[Episode : 111] AND GAME

146 8 3
                                    

Udara dingin irlandia mampu merasuki tulang belulang Serafina. Gadis itu mengesekan kedua telapak tanganya sembari menyentuh permukaan pipi yang membutuhkan kehangatan, Serafina tak percaya malam ini begitu sejuk dengan angin malam yang tak terasa berhembus dari mana, sehingga Serafina menatap sang rembulan setengah lingkaran diatas kepalanya.

"Indahnya" puji Sera pada semesta.

Tak urung sampai disana, Serafina menaiki kendaraan umum untuk menelusuri jalanan, mencoba berfikir tenang sembari berbenah diri tentang apa yang mungkin bisa dia perbaiki.

"Apa yang harus aku lakukan sekarang?" pertanyan itu muncul saat Sera berharap ada yang ingin menjawab.

Namun percuma,  Sera tak punya siapapun selain dirinya sendiri beserta janin yang tumbuh di perutnya.

Semakin memikirkan masalah yang terjadi, semakin Sera membayangkan bagaimana sikap dingin Ken yang membuatnya nyaris hancur, Sera kira dirinya mampu bertahan dengan segala masalah di pundak rapuh tersebut, namun ternyata Sera salah, dia lemah namun angkuh agar terlihat baik-baik saja.

-

"Dimana calon istriku" hardik Alexi pada Jasson yang ada di depan bangsal ayahnya.

"Kenapa kau mencari Serafina?" bentak Jasson geram.

"Seseorang menelfonku, mengatakan dia tidak sehat, tentu sebagai calon istri yang akan aku persunting minggu depan, dia tak boleh kurang sedikitpun apalagi sakit. Katakan Sera dimana
Biar aku merawatnya"

"Dia tidak ada disini"

"Tapi Ken mengatakan dia ada di rumah sakit ini"

"Ken?" beo Jasson saat mengulangi ucapan Alexi. Pria Mexico itu menganggukan kepala untuk membenarkan dirinya. "Bajingan" umpat Jasson geram. "Dia dimana?" terus ayah dua anak tersebut, seolah tak ada ketenagan di dalam jiwanya lagi

"Siapa? Sera? Aku juga bertanya padamu"

"Tidak. Kenderick. Dia dimana?"

"Entahlah, dia hanya menelfonku untuk mengabari tentang kondisi Serafina. Aku tak bertanya bagaimana dia bisa tahu"

Membuat Jasson melayangkan tinju pada tembok beton yang memadati ruangan itu, seketika Alexi membulatkan mata kaget, melihat pria tenang tersebut gusar tak kepalang, kenapa Jasson begitu marah, apakah Alexi penyebabnya, sepertinya tidak.

"A-Aku, aku pergi dulu, jika Serafina datang. Segera kabari aku"

Ceklek

Suara pintu mengalihkan perhatian mereka, Kenderick dan Celine keluar dari ruangan sebelah hingga tatapan Jasson menajam pada dua pasangan itu.

Tanpa bicara apapun atau mengatakan apapun, Jasson melangkah pasti kearah mereka, menarik kerah baju Kenderick lalu menghempaskan tinju pada wajahnya.

Celine terpekik histeris ketika suaminya di hajar oleh Jasson tanpa ampun. Anehnya, Kenderick tak melawan apapun, padahal Celine dapat merasakan ngilu atas pukulan kakak iparnya.

"Apa yang kau lakukan" hardik Celine marah,  ketika dirinya berusaha menghentikan tinju Jasson pada wajah gagah Ken.

"Aku ingin membunuh pria ini"

"Kenapa kau ingin melakukan itu. Apa salah Ken padamu!"

"Karna bajingan ini" seketika ucapan itu berhasil Jasson tanguhkah, kepalan tanganya tertahan seolah Jasson tak tahu kenapa ia sebenci ini pada Kenderick. "Karna bajingan sangat menyebalkan" hingga cengkraman tangan kuatnya berhasil terlepas, Jasson menghempas tubuh Ken sekasar mungkin,  membuat Kenderick menghela nafas sengal, sambil menyentuh pipinya yang terasa kebas.

Second marriage of SerafinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang