027 - TEMPAT ITU SEPI TAK BERPENGHUNI

207 37 0
                                    

"Tuan Ekadanta, kenapa pengantin wanita Anda ditutupi untaian melati di wajahnya? Apa karena rakyat jelata? Atau wajahnya burik?" tanya Pandya Bonar, putra ketiga Janu Pandya.

Keluarga Pandya adalah keluarga yang telah dua kali memegang posisi Rakryan Patih di Kerajaan Maja dan di Bhumi Maja.

Rakryan Patih bertugas untuk mengurus kepala Nagara.

Dalam peta kekuasaan, Bhumi terdiri atas beberapa Nagara, Nagara terdiri atas beberapa Watek, Watek terdiri atas beberapa Kuwu atau Kademangan, Kuwu terdiri atas beberapa Wanua, dan Wanua terdiri atas beberapa Kabuyutan.

Nagara dipimpin oleh Rajya atau Natha atau Wadhana atau Adipati.

Meski Nagara berada di bawah Bhumi, pemimpinnya tidak dapat langsung membuat laporan pada Maharaja. Rakryan Patih yang mengurus mereka.

Kekuasaan yang dimiliki keluarga Pandya, menjadikan Bonar percaya diri untuk mencela penyihir terkuat di Bhumi Maja. Bonar selalu memandang rendah setiap orang yang nyatanya lebih kuat dan lebih berprestasi daripada dirinya.

"Wajah istriku terlalu indah, sampai-sampai bisa membuat perang," balas Candra.

Orang-orang dalam lingkar meja yang sama dengan Candra dan Bonar, tertawa renyah sebab ucapan Candra.

Pria yang selalu serius merapal mantra, ternyata bisa juga bercanda.

Mana ada wanita yang mampu membuat Bhumi Maja mengangkat senjata untuknya, begitu pikir mereka semua.

"Tuan Ekadanta sangat pandai berbicara. Apa Anda menculik gadis kerajaan lain?" Lagi, Bonar mengusik hati Candra.

Candra memutar bola matanya jengah. Bonar tak pernah berhenti menggoda dirinya. Ingin tidak mengundang Bonar, tapi Bonar adalah anggota inti keluarga besar Pandya. Candra hanya bisa bersabar, menganggap semua ucapannya adalah angin lalu.

"Tuan muda Pandya, jaga ucapanmu. Saya permisi."

Candra memilih meninggalkan Bonar, daripada salah bicara dan menyebabkan petaka. Dia tak mau tabir takdir terbuka. Istrinya harus bersembunyi dengan baik.

Bonar tersenyum penuh kemenangan.

Dahulu di akademik, Candra adalah murid paling muda. Dia masuk akademik di usia enam tahun. Sedangkan Bonar tidak naik kelas dua tahun lamanya.

Secara alami Bonar membenci Candra, yang ia rasa telah merendahkannya. Padahal, bertemu saja hanya di dalam kelas. Candra pun jarang berbicara dengan orang lain, karena sibuk belajar. Sibuk membuat jalan yang bisa menghubungkan dua dimensi.

Candra mengulas senyum ketika bersitatap dengan tamu-tamunya. Segala adat istiadat yang melelahkan itu berjalan lancar tanpa hambatan.

Persiapan pernikahannya yang amat megah diurus oleh Tuti Ekadanta, ibu Candra, juga selir-selir ayahnya dan para saudarinya.

Mereka, para perempuan, sangat bersemangat.

Ketiga putra mereka, semuanya keras kepala dan selalu menghindar, jika berbicara topik pernikahan.

Saat salah satu dari ketiganya melakukan persiapan pernikahan, secara diam-diam dan tersembunyi.

Mata elang mereka menangkap gerak-gerik Candra dan mengambil semua tugas calon mempelai pria, juga tugas calon mempelai wanita.

Candra bersikeras ingin melakukan pernikahan sederhana. Tapi perempuan-perempuan di rumahnya tak kalah keras. Mereka mengundang seluruh kerabat dan tetangga, juga keluarga tetangga, tanpa sepengetahuan Candra.

Candra menghela napasnya. Pasrah. Tidak bisa dia melawan para wanita dalam keluarganya. Setidaknya, para wanita itu mau memenuhi keinginannya untuk menutupi wajah Udelia.

TIKZ 2 [Terlempar ke Zaman Keemasan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang