Udelia duduk menyesap teh bersama keluarga Klenting. Klenting Kuning berhasil mendekati Udelia setelah perjuangan penuh dua pekan lamanya.
Apalagi dua hari terakhir belakangan Candra sibuk membuka toko baru di ibu kota. Meski tak pernah menginap, pria itu hanya bisa pulang kala malam sudah menjelang.
Tak ada yang bisa mencegah Klenting Kuning untuk mendekati Udelia, karena sang nyonya sendiri yang mau mendengarkan cerita-cerita Klenting Kuning.
Mereka yang mengawasi pun tidak sempat melaporkan. Mereka tidak berani mendekat ke ruang kepala keluarga, kecuali bila dipanggil terlebih dahulu.
Terlebih lagi mereka hanya diperintah untuk mengawasi kedua wanita itu, agar tidak sembarangan bepergian. Udelia dan Klenting Kuning tidak pernah keluar dari rumah utama.
"Semua yang aku ceritakan itu ada di dimensi lain. Apa kamu mau pulang ke rumah?" tanya Klenting Kuning setelah menceritakan mudahnya berkomunikasi di dunia modern.
"Jangan coba menipuku," ucap Udelia masih ragu pada Klenting Kuning.
"Nggak, mbak. Ada gua tersembunyi di bawah kediaman ini." Klenting Kuning berkata dengan yakin.
Udelia menimang-nimang ucapan Klenting Kuning. Gua yang diceritakan Klenting Kuning memang benar adanya.
Bahkan ciri-ciri yang disebutkan Klenting Kuning, persis seperti penjelasan sang suami. Ketika sang suami memintanya datang ke sana semisal ingin berjumpa, kala mereka tidak bersama.
Ada suatu jalur yang berhubungan dengan Candra secara langsung. Jika Udelia masuk ke ruangan itu, dia bisa berhubungan dengan sang suami, sejauh apa pun jarak memisahkan mereka.
Anak-anak keluarga Ekadanta diperbolehkan masuk ke gua yang menyambung dengan gudang perpustakaan sampai pada batas tembok yang telah ditentukan. Di dalam gua ada harta keluarga Ekadanta, utamanya pusaka-pusaka para penyihir.
Perempuan dan laki-laki tidak dibedakan. Asalkan mereka tidak melebihi batas yang telah ditentukan, mereka boleh masuk ke gua dan mengambil pusaka sesuai kebutuhan mereka.
Hanya kepala keluarga dan calon penerusnya yang boleh masuk ke titik-titik terdalam. Dan hanya kepala keluarga yang boleh mengakses ruang-ruang rahasia.
Udelia melirik Klenting Kuning yang berbinar penuh harap. Dia menimang-nimang permintaan saudari angkat suaminya.
"Baik. Kalau begitu lepas semua perhiasanmu. Kamu juga berganti pakaian dengan yang aku berikan."
Udelia meminta Klenting Kuning berganti pakaian agar tidak ada senjata tersembunyi di balik lengan pakaiannya.
"OKE!!" sahut Klenting Kuning penuh semangat. Tak masalah dia dicurigai sedemikian rupa, hingga tangannya kosong saat membawa Udelia ke sana.
Hanya Udelia yang dia perlukan.
"HEI APA YANG KAMU LAKUKAN!!!?" teriak Udelia sembari memejamkan matanya. Tanpa rasa malu, Klenting Kuning membuka pakaian di depannya, hingga tubuhnya polos tanpa satu helai benang pun.
Keraguan muncul di dalam hati Udelia. Apa benar dia akan mengikuti orang gila ini!? Mana ada seorang perempuan berani bertelanjang bulat di ruang tamu!?
Namun rasa penasaran yang tinggi untuk mengetahui kebenaran dunia yang dikatakan Klenting Kuning membuat Udelia tetap mengikuti langkah si wanita yang selalu berpakaian serba kuning.
"Aku akan pergi sendiri. Kalian siapkan makan siang. Karena tuan hari ini pulang cepat," ujar Udelia pada dayang-dayang yang hendak mengikutinya.
Klenting Kuning mengulum senyum. Dia tahu lamanya pembangunan toko baru, tak mungkin bisa membuat sang pemimpin pulang di tengah hari.

KAMU SEDANG MEMBACA
TIKZ 2 [Terlempar ke Zaman Keemasan]
Fiksi Sejarah⚠ Peringatan ⚠ Mengandung unsur 21+ Harap bijak dalam memilih bacaan. Dia terbangun dari komanya dan melupakan segala yang telah terjadi di sepanjang tidurnya. Dia lupa bahwa dia pernah berpindah ke zaman keemasan dan menjadi perempuan dengan deraja...