Acara perjamuan pernikahan Udelia dan Candra benar-benar telah berakhir. Lebih cepat dari jadwal yang telah ditentukan.
Candra mengakhiri acara lebih cepat. Udelia tidak dapat membantah. Raganya memang sakit dan lemah akibat sihir yang gagal dia jalankan.
Udelia dirawat dengan intensif setelah dinyatakan terluka parah. Dia berada di ruangan khusus dengan tubuh tanpa daya dan kekuatan.
Orang-orang berkata Udelia sangat beruntung, sebab tak mati dari dahsyatnya kekuatan yang gagal dikendalikan Udelia.
Namun Udelia tidak serta merta lega. Dia khawatir suaminya akan ditindas oleh wanita-wanita gatal. Suaminya terlalu polos untuk didekati wanita-wanita murahan.
Sebagian besar tamu sudah pulang, tapi masih ada saja keluarga-keluarga yang betah menumpang di rumah orang.
Pagi-pagi buta tadi ada seorang wanita asing mendatangi Udelia. Dia bersolek dengan indah. Wajah dan rambutnya penuh dengan riasan.
Lalu tanpa ada angin, tanpa ada badai, wanita itu menanggalkan pakaiannya di dalam ruangan tempat Udelia dirawat.
Udelia mendengar dengan jelas, wanita itu berkilah tidak ada waktu untuk pergi ke ruang ganti, karena menunggui dirinya dan karena tidak mau meninggalkan dirinya, hanya untuk berganti pakaian di ruang ganti.
Padahal Udelia merasa sendirian dalam tidurnya. Dia pun sudah terbangun kala wanita itu mulai membuka pakaiannya yang rapi dan tertutup. Wanita itu membuka pakaian dengan kedua tangannya sendiri.
Lagipula, siapa sih yang begadang semalaman dan belum mandi, namun wajah dan rambutnya penuh dengan riasan anggun bak dipaes ageng?
Suaminya tidak menghukum saudari jauhnya itu. Pria itu hanya memperingatkan dengan sebuah ucapan. Udelia ingin sekali sembuh sekarang juga dan menggertak si wanita, juga suaminya yang lembek!
Saat malam menyapa, Candra meninggalkan Udelia untuk menemani para tamu dari pihak keluarga yang masih betah tinggal di rumahnya.
Kalau saja dia bukan seorang kepala keluarga dari keluarga besarnya, dia enggan untuk sedetik saja meninggalkan istri terkasihnya.
Dengan berat hati dia mengikuti intruksi ayahnya. Tentu dengan hidangan yang dia ajukan. Tidak ada daging dan makanan pesta. Sengaja Candra melakukan hal demikian, memastikan keluarga besarnya tak betah tinggal lebih lama.
"Loh loh kok makanannya ... begini semua? Isinya sayuran tok. Apa begini pesta megah yang diidam-idamkan tuan kepala keluarga? Atau perempuan itu bukanlah idaman tuan?" sindir seorang ibu yang menyuapkan potongan sayur ke mulut putrinya.
"Pesta? Sudah berakhir. Lagipula istriku sedang tidak baik. Tak patut merayakan pesta tanpa kehadirannya."
Candra masih berusaha tenang, kendatipun gemelatuk gigi gerahamnya terdengar oleh dua pengawal yang berdiri di sisi kanan dan kirinya.
Dua pengawal itu merapalkan do'a dengan khidmat, mengharap keselamatan diri masing-masing.
"Istrimu saja yang tak becus. Kenapa keluar dari perkumpulan para pria, tubuhnya bersimbah darah? Apa kamu sudah kecolongan, Tuan Candra yang terhormat?"
Candra tidak bersuara. Dia tidak membalas ucapan keturunan luar Ekadanta itu. Dia menyesap tehnya dengan elegan.
Satu detik kemudian, perempuan dewasa yang masih tampak cantik itu memekik kesakitan. Di lehernya terdapat luka, yang amat jelas terlihat dari kejauhan, dan mulutnya mengeluarkan busa, seperti orang keracunan.
"Kepala keluarga! Hentikan!" sentak seorang pria, adik dari si wanita.
"Apa yang harus kuhentikan? Makanku?" tanya Candra, menyodorkan tangannya yang penuh dengan kue manis.
KAMU SEDANG MEMBACA
TIKZ 2 [Terlempar ke Zaman Keemasan]
Ficção Histórica⚠ Peringatan ⚠ Mengandung unsur 21+ Harap bijak dalam memilih bacaan. Dia terbangun dari komanya dan melupakan segala yang telah terjadi di sepanjang tidurnya. Dia lupa bahwa dia pernah berpindah ke zaman keemasan dan menjadi perempuan dengan deraja...