duduk di ruang tamunya.
Mata Lolita mengedar pada pria tua itu, ia memposisikan duduk dengan tidak sopan sambil menatapnya dengan penuh perhitungan.
"Kenapa kau ke rumahku dengan pakaian seperti ini"
"Kenapa? Apakah kau merasa malu? Bukankah perlakuanmu jauh lebih memalukan dari pakaianku"
Seketika Natalia menatap papanya, ia bingung kenapa keluarga besan mereka bersikap seperti ini pada beliau, hingga wajah Herman berubah canggung jika Lolita bicara semuanya di hadapan putrinya.
"Lia sayang, masuklah ke kamar mu, Papa ingin bicara dengan Lolita"
"Tapi-"
"Apa kau takut bila anakmu tahu perbuatan kejam mu" timpal Lolita dengan kurang ajar hingga Natalia jengah atas sikap keterlalunan dari gadis itu.
"Jaga bicara mu tentang papa ku" geramnya, Natalia mendengus jengkel kearah Lolita sembari melanjutkan penuturan. "Lagian apa kau tidak tahu malu bertamu selarut ini dengan pakaian seminim itu"
"Kenapa aku harus malu, aku kesini untuk menanyakan dimana papamu, menyembunyikan-"
"Natalia!" bentak Herman Gilton untuk memaksa putrinya masuk ke kamar itu. Natalia yang begitu kaget atas bentakan tersebut, merengsek mundur untuk pergi ke kamarnya.
Setelah gadis itu meningakan Herman dan juga Lolita, pria tua tersebut memposisi diri diseberang Lolita, dengan tatapan membunuh yang bisa ia tampilkan secara gamblang, Lolita dengan segenap keberanian dirinya menarik paksa rasa itu untuk memasang insting waspada, ia percaya bahwa pria tua ini orang yang sangat mengerikan jika kita lengah.
"Apa kau mengancamku?" tawar Herman dingin.
"Aku tidak mengancam-mu Tuan Gilton. Hanya saja aku melihat anakmu yang polos itu tak tahu bagaimana ayahnya ini"
"Jangan menyangkut pautkan Natalia dengan masalahku" ancamnya tegas, membuat Lolita menganggukan kepala singkat sebelum akirnya bertanya.
"Dimana ibuku?"
"Kenapa kau bertanya ibumu padaku?"
"Kau yang membuatnya seperti itu, kau membuat manusia bekerja seperti mesin, entah apa yang ia perbuat hingga menjadi budak, sekarang, aku tak bisa menemukan dia dimanapun, apa kau membunuhnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Second marriage of Serafina
Roman pour Adolescents[WARNING ONLY FOR 21+] ------------------------------------------- Ayah menikah lagi setelah Serafina menjadi anak piatu atas kepergian ibunya, Sera memiliki ibu tiri yang cukup membencinya sedangkan adik sambungnya terus iri setelah merampas banyak...