031 - DIA MASIH PERAWAN

341 33 0
                                    

"Berikan obat pencegah hamil pada penghuni kebun belakang adikmu dan hukum kepala pelayan wanita Candra karena telah menjebakku."

Hayan menatap Bayu, salah satu pengawal bayangannya. Bayuaji Ekadanta adalah kakak kedua Candra Ekadanta. Pria itu lahir dari pasangan kepala keluarga Ekadanta dan seorang selir.

Memiliki jatah sebagai calon kandidat penerus keluarga Ekadanta, dia tinggalkan untuk menjadi pengawal bayangan Maharaja.

Dia yang memiliki teman sesama anak selir dari keluarga lain, hampir saja terjerumus dalam lembah hitam kesesatan melakukan pemberontakan terhadap negerinya sendiri.

Sebagai pria yang memiliki ilmu sihir yang tinggi, dia mendapatkan kesempatan menjadi pengawal Hayan sewaktu masih menjadi Yuwaraja atau Putra Mahkota.

Dari pengawal biasa menjadi pengawal pribadi lantas menjadi pengawal bayangan. Dia pun memiliki jalan untuk mengabdi pada negeri, bukannya menjadi pemberontak.

Bayu sedikit kebingungan atas permintaan tuannya.

Candra saja sudah setua itu baru menikah, bagaimana mungkin ada wanita penghuni kebun belakang?

Kalaupun Candra punya kekasih sebelum bertemu wanita yang kini menjadi istrinya, keluarga Ekadanta tidak akan menghalangi keduanya untuk menikah. Ekadanta tidak pernah memandang kasta dan latar belakang.

Bayu tetap mematuhi tuannya. Segera melakukan titah tuannya tanpa banyak menduga-duga maksud ucapan sang tuan.

"Anda ingin menghukum mati kepala pelayan itu? Dan untuk wanita itu, apakah dibawa ke istana?" tanya Bayu.

"Lakukan yang seharusnya."

"Baik, Yang Mulia."

Lantas Bayu menghilang dari hadapan Maharaja. Dia bergegas melakukan tugas yang diberikan padanya, meski kurang yakin dengan keberadaan wanita itu.

Tapi kalau bukan kekasih gelap, bisa menjadi masalah lebih besar untuk kediaman Ekadanta. Mereka akan dituduh tidak becus dalam memberikan didikan pada para pelayan dan budak.

"Sudah berkali-kali Anda begini," keluh Djahan yang duduk di kursi tamu. Dia menghadap ke jendela, malas melihat wajah bebal Hayan.

"Bagaimana kalau dia memiliki suatu penyakit?" imbuh Djahan. Tersirat nada kesal dalam suaranya. Dia tidak mau putrinya menangis karena ayahandanya tertimpa sakit yang serius.

"Dia masih perawan."

Djahan kehilangan kata-katanya. 

Apakah seorang perawan bisa digunakan begitu saja?

Apakah seorang Maharaja bisa tidur dengan siapa saja?

Jika berita ini keluar, entah apakah reputasi sempurna Maharaja akan bertahan. Maharaja selalu digambarkan sebagai sosok pria mulia yang baik hati.

Semua gosip pembunuhan dan pembantaian keluarga di malam hari, justru diarahkan pada Mahapatih, tangan kedua Maharaja.

Maharaja ibarat seorang malaikat yang memiliki anak buah berupa iblis. Bahkan tak jarang terdengar kisah rakyat, tuan yang baik itu sering ditindas oleh Mahapatih yang sifatnya bagai iblis.

"Yang Mulia, lebih baik ambil beberapa selir dari keluarga terpandang," usul Djahan.

"Mereka hanya akan mencari ribut. Dan saya melakukan semuanya karena spontan."

"Saya mohon jangan ada lagi. Nanti akan timbul masalah. Apakah Anda lupa yang terjadi pada Raja kedua?" Djahan memperingati.

Hayan memutar bola matanya jengah. Walau dia dan pamannya sama-sama bermain wanita. Pamannya itu bermain dengan istri orang, sedang dia dengan para lajang.

TIKZ 2 [Terlempar ke Zaman Keemasan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang