Maya takut ibundanya akan meninggalkan dirinya, lagi.
"I.. ibu.." gumam Maya berusaha mendekati Danau Rana Mese. Dia berharap tidak ada yang terjadi pada ibundanya. Meski itu sangat tidak mungkin. Sangat mustahil.
Embun di mata menghalangi jarak pandang Maya, ia usap kasar matanya dengan punggung tangan sembari berlari menuju danau yang tak lagi terhalangi oleh tembok penghalang.
Tangan Maya spontan menutupi wajahnya, ketika air danau menyembur keluar dan mengarah padanya.
Di tengah danau tampak ular besar yang memiliki sisik emas di tubuhnya dan sisik perak yang berbaris rapi di bagian bawah tubuh.
Moncongnya sangat panjang dan rambut hitam tergerai dari kepala, tertutupi mahkota besar bernama djangkang lungsen.
Di punggung ular itu terdapat sayap hitam yang warnanya senada dengan rambut panjangnya dan scapularnya berhiaskan emas putih yang membentuk lilitan besar.
Ujung ekornya yang sebesar lengan orang dewasa, terpasang sebuah gelang dengan ukiran lidah api. Gelang itu akan berwarna kemerahan bila terkena sinar matahari.
Dia adalah Ular Naga Jawa, salah satu makhluk mitos terbesar, yang sama sulitnya ditemui seperti Burung Garuda.
"Untung saja tasku tahan air."
Udelia berdiri di atas moncong panjang dan besar seraya memperhatikan keadaan sekitar. Matanya menangkap keberadaan tasnya yang basah kuyup. Lalu dia meringis mendapati putrinya basah kuyup karena ulahnya.
Mata mereka saling bertemu dan mereka sama-sama menghela nafas lega dengan ekspresi yang mirip.
Hewan itu menjatuhan kepalanya dan menurunkan Udelia ke atas tanah. Udelia langsung berlari membantu buah hatinya untuk berdiri.
"Terimalah!" Ular naga mengarahkan ujung ekornya ke depan Udelia yang sedang membantu Maya.
Raga Maya terpaku di tempat. Tubuhnya melemah setelah hatinya rileks. Bahunya terkulai lemas akinat kecapaian dan kecemasan yang tinggi. Dia merasa lega sang ibunda selamat dari kemustahilan.
Ular Naga Jawa adalah hewan mitos yang sederajat dengan Burung Garuda.
Keberadaannya mungkin lebih mudah ditemui daripada burung garuda, namun ular naga jawa tidak bersahabat seperti burung garuda.
Burung garuda kadang kala diceritakan menunjukkan jalan dan mengantar orang yang tersesat. Sedangkan ular naga jawa, bila melihat manusia, pasti dilahap.
Apalagi ibundanya adalah murid Petapa Agung. Meski berpindah tubuh, kekuatan yang melekat di jiwa ibundanya tetap akan menjadi santapan lezat bagi hewan kontrak tingkat tinggi seperti Ular Naga Jawa.
Maya bersyukur melihat ibundanya baik-baik saja. Kekagumannya pada sosok ibu di depannya bertambah berkali-kali lipat.
"Bagaimana kalau dengan putriku?" tawar Udelia menunjukkan Maya yang bersembunyi ketakutan di belakangnya.
Kaki Maya mati rasa, saat ular naga itu memperhatikan dirinya dengan menghembuskan napas yang terdengar berat.
Ular itu membaui Maya, menghirup aroma Maya, yang sangat berbeda dengan aroma dan aura murid kesayangan Petapa Agung di matanya.
"Putrimu?" kata ular naga ragu.
Ular naga semakin mendekatkan wajahnya ke arah Udelia, memperhatikan Udelia dari atas ke bawah. Menelisik setiap jengkal tubuh yang sudah dia pilih menjadi majikannya.
"Kamu masih perawan," imbuh ular naga menatap tak percaya.
Udelia memeluk Maya. Menenangkannya dengan mengusap peluh yang keluar di kening Maya.

KAMU SEDANG MEMBACA
TIKZ 2 [Terlempar ke Zaman Keemasan]
Ficción histórica⚠ Peringatan ⚠ Mengandung unsur 21+ Harap bijak dalam memilih bacaan. Dia terbangun dari komanya dan melupakan segala yang telah terjadi di sepanjang tidurnya. Dia lupa bahwa dia pernah berpindah ke zaman keemasan dan menjadi perempuan dengan deraja...