Kadang kita di hadapkan pada pilihan-pilihan sulit, namun lebih sulit lagi saat tak punya pilihan dan terpaksa pasrah menerima kenyataan.
Bukankah Kenderick orang yang seperti itu, mencintai Sera adalah hal yang rasional untuk hidupnya, ketika logika, perasaan, realitas menyepakati hal yang sama, maka Serafina pemeran utama.
Namun seminggu setelah sikap terbodoh yang Ken lakukan, Sera tak pernah muncul dimana-mana, Ken mengunjungi apartmen, namun Serafina telah menganti sandi pengaman hingga pria itu seperti orang dungu yang terus menekan bel lalu berdiri sepanjang malam di depan pintu besi.
Entah apa yang terjadi sekarang, Sera mengurung dirinya sendirian. Ken cemas, memikirkan apakah Sera baik-baik saja atau tidak.
-
Buku yang bertebaran diatas meja dan bertumpuk tinggi di lantai sudah di tuntaskan dengan baik, wanita dengan rajut coklat selutut merengang badan penuh nikmat, merasakan tulang belulang hampir remuk sekujur badan, ia menghabiskan waktu sepanjang hari dengan seluruh buku di ruang perpustakaan pribadi milik ayahnya.
Ada sebuah kalimat yang sangat Sera sukai, dari seorang Psikolog hebat, Analisa. Pencapaian diri itu bukan tergantung seberapa banyak resolusi yang kita punya, tapi tentang seberapa keras dan sungguh-sungguh kita untuk melakukan eksekusinya.
Kalimat yang setiap hari membuat Sera sadar, bahwa apapun yang ia inginkan, harapkan, fikirkan, tak akan pernah terjadi, jika Sera tak berani mengambil keputusan atau bertindak tegas, bukan pada Kenderick saja, namun tentang dirinya sendiri yang terus berkhayal tanpa timbal balik yang tidak setimpal.
-
Buah segar terletak di sangkarnya dengan indah, Alexi membawa keranjang buah untuk mengunjungi kediaman Serafina. Pria itu melepaskan kaca mata hitam sembari menekan bel guna menagih sebuah jawaban, atas kurung waktu yang Alexi tetapkan.
Pria Meksiko yang sangat tampan itu tersenyum ramah ketika Serafina mulai bersikap sportif. Baginya, Sera perlu menerima kenyataan terlepas dari cinta yang tidak berdasar, mungkin Ken menempatkan satu ruangan yang berharga tanpa ada pemiliknya, namun Alexi percaya, tidak hanya satu bilik saja yang ada di hidup manusia.
Segala sesuatu memiliki masa, apalagi perihal rasa. Seseorang akan berharga berdasarkan prosesnya. Mungkin, Sera akan menemukan Ken yang lain, di masa yang berbeda, atau orang yang berharga, di bilik hidupnya.
"Bagaimana? Apa kau sudah cukup untuk menenangkan dirimu?" tanya Alexi ketika mendudukan diri di seberang Sera.
"Belum. Tapi aku menemukan hal seru"
"Tentang?"
"Penawar untuk ibumu" sontak ucapan Sera membuat Alexi jengah. Namun wanita itu tersenyum ramah, sambil kembali ke buku bacaanya. "Pneumono ultra microscopic silico volcano coniosis" ujarnya dalam bahasa yunani, membuat kening Alexi berkerut dalam atas bahasa yang hanya Sera pahami sendiri.
"Baiklah, aku akan memperjelasnya" tutur wanita itu ketika menyadari kesalahanya. Sembari meneruskan perkataan. "Debu halus atau sering di kenal debu vulkanik ini merupakan serangan yang langsung mengincar paru-paru. Virus XZ semakin berkembang biak di tubuh inang lewat debu halus sebagai pemicu, hal ini membuktikan, ibumu tak akan bisa hidup normal sampai menerima Vaksin yang sudah di musnahkan di masa lalu. Jika kau ingin Vaksin itu tercipta lagi, tentu hanya ayahku yang mampu. Mengigat udara sudah terkontamisi dengan debu halus, bahkan diseluruh dunia hanya sebagaian kecil tempat yang tidak terpapar Vulkanik, membuat kemungkinan semakin kecil untuk kesembuhan beliau. Beruntung kondisi ibumu sangat baik atas segala fasilitas tingkat tinggi yang menunjang, membuatnya berumur panjang meskipun melalui pengobatan ilegal. Tetapi Alexi, atas semua hal ini, menciptakan vaksin yang puluhan tahun sudah berhenti di edarkan. Ini tidak mungkin lagi!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Second marriage of Serafina
Teen Fiction[WARNING ONLY FOR 21+] ------------------------------------------- Ayah menikah lagi setelah Serafina menjadi anak piatu atas kepergian ibunya, Sera memiliki ibu tiri yang cukup membencinya sedangkan adik sambungnya terus iri setelah merampas banyak...