043 - LAKI-LAKI YANG MERENGGUT KESUCIANNYA

221 33 0
                                    

Enam bulan berlalu. Tidak ada lagi keluarga Ekadanta yang meremehkan Udelia. Bawahan-bawahan Candra pun memberikan penghormatan dengan benar.

Mereka memberikan salam lengkap tiap kali menghadap sang nyonya. Menjatuhkan diri, mengangkat tangan ke atas kepala, dan mengucapkan salam hormat.

Udelia juga sesekali dilibatkan dalam keputusan yang hendak diambil Ekadanta. dia hanya dimintai jawaban keputusan akhir, sehingga tidak perlu mengikuti rapat yang panjang.

Bersamaan dengan itu, perut Udelia juga semakin membesar.

Setiap saat Candra siaga menemani Udelia. Perempuan hamil itu sering kali dilanda kekhawatiran. Membuat Candra takut meninggalkannya seorang diri.

Akhirnya Candra menyerahkan seluruh tugasnya sebagai kepala keluarga dan kepala toko kepada asistennya.

Keberadaan suaminya sangat membantu kehamilan Udelia. Apalagi perasaannya sering tiba-tiba berubah.

Semula semua baik-baik saja. Udelia begitu bahagia menyambut kehamilannya.

Candra juga berpikir istrinya telah bahagia menyambut calon buah hati mereka, tak lagi ingat malam kelam bersama sosok asing yang tak dikenalnya.

Sampai suatu pagi dia mendapati istrinya melamun di pojok kamar.

Candra memanggilnya berulang kali, tak disahuti sang istri. Udelia menyentak tangannya ketika Candra mencoba menyentuh bahunya. Wanita kesayangannya itu enggan disentuh Candra.

Udelia pun tersadar, dia baru saja melakukan kekerasan pada suaminya. Netranya langsung menatap sesal sang suami.

"Maaf ..."

"Ada apa?" tanya lembut Candra. Dia sama sekali tak marah pada istrinya. Dia justru khawatir ada yang menganggu pikiran istrinya. Istrinya selalu saja menyimpan kekhawatiran seorang diri.

"Tidak." Udelia membalas tatapan lembut suaminya dengan tatapan kosong.

Tidak dapat disembunyikan dari Candra, jikalau perempuan itu tidak baik-baik saja. Walau entah apa alasannya.

Selama ini tidak terjadi hal yang aneh. Tak ada lagi yang mengucilkan Udelia. Dia sendiri yang memastikan semua itu.

Candra yakin, istrinya hanya mengalami mimpi buruk atau ingatannya mulai berangsur-angsur pulih, lagi.

Candra ingin istrinya beristirahat total untuk memulihkan diri. Seharian Udelia terus menerus kedapatan sedang melamun.

Namun istrinya tetap profesional. Istrinya ikut dalam serangkaian kesibukan bersama Candra, sebagai pendamping seorang kepala keluarga.

Perempuan dengan polesan natural itu bersikeras ikut dalam rapat dan bersikeras ikut datang menghadiri acara pernikahan anak salah satu pejabat setia di bawah Candra, dalam menjalankan kekuasaan keluarga Ekadanta.

Langkah perempuan itu mendadak terhenti di gapura masuk rumah sang pejabat. Dia melihat punggung kokoh yang akhir-akhir ini sering kali masuk ke dalam mimpinya.

Di dalam mimpinya, tidak ada hal aneh seperti pemaksaan dan kekerasan. Di dalam mimpi itu justru hanya ada kehangatan.

Di dalam mimpi, dia berbagi kehangatan dengan pria yang mengenakan sumping emas. Sumping emas yang sama dengan sumping emas yang dikenakan seorang pria di dalam rumah sang pejabat.

Kemudian dia menyadari, mimpi itu adalah ingatannya. Ingatan saat malam pengantin. Malam pengantin yang berubah menjadi malam petaka.

Hal itu membuat Udelia merasa sangat bersalah pada sang suami. Mentalnya terbebani. Tubuhnya bergetar hebat. Dia adalah si pendosa.

TIKZ 2 [Terlempar ke Zaman Keemasan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang