[Episode : 34] Kebohongan yang membahagiakan.

565 40 1
                                    

Dada Kenderick bergemuruh dahsyat,  ternyata Serafina menaruh hati pada raganya,  kenapa Sera melakukan hal yang menyakiti ataupun menyiksa dirinya sendiri,  apakah Sera bodoh menempatkan rasa pada Ken,  yang akirnya menjadikan Ken alasan atas semua rasa sakit itu.

"Lepaskan aku!" bentak Serafina dengan marahnya,  bahkan ia begitu muak meskipun di tenangkan oleh sebuah pelukan.

"Sungguh, lepaskan aku" pintanya sekali lagi,  bahkan Sera memasrahkan diri tanpa memberontak hingga akirnya Ken menakukan pandangan pada istrinya sebelum akirnya pria itu melonggarkan kekuatan.

"Apa sudah tenang?" tanya Ken dengan lirih.

"Lepaskan" sautnya penuh tatapan jengkel.

Mau tak mau Ken berusaha melepaskan pelukan dengan berat hati, tanganya berusaha menepis air mata yang menderas,  namun dengan segera dielakan oleh Serafina.

Wanita itu beranjak secepatnya. Menjauh sesegera mungkin,  bahkan ia seperti enggan melihat wajah Ken.

Sadar Serafina tengah menghindar membuat Ken merasakan sakit untuk kesekian kalinya,  kenapa ia tidak rela membiarkan Sera seperti ini,  seolah ia tidak ingin wanita itu menghindar dirinya ataupun pergi.

Hingga pintu kamar itu membuat Sera menghilang,  meninggalkan Ken yang masih mematung diam di ruang kamar mereka.  Wanita itu pergi dengan Taxi yang sudah menunggu dihalaman Villa,  sembari menyeret koper yang berisikan barang dan pakaianya, Ken yang tak bisa melakukan apapun,  hanya bisa mengikuti Sera dari arah belakang, bagaimanapun ia tidak akan membiarkan Sera melakukan hal bodoh dan membiarkanya berkeliaran di tengah malam.

Mobil mewah yang Ken kendarai menikung jalanan dengan cukup tajam,  ia sudah berfikir dengan tenang dan akirnya ia sudah memutuskan,  meskipun Ken masih egois atas pilihanya,  tetap saja Serafina tidak boleh kekanak-kanakan,  bahkan ia menghentikan Taxi yang melaju kencang untuk mencegat istrinya.

Tubuh Ken keluar dengan sikap gagah,  menatap tajam kearah Taxi yang mengklaksonya,  bahkan ia membuka pintu penumpang sambil menyeret tangan Sera untuk keluar dari sana.

"Apa yang kau lakukan" teriak sang sopir yang kala itu mengambil alih untuk membela penumpangnya.

"Aku ingin membawa dia pergi" bentak Ken saat menatap Sera dengan geram,  bahkan Serafina berusaha menolak namun ia dibuat gugup atas sikap marah suaminya.

"Apa kau gila,  menculik wanita terang-terangan, aku akan melaporkanmu ke polisi"

"Ya aku sudah gila,  menculik istriku sendiri" kejarnya dengan nafas tersengal.

"Is-Istri" beo pria dewasa itu dengan kaget,  ternyata mereka suami istri,  apakah ini pertengkaran yang mengakibatkan kekerasan dalam rumah tangga,  meskipun begitu,  tentu ia tidak boleh diam saja sekalipun wanita itu istrinya.

"Walaupun begitu,  anda tidak bisa mengakasari wanita ini Tuan,  sekalipun ia istri anda"

"mengkasarinya" saut Ken dengan muaknya.  "Apa kau melihat aku memukulnya,  apa kau melihat tubuhnya memiliki bekas tamparan,  atau kau melihat dirinya aku aniaya? Kau bahkan tidak tahu apa-apa dan menyimpulkan sesuka hatimu.  Aku hanya ingin menangkap istriku yang ingin kabur entah kemana,  bahkan di tengah malam yang tidak aman ini,  ia keluar rumah hanya perkara cemburu,  jika mencintaiku sesakit itu,  kenapa ia tidak menunggu aku mencintainya agar dia tidak perlu terluka"

Sumpah demi apapun,  mata Sera berlinang dengan air mata,  bahkan rasanya perkataan Ken membuatnya hampir gila,  kenapa pria itu mengucapkan kalimat implusif yang bisa saja membuat Sera salah paham. Apakah ia senang mempermainkan hati wanita.

Second marriage of SerafinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang