Setelah hari itu, Candra tidak lagi meminta haknya. Udelia sangat kepikiran. Dia merasa Candra tidak lagi menginginkannya.
Sesak dadanya mengetahui sang suami tidur memunggunginya. Walaupun hangat sikap suaminya sama sekali tidak berubah, dia tetap merasa terluka.
Candra yang biasanya tidak akan berhenti semalaman, sudah berhari-hari tidak pernah menyentuh tubuhnya.
Apa suaminya mencari kehangatan di luar sana karena begitu marah pada sikapnya?
Isakan kecil tangis Udelia terdengar ke gendang telinga Candra yang sudah terbuai mimpi. Kelopak mata pria itu terbuka, menampakkan mata merahnya, tanda dia benar-benar sudah terlelap.
Tanpa amarah, Candra berbalik. Menatap istrinya yang sedang terisak sambil memeluk bantal. Dia mengusap pipi istrinya yang basah oleh air mata.
"Ada apa sayang?"
Udelia tidak menjawab pertanyaan Candra. Perempuan itu masih terus terisak dan Candra dengan sabar memeluk dan mengusap bahunya. Udelia berangsur-angsur tenang.
"Ada apa, cintaku? Siapa yang membuat kamu sedih?" tutur Candra lembut saat Udelia sudah tak lagi menangis.
"Kamu!"
Candra menelan salivanya dengan susah payah. Dia merasa tidak ada hal buruk yang dilakukannya. Tapi kenapa istrinya berkata seperti itu?
Candra menerka kesalahannya. Dia menerawang yang terjadi selama lima hari belakangan. Dia tidak lagi bepergian ke ibu kota.
Dia selalu menemani istrinya. Dia juga membuatkan masakan dengan tangannya sendiri. Dia bahkan menggosok punggung istrinya agar nyaman dan bersih.
"Coba jelaskan biar aku tidak salah tangkap. Benar ada sikapku yang membuat istri cantikku ini sedih?"
Udelia bungkam. Sikap Candra sama sekali tidak ada yang berbeda. Hari-hari biasa tidak ada yang berubah. Bahkan lebih manis dan perhatian dari sebelumnya. Hanya...
Ah! Apa Udelia mesti mengatakan hal itu?
Malu jika harus jujur.
Tapi apa sepekan ini sang suami mendapat kepuasan di luar, hingga tidak meminta diri dirinya? Padahal suaminya begitu gagah. Selalu begadang bila sudah memulai.
Dari cerita para pembantu yang sudah menikah, Udelia baru mengetahui bahwa biasanya sepasang suami istri hanya mampu melakukan hal itu beberapa kali, lalu terlelap karena kelelahan.
Suaminya berbeda. Orang-orang mungkin akan menyebutnya sebagai laki-laki yang sangat perkasa. Tidak pernah berhenti semalaman suntuk, terkadang pagi berlanjut jika saja Udelia tidak menindak dengan tegas.
Pria seperti itu, apa bisa sehari saja tidak melakukan penyatuan?
"Sayang, jangan menangis. Ayo katakan apa salahku. Aku benar-benar bingung.." bujuk Candra.
Dia benar-benar takut ada kesalahan yang tak sengaja dibuatnya dan melukai hati lembut istrinya. Dia takut, takut istrinya pergi karena kesalahannya.
Dia mungkin akan gila bila istrinya pergi dari sisinya.
"Ka-kamu ..." ucap Udelia terbata-bata. Malu rasanya mengungkap yang ada dalam pikirannya, tapi suaminya sudah terlanjur penasaran. Ini salahnya sendiri menerka-nerka yang terjadi lalu bersedih hati sampai menitikan air mata.
"Ya?"
"Kamu sudah tidak begadang lagi."
Akhirnya hanya kata itu yang meluncur keluar dari mulut Udelia. Wajahnya merah padam. Takut dikatai mesum karena sepanjang hari terus memikirkan penjelajahan di pulau bernama ranjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
TIKZ 2 [Terlempar ke Zaman Keemasan]
Narrativa Storica⚠ Peringatan ⚠ Mengandung unsur 21+ Harap bijak dalam memilih bacaan. Dia terbangun dari komanya dan melupakan segala yang telah terjadi di sepanjang tidurnya. Dia lupa bahwa dia pernah berpindah ke zaman keemasan dan menjadi perempuan dengan deraja...