BAB 71

7K 439 70
                                    

Harus wajib rame! Nggak mau tau!!

~HAPPY READING~

Cuaca pagi ini memang cerah, tapi tidak dengan hati seorang laki-laki yang sedang duduk diam diatas kursi kebesarannya. Sedari tadi ia terlihat diam melamun sembari menatap kearah jendela besar yang menampilkan pemandangan kota dari atas gedung kantor miliknya itu.

Semenjak kejadian yang menyebabkan rumah tangganya sedikit terguncang kemarin, Pak Arkan terlihat menjadi seseorang yang lebih pendiam dari biasanya. Kalau sebelumnya dia akan banyak bicara kepada Rian, tapi sekarang sudah tidak lagi. Dia hanya mau berbicara seperlunya saja.

Sebenarnya Rian juga sedih dan kasihan melihat Pak Arkan yang selalu terlihat murung seperti ini. Meskipun bosnya itu terkadang sangat menyebalkan, tapi Rian tau kalau Pak Arkan melakukan itu hanya sebatas bercanda. Jadi dia juga tidak mengambil hati atas apapun yang keluar dari mulut Pak Arkan.

Pak Arkan yang sedang asik melamun tiba-tiba saja dikejutkan oleh Rian yang sudah berdiri didepannya. Biasanya dia akan marah karena Rian yang tiba-tiba nyelonong masuk kedalam ruangannya, entah kenapa sekarang dia hanya diam saja.

"Permisi, pak" ucap Rian.

Pak Arkan mengerjapkan matanya "Eh?" Ujar Pak Arkan.

"Maaf kalo saya mengangetkan Pak Arkan"

"Ada apa?"

"Bu Renata mengubah jadwal pertemuan menjadi pukul 10.00. Apa Pak Arkan bisa?" Tanya Rian.

Pak Arkan berfikir sejenak. Sebenarnya dia akan mencarikan kado untuk Papa Arya setelah ini. Tapi dia juga harus bertemu dengan Bu Renata untuk membicarakan proyek yang lumayan besar.

"Dimana?"

"Di mall XXX, pak"

"Baik. Ngomong sama Bu Renata kalo saya setuju bertemu di mall XXX"

"Baik, pak. Kalo begitu saya permisi dulu" ujar Rian yang dibalas dengan anggukan kepala oleh Pak Arkan.

Pak Arkan melihat kearah jam tangan yang sedang ia kenakan. Disana terlihat sudah pukul 9 pagi. Perasaan tadi Pak Arkan baru saja berangkat, kenapa tiba-tiba sudah siang. Apa Pak Arkan melamun selama itu?

Karena masih ada waktu, Pak Arkan memutuskan untuk pergi terlebih dahulu dan mencarikan kado Papa Arya sebelum pertemuannya dengan Bu Renata. Dia menggapai tas kerja yang tergeletak diatas meja, kemudian berjalan keluar dari ruang kerjanya.

"Rian, saya pergi dulu. Nanti kamu silahkan nyusul. Kita bertemu di restoran biasanya" ujar Pak Arkan.

"Baik, pak"

Pak Arkan melangkahkan kaki jenjangnya menuju lift. Begitu pintu lift terbuka, dia langsung masuk dan menuju kebawah. Waktu dia baru sampai bawah, terlihat seorang perempuan yang sedang berdiri di didepan meja resepsionis. Wanita berhijab yang dari belakang terlihat sangat mirip dengan Shyina.

Pak Arkan tersenyum lalu melangkah cepat menuju wanita itu. Tapi langkahnya seketika terhenti ketika wanita itu membalikkan badannya. Ternyata dia bukan Shyina.

Pak Arkan menghela nafas pelan "Aku kira dia kamu, na" batinnya.

Pak Arkan sudah sangat rindu dengan Shyina. Bagaimana tidak, sudah 3 hari ini dia tidak bertemu dengan Shyina. Jangankan bertemu, chat bahkan telfon dari Pak Arkan pun tidak pernah direspon oleh istrinya itu.

Pak Arkan juga sudah beberapa kali datang ke rumah Shyina , sekedar memastikan bahwa istrinya itu baik-baik saja. Tapi Pak Arkan kesana pun juga percuma. Karena orang yang dia harapkan tidak pernah mau menemuinya.

My Arkan Is My Husband [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang