"Utih, pergilah ke keraton."
Udelia mengusap wajahnya. Dia meringis kala jarinya menyentuh sudut pipinya yang terluka.
"Oh? Suasana jiwamu sangat berantakan."
Utih terheran dengan keadaan Udelia. Hal terakhir yang dia tahu adalah Udelia dibawa ke tempat Boco. Kakek tua misterius Ekadanta yang dapat menyembuhkan sakit serius yang diderita Udelia.
Tidak seharusnya majikannya masih kesakitan.
Apalagi kesakitan dalam batin. Majikannya tidak selemah itu. Utih penasaran kenapa jiwa Udelia sangat terguncang.
Sakit dan mati adalah hantu yang tidak akan pernah lepas dari dalam kehidupan para bangsawan. Tidak mungkin jiwa majikannya terguncang hanya karena hampir mati oleh keadaan.
Udelia diam tidak menggubris ucapan Utih. Dia mengarahkan mulut bayinya yang kelaparan ke sumber makannya. Sedianya jiwannya betul sangat berantakan.
Semua tak lain dan tak bukan karena Maharaja yang menyebalkan. Bisa jadi Candra menjadi kasar padanya karena sudah diguna-guna oleh Maharaja.
Tiga tahun menjadi gadis manja pada suaminya, tak pernah suaminya marah padanya.
Udelia akan membalas Maharaja jika curiganya terbukti.
"Pergilah ke keraton. Katakan pada Maharaja, Anda tidak perlu bertanggung jawab padaku. Cukup bersumpah menjaga Rama dengan baik dalam ketenangan keraton."
Utih mendengarkan ucapan Udelia sambil menjalankan perintahnya. Dia sudah berada di dekat keraton. Jalannya sangat cepat.
"Tapi ketenangan keraton justru akan terusik jika ada putra raja yang baru, yang datang tiba-tiba tanpa ada kejelasan. Tidak perlu merepotkan diri dan lupakan saja. Kami akan pergi jauh dan tidak mengganggu."
Utih tercekat. Pergi jauh yang dimaksudkan majikannya pasti pergi ke dunianya sendiri. Ada rasa kehilangan jika majikannya pergi ke dunianya.
Utih tidak dapat pergi ke dunia lain, dunia asal majikannya, kecuali jika dia mempelajari hal-hal rumit bertaruhkan nyawa.
Hewan-hewan mitos adalah makhluk yang mudah keluar masuk dimensi. Sayangnya Utih hanyalah hewan langka, bukan hewan mitos yang memiliki kekuatan maha dahsyat seperti kuda sembrani, burung garuda, dan ular naga jawa.
"Satu penerus sudah cukup bagi Anda, maka biarkan yang lain hidup tenang jauh dari ibu kota. Tuan putri akan tetap di jalannya." Udelia menyelesaikan kalimatnya.
Utih berhenti di atas pohon. Mata kuningnya menatap keraton yang ramai.
"Kalau dia tidak mau?" tanya Utih.
Dia dapat melihat sendiri obsesi dan cinta di mata Maharaja Bhumi Maja. Tidak mungkin pria itu akan melepaskan majikannya, jika yang diinginkan sang Maharaja adalah kembalinya sang Maharani.
"Biarkan saja asal tidak mengganggu keluargaku," jawab Udelia.
"Apa kamu yakin?"
"Tentu," jawab Udelia mengusap pipi tembam Raka.
Utih tidak menyahut. Ada bongkahan kecewa pada majikannya. Sebab majikannya melepas anaknya begitu saja. Mungkin harta dan cinta ayah akan didapatkan Rama, tapi cinta ibu tidak kalah pentingnya.
Kalimat yang diucapkan Udelia selanjutnya menghancurkan bongkahan kecewa di dada. Majikannya tidak sekejam itu.
"Setelah itu carilah waktu dia sibuk dengan urusannya. Kamu bisa berkeliling dengan bebas kan?"

KAMU SEDANG MEMBACA
TIKZ 2 [Terlempar ke Zaman Keemasan]
Fiksi Sejarah⚠ Peringatan ⚠ Mengandung unsur 21+ Harap bijak dalam memilih bacaan. Dia terbangun dari komanya dan melupakan segala yang telah terjadi di sepanjang tidurnya. Dia lupa bahwa dia pernah berpindah ke zaman keemasan dan menjadi perempuan dengan deraja...