"Episode ini mengandung adegan yang tidak pantas untuk anak berusia 21 tahun kebawah, diharapkan pembaca sedikit bijak untuk memilih objek bacaan, jika kurang dari 21 tahun maka skip aja :) kalo di teruskan, dosa dan konsekuensi tanggung sendiri"
-
"Aku setuju dengan proyek baru ini, bagaimana dengan Eksekutif Jasson?"
Tanya Serafina pada kakak kandungnya itu, namun Jasson masih saja menatap gelas elegan yang berdiri gagah di permukaan meja kaca di ruang rapat tersebut.
"Tuan Jasson"
"Tuan"
"Eksekutif Jasson?"Hingga sekretaris pribadi Jasson mendekatinya, sembari memberi kode untuk fokus atas pertanyaan mereka.
"Ah, apa?" tanya pria itu gagap.
"Bagaimana menurut anda tentang pengembangan proyek ini?" tekan mereka dengan penuh penjelasan.
Membuat pria itu mengalihkan tatapan ke layar monitor yang ada di depan sembari berfikir, banyak kekurangan yang ada di proyek tersebut, bahkan ada hal fatal yang ingin ia protes, namun Jasson sulit sekali mengutarakan pendapat.
Entah kenapa fikiranya di penuhi tentang Hellena dan Hellena, tak ada yang lebih penting dari itu. Sehingga. "Kita tunda saja untuk hari ini, aku akan memberikan masukan melalui surel sebelum sore hari. Aku permisi" tutupnya.
Ia keluar dari sana, di susul oleh Serafina yang mengikuti langkah kaki kakaknya.
Sera tak pernah melihat Jasson begitu kalut dan khawatir, dia manusia paling tenang dan dingin yang pernah Sera temui, jangankan untuk melihatnya kebingungan, mihat Jasson tak fokus pada sebuah persoalan saja Sera tak pernah.
Namun kali ini berbeda, dia seperti manusia pada umumnya, takut, gugup, kalut, khawatir bahkan depresi, jika bisa di presentasikan, dahi Jasson sudah mengatakan semua itu dengan gamblang.
"Kak" tegur Sera ketika mengait tangan Jasson, hingga menghentikan langkah kakinya.
"Kenapa?"
"Kau yang kenapa? Apa terjadi sesuatu?"
"Tidak"
"Tidak mungkin tak ada! Apa masalah mu?" tanya Serafina tegas.
"Tidak ada Sera, tak ada apapun yang terjadi?" sambutnya ketika mengusap dahi dengan keras.
"Apakah kak Hellena penyeba kau tak fokus?"
Jasson tercengang, bagaimana bisa dia mengetahuinya, jikapun ia menebak, bagaimana bisa tepat sasaran.
"Ternyata benar" kejar Sera segera.
Jasson terdiam beberapa saat, ia mulai menarik nafas sengal hingga menatap pasrah kearah Sera. "Kemarilah, bicara denganku" ajak Jasson pada adiknya itu.
Hingga mereka berlalu menaiki sebuah lift menuju lantai atas, lebih tepatnya atap perusahaan.
Serafina mengedarkan pandangan kearah kota dan seisinya, ia melihat betapa kecil nya benda yang ada di bawah sana, seperti semut yang bertebaran dimana-mana, sedangkan dirinya raksasa, namun jika di fikir-fikir, alam semesta sendiri tak pernah bisa di ukur oleh manusia, sehingga sangat wajar jika Serafina merasa begitu hebat mampu melihat ini semua.
"Kenapa kau memikirkan kak Hellena? Apa yang terjadi? Sampai kau mengkhawatirkan dia?"
"Entahlah. Aku tak tahu apa yang terjadi. Namun papa berani menampar Hellena, sialnya aku percaya ini tidak pertama kalinya, namun sudah sering terjadi" sontak pernyataan tersebut, berhasil menyita perhatian Serafina, membuatnya terpana sambil Jasson meneruskan penuturan. "Apa yang terjadi sebenarnya? Apa yang mereka sembunyikan? Apakah Hellena terlibat dengan papa? Sejauh apa dia menyakiti istriku?" ucap Jasson miris. "Namun, seperti apapun hasilnya nanti, entah Hellena mengecewakan atau tidak. Aku akan berdiri di samping istriku, jikapun dia salah, aku memaafkan, karna aku percaya, ada alasan dalam setiap keputusan" final Jasson tegas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second marriage of Serafina
Ficção Adolescente[WARNING ONLY FOR 21+] ------------------------------------------- Ayah menikah lagi setelah Serafina menjadi anak piatu atas kepergian ibunya, Sera memiliki ibu tiri yang cukup membencinya sedangkan adik sambungnya terus iri setelah merampas banyak...