BAB 41

9.1K 462 19
                                    

Anyeong readersku tersayang. I am kambekkk

Ada yang nunggu cerita ini up? Nggak ada? Yaudah

~HAPPY READING~

"Loh, Arkan"

Pak Arkan dan Shyina langsung menolehkan kepalanya ke belakang. Disana terlihat seorang wanita sedang berdiri tak jauh dari kursi yang mereka duduki.

Wanita itu berjalan menghampiri Pak Arkan dan Shyina. Kemudian dia langsung mendudukkan dirinya disebelah Pak Arkan.

"Kamu ngapain disini?" Tanya wanita itu.

"Tante Dewi? Tante ngapain disini?" Tanya Pak Arkan dengan tatapan tidak suka.

"Tante tadi habis jemput Melly. Terus nggak sengaja lihat kamu disini, jadi ya tante samperin" jawab Tante Dewi.

"Kamu siapa? Saudaranya Arkan, ya?" Tanya tante Dewi sambil menunjuk Shyina.

"Dia-" ucapan Pak Arkan terpotong karena kedatangan seorang gadis yang tak lain adalah Melly.

"Hallo, Mas Arkan" sapa Melly.

Pak Arkan hanya diam. Dia tidak ada minat sedikitpun untuk menjawab sapaan melly.

Pak Arkan diam sambil menatap lurus ke depan dengan wajah datarnya. Moodnya sudah hancur karena kedatangan dua wanita yang sangat ia benci.

"Mas Arkan ngapain disini? Terus ini siapa?" Ujar Melly sembari menunjuk ke arah Shyina.

"Kalian tidak perlu tau dia siapa. Yang jelas dia adalah bagian terpenting dalam hidup saya" jawab Pak Arkan.

"Dia pacar kamu?" Tanya Tante Dewi.

Pak Arkan tidak menjawab pertanyaan Tante Dewi. Dia hanya menggenggam erat tangan Shyina tanpa sepengetahuan Tante Dewi dan Melly.

Tante Dewi menatap Shyina remeh "Kamu kok mau sih pacaran sama dia? Lebih cantik juga Melly. Lihat bajunya, nggak modis banget. Masa keluar pake pakaian kaya gitu" ucapnya.

Shyina memang hanya memakai celana panjang dengan atasan hoodie. Dia hanya merias wajahnya sedikit, sehingga make up-nya terlihat natural. Penampilannya juga sama seperti remaja berhijab pada umumnya.

Sedangkan Melly, dia memakai celana yang hanya menutup seperempat pahanya, atasan kaos super ketat, serta rambut yang digerai. Jangan ditanya bagaimana make up-nya.

"Bandingkan sama anak tante. Udah cantik, pakaiannya modis, berkelas lagi" ujar Tante Dewi sambil memeluk Melly.

Tante Dewi memang suka membandingkan semua orang dengan Melly. Seakan-akan anaknya itu ada orang yang paling sempurna.

"Asal tante tau, saya nggak butuh pasangan seperti anak tante ini. Yang saya butuhkan adalah pasangan yang mau menerima saya apa adanya. Dan juga dia yang mau saya ajak ke surga, bukan malah ngajak saya ke neraka" ujar Pak Arkan sambil melirik Melly.

"Maksud kamu apa, Arkan?" Tanya tante Dewi.

"Kalo tante pernah ngaji, pasti tante faham apa yang saya bicarakan tadi"

"Oh iya, tante jangan lagi menjodoh-jodohkan saya sama Melly. Karena sampai kapanpun, saya nggak akan pernah mau sama dia. Kalo anak tante nggak laku, saya bisa menjodohkan dia dengan sekertaris saya. Karena dia juga masih lajang. Itupun kalo sekertaris saya mau. Maaf, kita nggak bisa lama-lama disini karena mau ada acara. Permisi" ucap Pak Arkan.

Pak Arkan menarik tangan Shyina supaya pergi dari sana. Dia sudah sangat muak melihat Tante Dewi dan juga Melly. Bahkan, Mama Bida juga sebenarnya tidak begitu suka dengan mereka berdua. Hanya saja Mama Bida tidak mau menunjukkan.

My Arkan Is My Husband [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang