Hentakan sepatu hak tinggi pada keramik marmer di lorong itu, membuat manik perak Kenderick menatap kearah sumber suara. Ken mengeryitkan dahi lantaran ia sangat mengenal postur tubuh yang tengah melangkah kearah mereka, bahkan seluruh orang yang berdiri di depan pintu ruangan tak bergeming sedikitpun tatkala memandangi Serafina.
“Sera” lirih Ken kaget ketika mendapati Serafina berada di perusahaan Gilton. “S-Sera” ucapnya sekali lagi, membuat Celine mengepalkan tangan geram atas reaksi Kenderick yang sangat menyebalkan.
“Selamat siang tuan besar Gilton” sapa Sera sopan ketika menekukan pandangan menatap mantan mertuanya.
“Selamat siang” saut beliau tenang, sebab ia sudah mengetahui kedatangan Serafina.
“Sera, ini benar kau kan” tukas Ken yang masih belum percaya, ia menarik Serafina untuk mengamati lekat-lekat, Ken mencengkram kedua bahu Sera ketika mata itu mengedar keseluruh bagian untuk memastikan apakah sera baik-baik saja atau tidak, beruntung dia sangat baik tanpa kurang sedikitpun. “Apa yang terjadi? Kemana kau selama ini? Bagaimana dengan pengobatanya? Apa kau sudah sembuh seutuhnya?” cerosos pria itu dengan tatapan teduh namun tak mampu menepiskan khawatir dimanik matanya.
Sera memilih diam, menyaksikan tingkah Kenderick yang menjadi perhatian semua orang.
“Sera katakan sesuatu" gencar Ken saat menguncang tubuh Serafina untuk menyaut perkataanya. "Apa kau sudah sembuh? Bukankah kak Jasson membawa mu keluar negri, kenapa kau kembali, apa yang kau lakukan disini?” kesalnya dengan todongan peryanyaan, hingga Sera sulit menjawab semua itu.
“Sera kenapa kau diam saja, apa masih ada yang sakit?” ucap Ken lirih, seolah ia benar-benar kaget Serafina ada disini dan juga sangat merindukan Serafina, bagaimanapun Ken merasa hampa menjalani hari-harinya, setelah sekian waktu berlalu pasca perceraian mereka, baru hari ini Ken memiliki semangat lagi, namun siapa yang menduga, kebahagiaan dilipatkan gandakan dengan adanya Sera, rasanya Ken bersyukur, masih bisa melihat Serafina dengan baik, sekalipun wanita ini bukan lagi istrinya.
“Aku baik Ken” balas Serafina saat memberanikan diri untuk bicara, wanita itu berdiri tegap menjawab mantan suaminya sembari menatap mata Kenderick lekat-lekat.
Ken menghela nafas penuh syukur, matanya berbinar bahagia serta penuh lega, hingga Kenderick mendaratkan pandangan kearah tengkuk Sera yang mampu ia akses dengan matanya, dimana Ken mendapati ruam berwarna merah di permukaan kulit mantan istrinya.
Sungguh, Kenderick tergugu takut, berusaha menyelisik tajam apakah ia tengah salah paham atau itu sebuah luka biasa, namun nampaknya tidak, ruam yang memerah seperti bekas ciuman yang di tingalkan seseorang di tubuhnya, seolah menanda jika ada yang telah memiliki Serafina.
Menyadari perubahan sikap Kenderick, Sera mengerti apa yang tengah ia rasakan, namun sangat lebih baik jika Ken salah paham.
“Apa kau sudah memiliki kekasih baru?” tanya Ken pedih, hatinya sakit atas lontaran kata perih yang terpaksa ia ucapkan, namun berusaha tegar dalam menemukan jawaban.
Sera sangat bingung menyaut pertanyaan ini, bagaimanapun Ken tidak boleh mengetahui bahwa Serafina wanita yang menemani dirinya sepanjang malam, lantaran Sera tak ingin membuat harapan dalam hubungan mereka.
Sungguh, Ken kecewa saat merasa Serafina berkhianat, sekalipun mereka telah bercerai, tetap saja perceraian ini terjadi bukan karna mereka tidak saling mencintai, melainkan faktor internal keluarga yang melibatkan pernikahan.
Apakah pantas baginya mendapati laki-laki lain dalam waktu yang sangat singkat.
“Sera, K-Kau tidak benar-benar memiliki-”
KAMU SEDANG MEMBACA
Second marriage of Serafina
Ficção Adolescente[WARNING ONLY FOR 21+] ------------------------------------------- Ayah menikah lagi setelah Serafina menjadi anak piatu atas kepergian ibunya, Sera memiliki ibu tiri yang cukup membencinya sedangkan adik sambungnya terus iri setelah merampas banyak...