[Episode : 70] Menjenguk Sera

275 19 0
                                    

"Pa, jujurlah sekarang!" lanjut Kenderick ketika memalingkan kepala kearah belakang, ia menatap Herman Gilton dengan penuh penusukan. "Motifmu sudah terbaca sejak awal"

"Sudah saat-nya kebenaran menunjukan dirinya"

Mata Herman terpana, dadanya berdenyut lebih kencang dari biasanya, pria itu membeku diposisi, dengan rasa takut tak menentu. Membuat Ken yakin, ayahnya selama ini telah keliru.

"Kau benar-benar menamankan dendam yang keliru pada Jasson untuk membalaskan dendamu. Lantaran paman Adamar merebut wanita yang kau cintai kan" tuduh Kenderick penuh lantang.

Membuat pupil di mata Herman membesar, ia tidak bisa bersabar dan mendengar omong kosong anaknya lagi, baru saja pria itu ingin membantah argumen dan tuduhan Kenderick, dengan cepat Ken mengangkat tanganya, seolah mengatakan untuk beliau berhenti memberikan penjelasan.

Herman menghela nafas sekali lagi. Ia sangat kecewa, namun dirinya mengerti Kenderick dalam posisi yang sangat sulit.

"Terserahmu saja, apa yang menurutmu benar, silahkan kau percaya Ken"

"Kau tidak menyangkalnya" hina Ken dengan penuh kekecewaan, bahkan ia tersenyum sunging menyaksikan ayahnya menerima semua itu tanpa memberikan penjelasan apapun. "Apakah sikapmu ini pertanda kau memang melakukan itu semua untuk membalas dendam pada paman Adamar?'"

"Biar ku perjelas" saut Herman dengan segera. "Kau menuduh ku sengaja melakukan ini semua pada Jasson, untuk membalas dendam atas apa yang Adamar lakukan dimasa lalu?" cercanya pada putra yang sedarah dengan dirinya itu.

Namun Ken enggan untuk menjawab semua itu, otaknya terlalu dipenuhi benci, entah pada ayah kandungnya, Jasson, ataupun dirinya sendiri, sehingga Ken benar-benar marah atas semua orang yang menempatkan Sera pada kondisi sekarang.

Helaan nafas sesak terdengar pekat di telinga Ken, pria itu nampak kesulitan atas situasi yang mendera mereka, namun untuk peduli pada ayahnya, Ken tidak memiliki simpati lagi.

"Baiklah, aku menerima tuduhanmu" terus beliau lantang. "Namun asal kau tahu nak, tak pernah sekalipun aku memanfaatkan Jasson untuk membalas dendam atas masa lalu kami"

"Lalu untuk apa Jasson kau gunakan sekarang? Sampai dirinya menjadi pria mengerikan yang tidak pernah aku bayangkan. Setidaknya Jasson yang aku kenal sebelumnya, bukanlah dia yang tega menyakiti apapun. Termasuk semut sekalipun. Namun hanya karna masalah sepele, ia memiliki niat membunuh diriku, ini bukan kak Jasson yang aku kenal pa. Dendam yang ia bawa, membawa dirinya menjadi orang mengerikan untuk melindungi Serafina, sehingga hal yang berlebihan untuk menjaga adiknya, berubah menjadi malapetaka di keluarga kita" bentak Ken dengan tidak terimanya atas sikap Tuan Gilton yang memandang enteng masalah Jasson.

Tak terhitung berapa kali nada jengkel dengan volume meninggi terakses oleh pendengaran Herman. Membuat pria itu paham, memang ada yang salah disini, apakah ia memang gagal mendidik Jasson, atau dirinya yang tanpa sadar menciptakan kepribadian Jasson yang paling mengerikan.

"Pa, akui saja kebenaranya" terus Ken sekali lagi. Seolah ia benar-benar lelah dengan keluarganya.

"Tidak" saut Herman dengan segera.

"Apa yang tidak!" bentak Ken atas kekesalan hati yang sulit tertahan, bahkan nada suara pria itu membuat Herman terpana.

"Jika sampai terjadi sesuatu degan Sera, aku tidak akan memaafkan kalian semua, termasuk dirimu sendiri" kesalnya dengan penuh dendam, namun setiap nada yang ia ucapkan, terbesit kesungguhan yang akan ia tunjukan. membuat Herman terdiam tanpa bisa membantah apapun.

Pria yang sudah berumur matang itu, melepaskan kaca mata yang bertenger dikedua matanya. Ia tak tahu harus mengatakan apa lagi, selain mengalah atas anaknya. Baru saja kaca mata itu di lepaskan sebab embun telah menebali permukaan kaca, Herman berniat untuk beranjak dari sana, ia membalikan badan dengan segera sembari menjangkau pintu keluar, namun tindakan itu ia urungkan.

Second marriage of SerafinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang