007 - MATA JERNIH ITU MENATAPNYA DENGAN POLOS

304 49 1
                                    

Di tengah hutan yang sepi tanpa penghuni, tampak sebuah gubuk besar baru dibangun.

Terasnya rindang dan sejuk.

Dua insan beda jenis kelamin, duduk bersebelahan tanpa mengeluarkan kata-kata.

Pohon-pohon yang saling melambai, tak dihiraukan keindahannya oleh dua manusia di sana.

Sebab satu manusia sedang menahan sakit yang luar biasa dari dua titik di tubuhnya.

Sedang satunya lagi memandang khawatir tetes demi tetes darah, yang terjatuh ke tanah dan membentuk genangan kecil.

Orang yang khawatir, berdiri dengan bingung. Lantas dia bergegas masuk ke dalam gubuk, hendak mencari sesuatu yang dapat meredakan darah yang mengalir deras.

Baru beberapa langkah kakinya terayun, dia menarik kakinya dan kembali berdiri ke tempatnya semula.

Dia menyadari belum berpamitan pada sang penyelamat hidupnya.

Dia takut penyelamatnya tiba-tiba pergi.

Tampak wanita itu tak nyaman saat berdekatan dengannya.

Apa pun itu, dia harus membalas jasanya. Setidaknya menyembuhkan luka akibat menyelamatkannya.

"Mohon tunggu sebentar, pelayan saya sedang mengambil kelapa," ucap Balaputra pada perempuan yang duduk diam tanpa ekspresi.

Setelah mengucapkan perkataannya, Balaputra masuk ke dalam gubuk tanpa menunggu jawaban dari si wanita.

Dia menyiapkan hidangan untuk menahan derasnya darah dan menyiapkan hidangan lain sebagai ucapan rasa terima kasih.

Udelia menopang kepalanya dengan tangan kiri yang bebas. Pipinya yang baru kering, kembali banjir.

Tak dia pedulikan sakit di lengan yang mendera. Sakit hatinya lebih terasa.

Dia kira suaminya akan setia, seperti yang setiap saat selalu diucapkan oleh ayah dari anaknya itu.

Dia baru pergi sebentar, hanya tiga bulan lamanya, tetapi di dalam hutan yang kotor saja, pria itu dapat melakukan hal seperti itu.

Apalagi di tempat besar dan bersih, seperti keraton. Bisa jadi puluhan, bahkan mungkin ratusan gadis-gadis cantik dan menawan, mengisi tiap kedaton yang ada.

Kedaton, rumah tinggal yang dipagari, memiliki halaman luas dan banyak dayang-dayang, juga pelayan dan ksatria.

Apa Djahan, suami pertamanya, juga demikian?

Udelia mengerang kecil. Dia akan hancur berkeping-keping bila pria yang menempati sebagian besar hatinya, turut serta melakukan hal itu.

Cukup sebagian kecil hatinya yang hancur.

Dia akan mencoba pulih, meski tak bisa dia pungkiri, rasa cinta pada Hayan juga sudah menetap di hatinya. Lebih-lebih mereka sudah memiliki satu orang anak.

Balaputra menaruh hidangan di samping Udelia. Dia duduk menemani Udelia yang menangis sesenggukan.

Balaputra tidak tega mengusik Udelia untuk memintanya memakan hidangan, yang bermanfaat menghentikan pendarahan.

Pelan-pelan dia membersihkan darah yang mulai mengering di lengan Udelia, tanpa mengganggu tangis sedih perempuan itu.

Beberapa saat berlalu, perempuan itu masih saja menangis.

Hati Balaputra serasa diremas.

Oh wanita, kenapa dikau menangis?

Balaputra hanya dapat menahan pertanyaan itu di mulutnya, agar tak mengganggu kenyamanan penyelamatnya.

TIKZ 2 [Terlempar ke Zaman Keemasan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang