BAB 49

8K 417 17
                                    

Berhubung sekarang udah puasa Ramadhan
Kalo aku ada salah.... ya nggak mungkin.
Karena cewe selalu benar...
Ehehe enggak ya gais becanda ✌️

Kalo selama ini ada kata-kata yang menyinggung kalian, baik disengaja maupun tidak. Saya selaku penulis cerita My Arkan is My Husband
MOHON MAAF YANG SEBESAR-BESARNYA 🙏🙏
Udah gitu aja. Bingung banget mau ngetik apa lagi 😌

~HAPPY READING~

Shyina sama Pak Arkan sudah berada didalam mobil untuk kembali kerumah. Sedari tadi, mereka belum ada yang mau membuka suara. Shyina yang takut sama Pak Arkan, dan Pak Arkan yang cemburu sama Shyina, membuat keduanya masih sama-sama bungkam.

Shyina hanya menunduk sambil memainkan ujung bajunya. Sebenarnya dia ingin bertanya kepada Pak Arkan. Tapi baru saja melirik, suaminya itu sudah lebih dulu membuka suara.

"Ngapain ngelirik saya?" Tanya Pak Arkan dingin.

"Eh? Nggak papa" jawab Shyina canggung.

Shyina tidak suka situasi seperti ini. Rasanya dia ingin menangis sekarang juga.

"Kamu masih mau cendol apa enggak?" Tanya Pak Arkan dengan pandangan lurus kedepan.

"Enggak" jawab Shyina pelan.

Pak Arkan melirik Shyina sekilas. Dia tau kalau sebenarnya Shyina masih menginginkan cendol, tapi dia takut mau ngomong.

Pak Arkan menghentikan mobilnya didepan warung mie ayam yang mereka kunjungi tadi. Atau lebih tepatnya didepan penjual es cendol. Dia langsung turun dan meninggalkan Shyina yang masih terdiam didalam mobil.

"Ternyata dia masih inget cendol yang gue mau" gumam Shyina.

Dan nggak lama kemudian, Pak Arkan sudah kembali dengan satu plastik cendol beserta sedotan yang berada ditangannya. Dia langsung membuka dan menyedot cendol itu didepan Shyina.

Shyina hanya melongo melihat Pak Arkan. Dia mengira Pak Arkan turun untuk membelikannya cendol. Tapi ternyata, dia membeli cendol untuk dirinya sendiri.

Tanpa sadar, dia melihat Pak Arkan sambil mengelus perutnya sendiri.

"Adek sabar ya. Ayah kamu emang nggak ada akhlaq" ujar Shyina dalam hati.

"Kenapa lihatin saya?" Tanya Pak Arkan yang masih asik menyedot es cendol.

"Emang nggak boleh, saya lihatin bapak?" Tanya Shyina.

Dia sudah jengah dengan panggilan saya-kamu yang diucapkan Pak Arkan sedari tadi. Akhirnya, dia juga mengikuti Pak Arkan dengan memanggilnya bapak.

"Saya bukan bapak kamu"

"Ya emang. Lagian saya juga nggak mau punya bapak nggak ada akhlaq kaya gini" cibir Shyina sambil melirik Pak Arkan.

"Kamu ngatain saya nggak ada akhlaq?"

"Saya nggak ngatain Pak Arkan. Tapi kalo bapak kesindir ya Alhamdulillah"

"Saya nggak kesindir. Saya cuma tanya"

"Susah ya ngomong sama orang yang nggak nyadar diri" ujar Shyina.

"Lebih susah ngomong sama orang yang nggak mau ngalah" jawab Pak Arkan.

"Sedang menyindir diri sendiri" kata Shyina.

"Kamu mau cendol apa enggak? Kalo nggak mau, biar saya nyalain mobilnya" tanya Pak Arkan.

"Kalo Pak Arkan tega sama adek bayinya, yaudah nyalain aja mobilnya" jawab Shyina.

My Arkan Is My Husband [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang