025 - PERBUATANNYA TIDAK TERMAAFKAN

207 35 0
                                    

Kelimutu hampir dicabut, karena ucapan keluarga Tendu. Raja Ende telah berkerabat dengan Yang Mulia Maharaja Bhumi Maja. Maharaja mengambil putrinya sebagai gundik, membatu kita dan menjadikan keamanan kita sebagai salah satu syarat. Kembalilah, surat perjanjian damai telah kita dapatkan.

Lowo menatap Balaputra yang datang ke tempat persembunyian mereka. Pria itu menemui mereka melalui kayu milik kepala suku, yang bisa mencari orang-orang yang dikenal oleh kepala suku.

"Surat dan kayu ini memang milik kepala suku, namun siapa Anda?" Lowo menatap curiga Balaputra.

"Saya adalah Balaputra, putra wiyasa Palembang dengan adik perempuan satu-satunya raja Ende. Saya ada urusan di ibu kota dan kepala suku Kelimutu menitipkan surat."

Lowo dan anak buahnya seketika percaya ucapan Balaputra. Adik perempuan raja Ende sudah lama kabur bersama kekasihnya yang tidak direstui oleh raja Ende —Wiyasa Palembang—.

Ende dan Palembang tidak bermusuhan. Hanya saja, raja Ende tidak mau berpisah dengan adik kesayangannya. Antara Ende dan Palembang, sangat jauh jaraknya.

Segala cara dilakukan raja Ende untuk menghalangi keduanya.

Sayangnya, sang adik melakukan hal nista dengan Wiyasa Palembang. Berbuat dosa adalah hal yang paling dibenci raja Ende.

Dengan penuh amarah, dia mengusir adiknya. Dan dengan tangannya sendiri, dia mencoret nama adiknya dari silsilah keluarga.

"Aku tidak punya seorang adik! Saudaraku hanya ada kakak seorang!" ucap raja Ende kala itu pada semua orang yang hadir. Termasuk Lowo yang mendampingi kakaknya, kepala suku Kelimutu.

Setelah itu, adik perempuan raja Ende pun terlupakan. Generasi baru, tiada yang tahu.

"Sebelumnya saya ingin mengambil adik saya yang ikut bersama ibunda. Kala ibunda berpisah dengan ayahanda. Ternyata keduanya telah wafat."

Balaputra menghembuskan napas kasar. Pamannya memang mencoret nama ibunya dari silsilah keluarga, tapi pamannya tetap menerima ibunya yang sedang mengandung adiknya, setelah berpisah dengan ayahnya.

Pamannya tidak dapat menarik perkataannya. Dia memberikan adik kesayangannya, segala yang dibutuhkannya.

Tapi ketika keduanya wafat, mereka hanya dapat dikuburkan dengan gelar rakyat jelata. Dan secara natural, berita kematian keduanya tidak tersiar.

Ayah dari Balaputra menyesali perpisahan itu, ingin sekali dia memperbaiki semuanya. Dia memberikan perintah pada putranya untuk membawa kembali istri dan putrinya.

"Kami turut berduka cita. Dan terima kasih sudah mengirim pesan. Tapi kami tidak bisa kembali sekarang, ada orang yang sedang menunggu."

Lowo ingin menunggu Udelia terlebih dahulu. Dia ingin memastikan keselamatan wanita itu. Dia tidak mau menjadi orang yang tidak tahu diri. Lagipula, mendapat dua surat perjanjian damai, membuat posisi Kelimutu dalam kebebasan semakin kuat.

"Jika ditunda, perjalanan kalian akan semakin lama. Kepala suku meminta kalian untuk pulang sekarang. Ritual sebentar lagi diadakan, begitu kata beliau."

Lowo memikirkan dalam-dalam perkataan Balaputra. Sebentar lagi ritual persembahan untuk Kelimutu sudah dimulai. Berada di Bhumi Maja pun tidak ada tujuan baginya dan kelompoknya.

Lowo adalah keluarga kepala suku. Semua orang di keluarga kepala suku, mempunyai tugas yang sangat penting, terutama dalam upacara adat.

Lowo tidak bisa mengabaikan tugasnya.

"Mano, gambarlah dewi," titah Lowo pada Mano.

"Baik, ketua."

Mondho meletakkan buah yang dipetiknya dan air yang diambil dari sungai. Dia menghidangkan makanan untuk tamu yang tiba-tiba datang itu.

TIKZ 2 [Terlempar ke Zaman Keemasan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang