Perut bulat Celine yang melendung ia usap bersamaan dengan dadanya yang terasa sesak, wanita itu tertawa getir menyaksikan pemandangan tak masuk akal di depan matanya.
Botol minuman keras berserakan dimana-mana, udara pengap terasa begitu kecut untuk ia hirup, sudah seminggu lamanya Ken seperti ini, pulang dengan keadaan mabuk, hingga tertidur sampai siang hari, beserta jas dan dasi yang melekat di tubuhnya.
Pria itu tidak lagi depresi namun seperti menyiksa diri hingga mati. Sungguh, Celine tak menduga separah ini efek yang terjadi atas hubungan yang kandas bersama Serafina.
"Apa kau yakin untuk seperti ini terus" tanya Celine ketika melangkah mendekati Kenderick.
Tentu Ken menarik kesadaran diri atas kedatangan istri SAH-nya, namun Ken enggan membuka kedua mata untuk meladeni Celine.
"Ken. Hari ini, kau resmi bercerai dengan Sera" ujar Celine ketika memberitahu sebuah kenyataan.
Kenderick hanya tersenyum pedih, menutup kedua matanya dengan lengan yang mampu menangkal cahaya siang ini.
"Sampai kapan kau akan menyiksa diri?" tanya Celine sekali lagi, ketika mengarahkan pandangan kearah bawah.
Pria yang tergeletak dilantai itu, amat malas menjawab pertanyaan tak masuk akal tersebut. Dia bertanya sampai kapan Kenderick menyiksa diri? Apakah boleh ia menjawab, sampai mati!
"Ken" teriak Celine penuh geram atas kebungkaman suaminya.
Kenderick mendesis jengkel. Ia berdiri dengan tubuh sempoyongan untuk beranjak keatas ranjang, Celine mengeleng kepala melihat tingkah miris pria itu.
Hingga Papa masuk ke kamar mereka, beliau membawa sebuah dokumen untuk di hempaskan ke tubuh Ken. Membuat pria itu gagal melanjutkan mimpi indahnya.
"Ini surat perceraian resmi-mu" tegas Herman dengan penuh kebencian, hingga Kenderick terpaksa mendudukan diri, keningnya bertaut dalam dengan pandangan nanar dan juga mata menyipit, berusaha membaca satu persatu tulisan disana hingga Ken menerima keputusan Sera.
"Baiklah. Aku sudah bercerai sekarang" lirih Ken dengan berlapang dada.
Sambil kembali membawa diri untuk melanjutkan mimpi. Celine yang melihat pemandangan itu menatap bingung atas tingkah Ken. Apalagi papa-nya.
Herman Gilton sudah cukup berbesar hati. Sudah cukup baginya membiarkan Ken mabuk-mabukan hingga pulang pagi, lalu tidur di siang hari untuk bermain wanita malamnya lagi. Atas semua kebiasan menyedihkan itu, sangat cukup bagi Herman Gilton menerimanya.
Untuk kedepanya, ia tak ingin Ken menyia-nyiakan waktu.
"Ahhhh" pekik Kenderick kesal.
Saat air minum digelas kaca tersebut berhasil Herman guyur pada kepalanya.
"Sudah cukup untuk menyia-nyiakan waktumu Ken!"
"Sekarang angkat kaki-mu dari rumah ini tanpa membawa apapun"Ken membuka mata, menatap pria itu sambil bertanya. "Papa serius?"
"Tentu saja. Aku serius, silahkan angkat kaki dari rumahku tanpa membawa apapun kecuali tubuhmu. Lalu lihat di luar sana, mantan istrimu akan bersanding dengan pria hebat yang bertolak belakang dengan dirimu"
Ken terdiam. Tanganya meremas sprei ranjang atas kalimat provokasi yang berhasil menyalakan emosi dendam-nya.
"Sebentar lagi. Mantan istrimu akan berbahagia mengadakan pertunangan dalam waktu dekat, setelah itu dia menikah lalu melahirkan anak mereka. Sedangkan dirimu, menyedihkan disini untuk menunggu mati? Apa kau yakin Ken untuk hidup seperti ini? Tak adakah rasa sakit hati atau kecewa untuk bertahan hidup lagi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Second marriage of Serafina
Novela Juvenil[WARNING ONLY FOR 21+] ------------------------------------------- Ayah menikah lagi setelah Serafina menjadi anak piatu atas kepergian ibunya, Sera memiliki ibu tiri yang cukup membencinya sedangkan adik sambungnya terus iri setelah merampas banyak...