Udelia terkulai lemah, bersandar di dada bidang Candra.
Rasanya tubuh dia tercerabut dari akarnya. Kakinya tidak mampu menopang berat tubuhnya sendiri.
Energi suaminya seolah tak pernah habis. Berulang-ulang kali mereka memainkan permainan manis nan panas.
Candra memeluk erat istrinya, tapi tak urung membawanya naik. Mereka masih menikmati berendam di kolam mata air.
"Mas ..."
Pipi Udelia merona, suaminya selalu saja menciumi tubuhnya atau menggigit tubuhnya ketika dipanggil dengan sebutan mas. Udelia pura-pura merenggut kesal dan menjauhkan tubuhnya dari tubuh Candra.
"Kenapa sih selalu gitu kalo dipanggil mas? Candra ga mau dipanggil mas?" rajuk Udelia.
"Suaramu saat memanggilku mas, seperti sedang menggodaku."
Berkata Udelia sedang menggodanya, Candra justru menggoda istrinya. Dia menangkap dagu Udelia dan menghujaninya dengan tatapan cinta.
"Aihh." Udelia mencebikkan mulutnya. Terbayang dalam benaknya, mereka sedang berada di pertemuan formal dan Candra spontan melakukan hal itu.
Udelia menikmatinya, tapi akan sangat memalukan bila bayangannya benar-benar terjadi. Dia malu bila bermesraan di depan umum.
Candra mengecup singkat bibir yang cemberut itu. Lantas membawa Udelia naik ke atas, supaya tak lagi mengulang adegan panas.
Bisa-bisa sampai esok hari mereka baru naik ke daratan.
Candra mengeringkan tubuh istrinya dan memakaikan pakaian dengan cekatan. Dia bahkan menata rambut istrinya dengan sempurna. Sedikit terburu-buru takut kalah dengan nafsunya.
Candra mengap-mengap menahan hasratnya. Demikian nikmatnya hubungan suami istri. Membuat candu seluruh persendiannya.
Udelia menyandarkan tubuhnya di dada Candra. Detak jantung Candra terdengar sangat keras. Pria itu mengecup sepasang mata yang menatapnya intens.
Udelia tersenyum hangat. Kelembutan Candra menumbuhkan benih-benih cinta dalam hatinya. Cara pria itu memperlakukannya, bak raja menghormati permaisurinya. Tidak memaksakan kehendak.
Pada awalnya Udelia menikahi Candra karena tak tahu arah dan tujuan hidup di dunia.
Selain itu, perhatian Candra melahirkan rasa nyaman dan aman untuk tinggal di sisinya. Oleh karenanya, dia setuju untuk bersanding dengan pria rupawan itu.
Kelembutan Candra yang tidak pernah berubah, kendatipun Udelia tak lagi sempurna, menumbuhkan benih cinta dalam relung hati Udelia yang terasa kosong.
Besarnya cinta sang suami membuatnya tak lagi ragu pada perasaannya.
Udelia kurang memahami arti cinta. Yang dia tahu, dia tidak mau jauh dari pria ini. Dia senang menerima perhatian pria ini, yang mana di saat bersamaan, dia merasa enggan menerima kebaikan dari orang lain.
Ada rasa tidak enak bila diperlakukan terlalu baik oleh orang lain, namun tidak bila diperlakukan dengan baik oleh suaminya. Udelia ingin terus mendapat perhatian suaminya.
"Mas, kamu menerimaku walau sudah dinodai pria lain?" lirih Udelia.
"Aku mencintaimu dan akan selalu mencintaimu. Apa tadi aku tidak menunjukkannya?" Candra mengusap kepala Udelia, menyalurkan rasa nyaman pada istrinya.
"Tapi para pria bisa melakukan itu dengan pelacur," kata Udelia sengit.
Candra tidak menjawab keluhan istrinya. Dia membiarkan istrinya berkeluh kesah. Amarah wanita hanya akan bertambah besar, bila dijawab biarpun jawaban yang diberikan adalah lugas dan benar.

KAMU SEDANG MEMBACA
TIKZ 2 [Terlempar ke Zaman Keemasan]
Historical Fiction⚠ Peringatan ⚠ Mengandung unsur 21+ Harap bijak dalam memilih bacaan. Dia terbangun dari komanya dan melupakan segala yang telah terjadi di sepanjang tidurnya. Dia lupa bahwa dia pernah berpindah ke zaman keemasan dan menjadi perempuan dengan deraja...