"Kau pasti mengenalku nanti" ucapnya saat merasa tatapan Sera amat menajam untuk segera tahu siapa pria itu."Apa kita pernah bertemu sebelumnya?" tanya Serafina setelah sekian lama berfikir.
"Tentu saja, aku mengenalmu dengan baik. Begitupun kau" balasnya ramah.
"Benarkah. Kapan?"
Pria yang berusia matang itu hanya tersenyum tenang, jengot tebal nan terawat miliknya melebar saat senyum ramahnya perlahan menghilang.
Namun mata bulat Serafina semakin menajam tegas, ia tak menyangka orang asing yang ia lihat hari ini terasa begitu akrab, namun anehnya Sera tak tahu dimana dia pernah mengenalnya. Apakah di mimpi?
"Baiklah-baiklah, aku akan menceritakanya, sungguh tak nyaman sekali di tatap olehmu" lanjut beliau dengan sindiran manis kearah Serafina.
Sera memposisikan duduk dengan sempurna, ia begitu ingin mendengar penjelasan beliau, kapan dan dimana mereka pernah bertemu, hingga merasakan sensasi akrab yang luar biasa.
"Lebih baik kau ceritakan pada adikku. Sebelum matanya meloncat keluar" ledek Jasson saat menimpal pembicaraan keduanya.
Sera tak bergeming sedikitpun, Sedangkan pria itu malah tertawa renyah atas ledekan Jasson yang kentara. Sadar Serafina amat serius ia mulai memberanikan diri untuk menjelaskan.
"Namaku, Yohanes Jill, seorang psikiater dan ahli terapis. Kita pernah bertemu saat kau berusia 10 tahun" sontak ucapan itu membuat Serafina tercengang.
"Bagaimana bisa?"
"Aku tidak hanya dokter Laura. Namun aku juga dokter-mu" sungguh Serafina tercengang mendengar perkataanya. "Aku mengenal Laura cukup baik. Awalnya dia selalu mengatakan bahwa dirinya menyedihkan dengan penuh penderitaan. Padahal tak ada satupun yang kurang di hidupnya. Laura cantik, anggun, dari keluarga terpandang, memiliki suami yang mencintainya, bahkan putri yang sama cantik dengan dirinya, di tambah ia wanita pintar yang sangat indenpenden. Aku mengagumi itu. Laura memiliki jiwa sosial yang tinggi, dia sangat ramah dengan nama baik yang disandang. Mungkin jika harus aku akui, dia seperti jelmaan bidadari yang sempurna untuk seorang manusia. Awalnya aku kira dia tidak bersyukur saja atas hidupnya, karna itulah aku tidak melakukan diagnosa mendalam pada setiap pertemuan kami. Namun disesi terakir, kami melakukan hypnotrapi, tujuanya agar aku mengenali Laura dari alam bawah sadarnya sendiri, untuk mengeluarkan energi negatif dari fikiran sebelum memberikan ruang positif pada dirinya. Namun disana aku malah menemukan cerita lain dari hidup yang sempurna. Aku menemukan dirimu yang terluka namun menjadi penyesalan yang tak bisa dia hindari"
Sera menakukan wajah lemah, sedangkan mata pria itu mengamati gurat sedih disana.
"Dia menyakiti putrinya, dia membenci putrinya, dia ingin putrinya tak ada di dunia"
"Cukup!" bentak Serafina kehadapan Yohanes.
"Dia bahkan berniat membunuh putrinya" terusnya.
"Cukup! Apa kau tidak bisa diam!" Kejar Serafina ketika membentak beliau.
"Kenapa Sera?" tanya Yohanes tatkala mencondongkan badan kearah Serafina, tidak hanya mengintimidasi Sera, ia memberikan tatapan menuntut pada sikap pengecut dikedua mata Serafina. "Kenapa kau marah?" tanya pria itu lagi, ia menyelidik penuh teliti sambil membuat Sera berlaku kooperatif pada sesi pertanyaan yang diajukanya. "Kenapa kau bereaksi berlebihan diluar fikiranku? Seolah kau merasakan sesuatu dari yang aku ucapkan, atau sebenarnya kau sudah mengigat semua itu? Bagaimana bisa?" seketika tangan Sera gemetar, bibirnya berlaku gugup dengan mata yang tak berani menatap. "Aku jelas-jelas mengunci ingatanmu, bahkan hampir jarang ada yang bisa menembus pertahanan itu jika bukan aku yang membukanya. Apa yang terjadi padamu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Second marriage of Serafina
Novela Juvenil[WARNING ONLY FOR 21+] ------------------------------------------- Ayah menikah lagi setelah Serafina menjadi anak piatu atas kepergian ibunya, Sera memiliki ibu tiri yang cukup membencinya sedangkan adik sambungnya terus iri setelah merampas banyak...