[Episode : 20] Pengakuan

736 42 10
                                    


Jasson meremukan ponsel yang sedang ia tempelkan ke telinganya, pria itu menatap nanar diatas ketakutan yang mendera, bahkan Jasson tidak mampu berdiri tegap lantaran kakinya yang tiba-tiba dilanda lemas.

"Sayang kau kenapa? " cemas Hellena selaku istri yang saat itu berada disisi suaminya.

Bahkan Hellena mengabaikan beberapa pakaian putra dan putrinya yang sedang ia susun rapi di dalam lemari seraya mengejar tubuh suaminya yang terkapar dilantai.

"Ada apa?" cemas Hellena penuh dengan takut, saat bibir Jasson memucat.

"Sera" lirihnya dengan suara bergetar, bahkan ia tidak kuasa menahan hantaman dada yang menyesakan.

"Kenapa dengan Sera? Bicara dengan pelan" tutur Hellena penuh pengertian, sembari mengenggam tangan suaminya.

"Sera hilang kesadaran" membuat bibir Hellena membeku diam, bahkan tak satu kata bisa ia katakan selain memeluk suaminya penuh dengan air mata.

"Sayang, tenanglah, Sera akan baik-baik saja" ucap Hellena penuh rasa sakit yang begitu dalam, tentu ia mengetahui keseluruhan cerita tentang Suaminya dan Serafina, bahkan Jasson akan terus hidup dalam penyesalan jika terjadi sesuatu dengan Serafina, untuk itulah kabar tentang Sera yang tidak baik-baik saja, pasti menjadi luka dalam yang sulit ia terima.

"He-llena, apa yang harus aku lakukan? Sera menderita karna aku, dan aku sudah membuat ibu pergi untuk selama lamanya dan semuanya karna aku"

"Tidak itu bukan salahmu, jangan menyalahkan dirimu sendiri Jasson"

"Itu salahku Hellena!" teriak Jasson dengan tangis yang menderas di pelukan istrinya, bahkan membuat Hellena menangis sesungukan sembari meredamnya dalam-dalam. "Jika saja aku jujur dan tidak meninggalkanya mungkin semua ini tidak akan terjadi, aku yang sangat brengsek ini hidup dengan bahagia, sedangkan Sera menderita, apa yang harus aku lakukan, ibu meninggal karna aku, Sera menderita juga karna aku"

"Jasson, berhenti omong kosong!" bentak Hellena denham berderai air mata. "Itu bukan salahmu, tapi itu semua sudah takdir yang harus kita terima, tak ada yang salah dari apa yang kau lakukan, kau dan Sera seperti ini sudah menjadi keputusan yang sangat baik, untuk itulah, berhenti menyalahkan dirimu sendiri, tapi salahkan mereka yang membuatmu menjadi seperti ini"

Hingga wanita itu memeluk tubuh suaminya dengan sangat erat, bahkan membuat Jasson menumpahkan tangisanya di pundak Hellena.

Beberapa saat setelah pelukan dan air mata mereka berakir, Jasson sudah menyiapkan segala keberangkatan menuju Bali, rasanya ia harus menemui Sera dan melihat kondisi adiknya, tentu saja Jasson mengetahui kabar ini dari beberapa anak buahnya yang sengaja ia tempatkan untuk mengawasi mereka, tapi siapa yang menduga, jika semuanya menjadi berantakan dalam sekejap mata.

"Hati-hati dijalan, kabari aku jika sudah sampai disana" ungkap Hellena penuh cinta sembari memberikan tas jinjing kulit untuk suaminya.

"Terimakasih sayang, aku akan mengabarimu"

"Jangan lupa makan, dan jaga dirimu, dan jangan bertengkar dengan Ken, apa kau mengerti?"

"Aku mengerti" saut Jasson dengan hangat, sembari memberikan pelukan untuk istrinya, bahkan Jasson terlihat terburu-buru meninggalkan rumah untuk memeriksa keadaan Serafina, adik kandungnya.

*

Suara berisik itu membangunkan Kenderick, bahkan ia mengerjapkan mata tatkala melihat seorang pria tengah berbincang-bincang penuh dengan kesal, siapa lagi jika bukan Jasson.

"Kakak" sapa Kenderick dengan bingung, kenapa kakaknya ada di rumah sakit, sejak kapan ia datang, dan kenapa pria setenang gunus es itu terkesan sangat marah dan gusar.

Hingga tatapan keduanya saling menyaut, bahkan beberapa orang yang ada disana teridam atas atmosfer mengeriman antara Jasson dan Kenderick.

"Bukankah sudah aku peringatkan untuk menjaganya baik-baik, tapi kenapa Sera bisa berakir seperti ini" bentak Jasson saat mencengkram kerah baju yang Ken gunakan, bahkan membuat beberapa orang tak percaya atas perdebatan adik kakak itu.

Namun Ken hanya diam saja, ia berdiri dari tempatnya sembari beranjak mendekati Jasson tanpa peelawanan, seolah pasrah untuk di pukuli, sebab apa yang menimpa Sera memanglah kesalahan dirinya.

"Apa kau meninggalkan Serafina? Apa kau ingin membunuhnya!" bentak Jasson penuh amarah dan kecewa ketika menghempaskan tubuh Ken kearah dinding, hingga membuat telinga Ken jengah oleh perkataan yang tidak masuk akal barusan.

"Membunug? Apa maksudmu, untuk apa aku membunuh istriku, apa kau gila! Bukankah aku yang seharusnya marah saat laki-laki lain mencemaskan istriku, dan apa hakmu untuk bicara seperti ini padaku!" tantang pria itu tanpa basa-basi, sekalipun Jasson adalah kakak yang ia hargai dan segani, tapi jika ia ingin mengacaukan Serafina tentu Ken tidak akan diam lagi.

Sudah cukup ia menahan hati dari bandara hingga saat ini, dan untuk saat ini Ken tidak akan tinggal diam pada kakaknya.

"Kendrick!" teriak Jasson penuh geram, bahkan urat dilehernya sampai muncul kepermukaan, lantaran menahan geram yang sangat dalam.

Bisa-bisanya pria itu menaruh spekulasi buruk dalam situasi yang tidak kondusif ini, tidakah ia sadar sikapnya ini hanya akan membuat Jasson menyesali pilihanya.

"Apa yang selama ini kau fikirkan tentangku dan Serafina, Ha! Apa otak kotormu memikirkan hal yang tidak pantas dalam hubunganku dan Sera? "

Membuat Ken terdiam seribu bahasa, bahkan tatapan mata Jasson membuatnya tak bergeming.

"Ternyata otakmu tidak pernah berfikir rasional tentang Sera" kesalnya penuh jengkel, sebelum melanjutkan penuturanya. "Karna itulah kejadian seperti ini bisa terjadi. Taukah kau, jika istrimu memiliki trauma masa lalu yang paling pedih, bahkan trauma itu bisa membuatnya hilang kesadaran dan melupakan setiap kepingan masa lalu itu satu persatu, tapi lihat dirimu, dari pada mencari tahu apa yang terjadi, kau dengan bodohnya tertidur tanpa bersalah disamping istrimu"

"Jangan bicara sembarangan kak, tentu aku merasa bersalah, tapi dari mana kau tahu jika Sera memiliki trauma" bantah Kenderick ketika mendorong tubuh kakaknya untuk menjauh dari hadapannya.

"Karna Serafina adalah adik kandungku" seketika mata Kenderick membulat secara sempurna, bahkan ia tidak percaya atas apa yang di dengar oleh telinganya sendiri, apa maksud dari perkataan Jasson, apakah dia gila mengatakan Sera adik kandungnya.

"Apa kau bercanda-"

"Aku tidak sedang bercanda! Sera memang adik kandungku" cela Jasson penuh ketegasan, bahkan membuat pandangan Ken memudar, apakah pria itu sedang sakit jiwa.

Jika ia dan Sera adalah saudara kandung, kenapa Ken dan Sera menikah? Apakah......

Second marriage of SerafinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang