[Episode 19] Trauma.

1.2K 49 6
                                    

Foto apa yang ingin di bagikan Sera pada kakaknya Jasson, kenapa lama-lama kakanya terlihat menyebalkan, bahkan Ken tidak percaya ia masih mengoda Sera di depan kakak iparnya Hellena, apa hubungan mereka sebenarnya, hingga Jasson tampak menyayangi Sera, serta memberikan perhatian hangat padanya, semua ini bukan karna Ken cemburu, tapi memang tidak pantas antara kakak dan adik ipar memiliki interaksi berlebihan, bagaimana jadinya jika orang lain melihat, tentu akan membuat malu keluarga saja.

"Ken, tunggu aku" teriak Serafina, ketika pria itu berlalu cepat tanpa menghiraukanya, bahkan Sera sudah di dahulukan oleh beberapa orang hingga sulit menjangkau pandangan kearah suami, Sera tidak menyangka sedari tadi Ken terus mendiami nya selama dalam perjalanan, memangnya apa yang salah dengan pria itu, apakah Sera sudah melakukan sesuatu, hingga ia semarah itu.

"Ken.........dimana dia" tanya Sera ketika melihat Kenderick tidak ada di mana-mana, mereka baru saja turun dari pesawat dan baru saja memasuki Ngurah Rai International Airport, namun suaminya sudah tidak terlihat, bahkan mata Sera tengah memandang ke sekelilingan, tetap saja ia tidak melihat Kenderick.

"Astaga....Ken! Dimana dia..." ucap gadis itu dengan panik, bahkan hiruk pikuk suara manusia terdengar nyaring di telinganya, langkah mereka seperti berisik sampai membuat jantung Sera berdebar kencang, bahkan suara tertawa riang itu membuat dirinya sangat kecemasan, hingga bulir di matanya yang sudah berkaca-kaca tak mampu di bendung lagi.

Sera menutup telinganya atas air mata yang menderas, gadis itu terduduk pasrah di bawah sana, ia menyembunyikan kepala diantara lutut yang sudah di tekuk rapat, berharap jika manusia itu berhenti berjalan dan waktu juga berhenti berputar, agar Sera bisa mengulang waktu lagi semuanya, untuk tidak di tingalkan dan kehilangan.

"Ti-Tidak.....tidak....jangan tingalkan aku, aku mohon..jangan" ucapnya tatkala memberikan penolakan pada diri sendiri, Sera seperti kembali pada beberapa tahun lalu, saat dirinya berada di taman bermain hingga kehilangan seseorang, ia tidak megetahui sedang kehilangan siapa, namun saat itu lelaki kecil yang cukup hangat, di tarik paksa dari Serafina oleh orang-orang yang berpakaian hitam dengan wajah menyeramkan, Sera yang memandang nanar hanya mampu menyaksikan saja, sesuai dengan tempo es krim yang mencair membasahi pasir jalan.

Serafina melihat wanita itu terkapar di tengah jalan, dengan darah yang sudah memancar kemana-mana, bahkan Sera yang sedang memproses kejadian dengan otaknya, seperti membeku diam tanpa mampu mengatakan apapun, ibunya meningal akibat kecelakaan yang menghantam hebat, sampai membuat Sera hilang kesadaran.

"Sera!! Kenapa kau malah diam disini, berdirilah" pangil Kenderick saat melihat istrinya terduduk pasrah di lantai, hingga menarik kerumunan orang untuk memandang.

"Sera....." geram Kenderick padanya, sebab Sera tak bergeming sedikitpun.

"Sera, kau kenapa-" hingga tangisan itu mampu Ken dengar saat menjangkau kasar tubuh istrinya, Ken berjongkok di hadapan Serafina, seraya melihat istrinya yang sudah gemetar ketakutan, air mata Sera telah berlinang dengan bibir pucat dan tangan yang mendingin penuh akan gemetar.

"Tidak....tidakkk, jangan tingalkan aku" tangis Sera saat mendongakan wajah penuh rasa sakit, trauma akan kecelakaan ibunya waktu itu sungguh menyimpan luka dalam pada batinnya, hingga setiap kali ia merasa kehilangan seseorang, Sera seperti kembali pada goresan luka yang teriris perih, berdenyut sakit, bahkan masih belum mengering, seperti luka yang diabaikan tanpa ada obat yang mengolesi, seperti itu rasanya ketika hatinya sudah infeksi tanpa mampu di perbaiki, Sera tidak ingin ingat masa lalu kejam yang menimpa dirinya, namum otaknya bekerja lebih cepat dari pada hatinya, menyakiti Sera lagi, hingga ia benar-benar tidak kuasa.

"Se-ra, ada apa denganmu?" tanya Kenderick pada wanita yang sudah di miliki dengan jalur pernikahan.

"Jangan tingalkan aku, jangan pergi, mereka jahat, mereka menculik kakak....." tangis Serafina hingga membuat mata Ken membulat tidak percaya, apa yang sedang di katakan gadis itu, apakah ia sedang berhalusinasi.

"SERA KAU KENAPA!" teriak Ken saat menangkup pipi Sera untuk menyadarkanya, namun nampakanya Sera tak bergeming membalas apapun, selain menangis dengan penuh sesak dan rasa sakit yang mendesak dirinya.

"Sera jangan seperti ini, aku mohon" ucap Ken, seraya memeluk tubuh istrinya, mendekap hangat tubuhnya, berharap Sera bisa tenang di dalam pelukan itu, Ken berusaha tenang saat hatinya sendiri tengah berdebar takut, apakah karna ia meningalkan Sera membuat gadis ini ketakutan, tapi kenapa Sera seperti dirinya yang berbeda, apakah ada sesuatu yang terjadi padanya.

"Sera, ada aku....jadi jangan menangis lagi" ucap Ken sekali lagi, saat gadis itu terus menangis tanpa Henti. "Hei....lihat aku, aku suami mu, aku ada disini..." ucap Ken untuk memaksa mata Sera menatap pada matanya, mengenggam tangan sera untuk ia tenangkan, sembari memeluk tubuhnya, hingga suara Sera perlahan hilang, tubuhnya yang gemetar mulai memudar, sampai ia mencapai tenang untuk menutup kedua bola mata itu, membuat Kenderick tidak percaya, ketika Serafina ada dalam ketidak sadaran.

"Sera!!" panik pria itu, untuk mengangkat tubuh istrinya secepat mungkin, beruntung sudah ada yang menunggu mereka, hingga Ken melarikan Sera kerumah sakit, bahkan membuat pria itu tidak pernah setakut ini dan panuh gusar, baru kali ini dia merasa takut akan seseorang, yaitu istrinya Serafina.

"Sera, ada apa dengan mu" panik Kenderick. Sungguh, ini sangat menakutkan.

*

"Bagaimana dengan istri saya Dok?" tanya Kenderick pada dokter yang baru saja memeriksa Sera.

"Saat ini, Nona Sera dalam keadaan baik-baik saja, ia mengalami kelelahan dan sedang kekurangan darah. Tapi Tuan, saya menyarankan untuk membawa Nona Serafina pada dokter jiwa, karna saya mencurigai ada gejala psikologis yang menyebabkan dirinya hilang kesadaran" jelasnya degan penuturnan tenang.

Membuat mata Ken memandang Sera yang ada diatas ranjang, gadis itu sedang istirahat dengan infus yang menjalar ke tubuhnya, apa yang Sera fikirkan, sampai menjadi separah ini.

Apakah dia tidak bisa memperhatikan kesehatanya sendiri, hingga mengalami Anemia, jika begini apakah salah Ken yang tidak memperhatikan istrinya.

Dari pada terus mempertanyakan hal ini padanya, Ken memilih duduk di samping istrinya, memandangi wajah Sera dari arah samping untuk mengamati sesakit apa luka di hatinya.

"Apa yang sebanrnya terjadi Sera? Aku sungguh tidak mengetahui apapun tentang mu, tapi kenapa saat kau hilang kesadaran, aku sangat takut, aku takut kehilangan sesuatu yang aku sendiri tidak tahu apa artinya itu"

Kenderick, merapikan selimut yang Sera gunakan, seraya menemani istrinya yang sedang beristirahat dengan infus tersebut, akibat kelelahan atas perjalanan panjang, membuat pria itu merebahkan kepala diantara tangan Sera yang ia genggam, Ken menutup kedua matanya untuk mengistirahatkan diri.

Setidaknya ia membutuhkan kekuatan jika nanti perlu merawat Serafina, semoga istrinya kembali pulih dan sehat secepatnya, sebab Ken benar-benar takut, terjadi sesuatu pada gadis konyol tersebut.

Second marriage of SerafinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang