Mobil yang Ken kendarai terhenti dengan begitu cepat , pria itu seperti es dingin yang membuat bulu kuduk Sera merinding, kenapa Ken diam setelah Sera menyatakan cinta, apakah ia marah jika Sera menyukainya? Jikapun ia tidak terima seharausnya Kenderick bisa menjaga perasaanya, apa salahnya menghargai perasaan seseorang sekalipun ia sadar jika hatinya tidak akan terbalaskan.
“Turun” terus Kenderick kearah istrinya.
Membuat wanita itu merapikan pakaian yang ia gunakan sembari melirik kearah luar, mata Sera memandangi lautan lepas yang ada di hadapan mereka, keduanya berada di tepian jalan dengan suasana sepi dan gelap, Ken menghidupkan lampu mobil agar keadaan tidak terlalu menyeramkan, hingga pria itu menyadari jika Serafina sudah keluar dan berdiri tenang di sampingnya.
Kening Kenderick berkerut dalam, ia terkesan begitu jengkel setelah sadar Sera tidak mengunakan jas miliknya,Pria itu melangkah kearah mobil, mengambil jas yang Sera tingalkan lalu menyematkan pakaian itu ke tubuh istrinya.
“Tidak perlu” tolak Serafina dengan sedikit kesal.
“Jangan menolaknya, udara malam tidak cocok untuk tubuhmu”
“Tapi aku tidak kedinginan”
“Jangan banyak cerita, gunakan saja” dengus Ken penuh paksa, membuat Serafina menerima jas milik suaminya.
Sadar kata-katanya cukup keterlaluan, Ken melanjutkan penuturan. "Apa kau tidak tahu, tubuh wanita kurang mampu menahan dingin, di sebabkan oleh permukaan kulit yang lebih besar, sehingga lebih nyaman pada suhu yang hangat"
"Kau tahu dari mana"
"Dari data yang memiliki tingkat Validitas untuk di percaya"
Jika Ken sudah ber-argumen seperti itu disertai oleh data yang sangat valid, tidak ada alasan bagi Serafina untuk membantah, bagaimanapun ia harus mendengarkan suaminya.
Beberapa waktu berlalu.
Kenderik menyandarkan tubuh kearah jok mobil depan, di ikuti oleh Serafina yang berada disisi suaminya, kedua pasangan itu memandang kearah laut, menegadahkan kepala ketika rembulan hadir membawa cahaya, bahkan memperlihatkan kilauan yang mempesona, dengan ke indahan ini, rasanya sangat di sayangkan bila di lewati.
Hening terus membentang diantara keduanya, mata mereka dimanjakan oleh keindahan semesta, tak ada yang memecahkan kesunyian itu selain debur ombak yang menyapu tuntas bibir pantai, membawa pasir ke tengah samudra lalu menghampaskanya ke permukaan.
Ternyata benar, laut cukup menyenangkan setelah banyak beban yang berada di pundak manusia, entah kenapa, alam seperti menceritakan pertemanan antara insan dengan ombak, seolah dua sahabat yang saling bercerita.
“Kenapa kau diam saja?” tanya Sera kearah pria itu.
Membuat Kenderick tersadar jika fikiranya tengah tengelam sendirian, bagaimana tidak, penuturam cinta dari Serafina amat membahagiakan namun ia seperti berada dalam ketakutan, seolah menerima pernyataanya cintanya sangat tidak mungkin, tapi menolak Serafina hanya akan membuat Ken hidup dalam penyesalan.
“Apa kau pernah dengar sebuah kalimat, diam adalah emas. Lebih baik aku diam sejenak untuk meredakan kekesalan agar mendamaikan emosi” tutur Ken saat beralasan.
“Lalu apakah sekarang perasaanmu sudah membaik?” tanya Serafina tanpa memberi jeda dari interaksi mereka.
“Sudah”
“Apa kau tahu Ken, setelah emosi itu membaik, namun kau masih jengkel dan memendam rasa kesal di dalam diam, maka, diam bukanlah emas” bantah Serafina atas argumentasi yang baru saja Ken suarakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second marriage of Serafina
Teen Fiction[WARNING ONLY FOR 21+] ------------------------------------------- Ayah menikah lagi setelah Serafina menjadi anak piatu atas kepergian ibunya, Sera memiliki ibu tiri yang cukup membencinya sedangkan adik sambungnya terus iri setelah merampas banyak...