BAB 1

22.9K 1K 19
                                    

Gaiss. Sebelumnya, aku mau minta bantuan kalian.
Kalo nanti ada ketikan aku yang typo, tolong di tandain ya. Biar aku gampang revisinya.

Makasiihh 🙏🙏

~HAPPY READING~

Di sebuah kamar yang terlihat sederhana namun terkesan elegan, terdapat seorang gadis yang sedang berdiri didepan cermin besar yang tertempel di dinding kamarnya. Dia sedang bersiap-siap untuk ke toko kue miliknya hari ini.

Namanya Shyina Syabira. Seorang pemilik toko kue di pusat kota tempat tinggalnya saat ini, yaitu Kota Malang. Dia adalah gadis mandiri yang berhasil mewujudkan impiannya di usia yang bisa di katakan masih sangat muda. Ya, gadis ini masih belum genap 22 tahun.

Dia bukan berasal dari keluarga kaya. Orang tuanya hanya bekerja sebagai pengrajin kayu dan ibu rumah tangga. Tapi itu semua bukanlah penghalang kesuksesan untuknya. Melainkan suatu hal yang menggembleng Shyina supaya lebih semangat dan bekerja keras demi mengangkat derajat keluarganya di mata masyarakat.

"Mau berangkat sekarang, na?" Tanya ibunya Shyina saat melihat anak sulungnya yang sudah rapi.

"Iya, buk. Hari ini pegawai aku ada yang nggak masuk. Jadi aku harus gantiin jaga toko" jawab Shyina.

"Yaudah. Sana sarapan dulu"

"Iya, habis ini"

Setelah selesai dengan urusannya, Shyina segera berjalan menuju dapur. Disana sudah terlihat adik laki-lakinya yang sedang sarapan di meja makan. Dia langsung saja menoleh waktu mendengar suara langkah kaki kakaknya yang mulai memasuki dapur.

"Wiih pacarnya Taehyung udah bangun. Tumben kakak jam segini udah wangi. Biasanya masih bau iler" ujar adiknya Shyina.

Shyina menatap adiknya datar "Kenapa? Ada masalah kalo kakak jam segini udah wangi?" Tanyanya.

"Enggak, sih. Mau ke mana minggu-minggu gini? Mau main? Ikut dong kalo main"

"Main mulu. Kakak mau ke toko. Ayo kalo mau ikut. Sekalian bantuin jaga juga" jawab Shyina sembari menuangkan kuah sayur ke dalam piringnya.

"Nggak jadi. Males banget ada temennya kakak yang suka godain aku"

Shyina mengerutkan keningnya "Siapa? Rashel?" Tanyanya.

"Nggak tau. Pokoknya yang bibirnya merah"

"Mana ada bibir ijo" ketus Shyina.

"Kakak jangan ketus ketus bisa, nggak?"

"Serah kakak, lah. Mulut mulut kakak, nggak minjem mulut kamu"

Adiknya Shyina meletakkan sendoknya di atas piring, kemudian dia menatap kakaknya itu dengan tatapan bertanya-tanya "Gimana ya nasib suami kakak nanti? Pasti dia tertekan gara-gara diomelin terus sama kakak tiap hari" ujarnya.

"Nggak usah mikirin nasib orang kalo nasib kamu aja masih nggak jelas arahnya"

"Astaghfirullah. Kakak kalo ngomong jlebnya sampe ke ulu hati"

"Oh iya, kak. Aku pernah denger guru aku bilang gini. Ekhemm.. jodoh itu cerminan diri sendiri. Nah, kalo kakak ngomongnya selalu bikin orang tertekan lahir batin, berarti nanti jodohnya juga sama"

Shyina menatap adiknya dengan tatapan mengejek "Nggak usah sok tau. Kamu itu masih piyik. Mendingan sana keluar, maen kelereng sama temen-temen kamu" ledeknya.

"Dibilangin nggak percaya. Lihat aja nanti, pasti suaminya modelan kulkas 10 pintu. Udah gitu kalo ngomong nggak di pilter dulu" ujar adiknya Shyina sambil berjalan keluar dari dapur.

My Arkan Is My Husband [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang