040 - KAMU BUKAN PELAYANKU

149 28 0
                                    

"Tunggu, mbak!" teriak Klenting Kuning saat Udelia hendak masuk ke dalam rumah utama.

Bisa sulit Klenting Kuning untuk menemui Udelia, bila wanita itu masuk ke dalam kandangnya. Candra sudah menunjukkan garis yang jelas antara Udelia dan Klenting Kuning.

Klenting Kuning sudah tidak bisa menunggu. Dia ingin pulang. Dia yakin dirinya masih bisa kembali ke dunianya.

Klenting Kuning, Salsa, sudah merindukan segala yang bebau modern. Rasa tindu pada semua orang di dunia modern, sudah meledak-ledak di dalam hati Salsa.

Semasa belasan tahun tinggal di negeri nan asing, Klenting Kuning banyak mencari ilmu dari mitos-mitos yang beredar, juga dari buku-buku yang diperdagangkan. Segala informasi dia kumpulkan jadi satu.

Ketika datang ke kediaman Ekadanta bersama Selir Ningrum, Klenting Kuning ditunjuk sebagai calon istri putra kediaman keluarga Ekadanta.

Dia yang menunjukkan ketertarikan besar pada buku bacaan, membuat Aji dan Tuti sebagai tuan dan nyonya Ekadanta meliriknya dan meminangnya untuk dijadikan pasangan putra mereka, Candra Ekadanta.

Statusnya yang kala itu sebagai calon istri Candra Ekadanta, membuatnya mudah memasuki ruang-ruang bacaan rumah besar Ekadanta, meskipun tidak sampai ke ruang rahasia yang masih satu bangunan dengan perpustakaan besar kediaman Ekadanta.

Statusnya sebagai calon nyonya Ekadanta membuat ketiga Klenting bersaudara rela bersimpuh di depan Klenting Kuning. Terlebih saat tantenya mengangkat Randha sebagai kakak.

Lengkap sudah penghambaan ketiganya. Mereka menjadi penjilat ulung pada sesosok orang yang dijadikan pembantu selama belasan tahun di rumah mereka.

Kendatipun pernikahan Klenting Kuning dan Candra Ekadanta, batal. Klenting Kuning diangkat menjadi anak oleh tantenya yang mandul karena kecerobohan Aji saat menghabiskan waktu dengan Selir Ningrum.

Berbagai fasilitas diberikan untuk Klenting Kuning di rumah dinas ayah angkatnya. Keluarga Randha juga diberikan beberapa toko. Keluarga kecil itu merasa benar-benar menjadi bagian dari Ekadanta.

Seperti kemarin, seenak jidat Randha bersuara seolah Candra adalah calon menantunya. Dia berkhayal menjadi besan Ekadanta karena sering diundang ke rumah dinas Aji.

"Mbak, tunggu!!"

Bahu Klenting Kuning naik turun, kala dia sampai di sisi Udelia. Dia mencekal tangan Udelia agar tidak mendekat ke rumah utama.

Mata Klenting Kuning memindai sekitar. Dia bersyukur, antek-antek Candra sedang memiliki kesibukan lain. Tidak akan ada yang menghalangi pembicaraannya dengan nyonya muda Ekadanta.

"Apa sih!?" sahut Udelia tak suka.

Mana ada istri yang senang dekat-dekat dengan perempuan penggoda suaminya?

Udelia mendengar banyak hal dari para pelayan. Klenting Kuning senang sekali mengintai rumah utama. Seolah menunggu waktu untuk menyergap suaminya.

"Mbak, tolong tunggu." Klenting Kuning mengambil napas. Dia bersyukur Udelia mau berhenti meski wajahnya semasam asem.

"Apa mbak ga mau pulang?" ucap Klenting Kuning.

"Pulang?" beo Udelia.

"Iya. Pulang."

"Ini rumahku!"

"Mbak! Mungkin mbak salah sangka. Aku ini bukan ingin menggoda pria itu. Aku ingin menyampaikan kebenaran pada mbak. Kampung halaman kita sama, mbak."

Udelia menaikkan alisnya. Dia sedikit tertarik. Dia sama sekali tidak ingat dengan kampung halamannya.

"Oleh karena itu, malam-malam aku ingin berbicara pada mbak, tapi oleh pria itu dihalangi terus. Mbak ingat kan pria itu bersikeras membawa aku pergi?"

TIKZ 2 [Terlempar ke Zaman Keemasan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang