051 - AGAR HATINYA MENJADI TENANG

132 33 0
                                    

Udelia menegakkan kembali tubuhnya, sebab tidak mendengar respon pria di depannya.

Dia melihat pria itu terus mematung.

Apa orang itu bisu?

"Maharaniku ...i ... ini semua hanya guyonan kan? Kamu ingin mengejutkan aku? Haha. Pasti kamu dan a.dik.mu ingin mengejutkanku. Kenapa datang tidak bilang-bilang?"

Udelia menampik tangan pria yang berusaha memegang bahunya. Dia mendelik tajam pada penyelamat suaminya.

Sebesar apa pun hutang budinya pada pria itu, ketidak sopaannya tidak bisa begitu saja ditolerir.

"Tolong jaga sopan santun Anda!" sentak Udelia.

"Sayang, kembalilah dulu bersama anak-anak," bisik Candra setelah mengumpulkan kekuatan. Dia mencoba menyembunyikan sakitanya, tak mau istrinya merasa khawatir.

"Hheeh ehh nggh.."

Raka terbangun lalu menangis kencang. Bayi kecil itu tak nyaman, merasakan suasana sesak dan panas, serta suara bentakan ibunya menyentak dia dari tidur lelapnya.

"Oh sayang, maaf."

Udelia mengayunkan tubuh Raka. Gerakannya mencuri perhatian Hayan. Dia baru menyadari di gendongan wanita itu, ada bayi kecil masih merah dan mungil.

"Maharaniku, kamu ... ini ... anak-anak siapa?"

Hayan melongo, wajahnya seperti orang bodoh. Tidak mempercayai penglihatannya sendiri.

Dua anak di sisi Maharaninya seperti lem yang rekat, melekat tanpa batas. Dia bertanya sambil menunjuk satu persatu anak di sisi wanita itu.

Tidak mungkin itu anak-anak Maharaninya.

Hayan tahu itu. Sangat tidak mungkin itu anak-anak Maharaninya.

Hanya Djahan yang berhak menjadi musuhnya, pria yang dicintai Maharaninya, suami pertama Maharaninya. Tak mungkin Maharaninya mengandung anak pria lain.

Semua itu tidak masuk akal.

Pemikiran Hayan dibantah langsung oleh pernyataan Udelia yang terlihat polos.

"Nama saya Udelia, bukan Maharaniku, tuan. Ini anak-anak saya, Rama Ekadanta dan Raka Ekadanta."

Mendengar hal itu, Hayan sontak menatap mantan bawahannya. Tajam matanya menghunus jantung Candra.

Andai kata dia adalah rakyat jelata yang tak memiliki kekuatan, jantungnya akan benar-benar terbelah.

Amarah Hayan dapat membuat raga seseorang benar benar terluka.

"Candra Ekadanta, apa maksudnya ini?" cecar Hayan tak sabar.

Tak ingin Hayan mendengar ucapan Udelia sebagai kebenaran. Dia yakin, semua ini adalah kepalsuan!

Maharaninya hanya ingin memberi kejutan.

Udelia yang merasakan gerak gerik Hayan tak mengenakan, langsung berdiri di sisi suaminya. Hayan tidak banyak bergerak, namun itu bukan berarti pria itu tak dapat bertindak.

Udelia merasakan kengerian terpancar dari mata pria itu, kendatipun dirinya tidak terpengaruh.

"Tuan, jika ada hal yang ingin dibicarakan silakan berbincang pada saya. Saya akan mewakili Candra," ucap Udelia. Memasang tubuhnya untuk melindungi suaminya.

"Tidak. Kembali saja," sela Candra cepat. Dia tidak mau semuanya menjadi berantakan.

Maharaja baru melihat sebentar keberadaan istrinya. Pasti masih banyak ragu di hati pria itu. Candra tidak akan membiarkan pria lain kembali mendekati istrinya.

TIKZ 2 [Terlempar ke Zaman Keemasan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang