BAB 51

8.4K 419 12
                                    

Anyeonghaseyoooo

I am kambekk

Seneng banget tau nggak, makin kesini makin banyak yang vote...
Sayang kalian banyak-banyak pokonya 😍🙆

~HAPPY READING~

Tengah malam, Shyina terbangun karena mendengar suara orang yang sedang muntah-muntah. Shyina menoleh kesamping, ternyata Pak Arkan sudah tidak ada disebelahnya.

Dia duduk dan mengedarkan pandangannya keseluruh kamar untuk mencari Pak Arkan. Tapi suaminya itu tidak ada disana.

"Huekk"

Shyina menolehkan kepalanya kearah kamar mandi dengan pintu yang terbuka lebar. Lalu dia turun dari kasur dan berjalan kesana.

Sampai didepan kamar mandi, Shyina langsung melebarkan matanya. Dia terkejut melihat Pak Arkan yang sedang berjongkok didepan kloset karena muntah.

"Kenapa muntah terus daritadi?" Tanya Shyina khawatir.

"Perut aku nggak enak sayang. Kamu kenapa bangun?" Tanya Pak Arkan lemas.

"Aku denger kamu muntah-muntah, jadi kebangun"

Pak Arkan kembali memuntahkan isi perutnya. Dengan sigap, Shyina langsung memijit tengkuk serta mengusap punggung suaminya itu.

"Udah?" Tanya Shyina.

Pak Arkan menganggukkan kepalanya.

Shyina membantu tubuh lemah Pak Arkan untuk kembali kekasur dan mendudukkannya disana. Pak Arkan langsung menyenderkan kepalanya didada Shyina karena tubuhnya yang terlampau lemas.

"Kenapa nggak bangunin aku?"

"Kamu baru tidur, aku nggak enak mau bangunin" ujar Pak Arkan.

"Sebentar, aku ambilin air anget dulu"

Shyina melepaskan pelukannya pada tubuh Pak Arkan. Dia berdiri dan langsung terduduk kembali setelah tangannya digenggam sama Pak Arkan.

"Disini aja. Jangan kemana-mana"

"Iya. Aku cuma ambil air, terus kesini lagi"

"Nggak mau air anget. Nggak suka" kata Pak Arkan.

"Yaudah kasih minyak kayu putih aja ya perutnya?"

Pak Arkan menggelengkan kepalanya "nggak mau. Nggak suka" katanya.

"Ya terus maunya apa? Dikasih minyak goreng?" Tanya Shyina emosi.

"Aku nggak suka bau minyak kayu putih na"

"Nggak usah dihirup baunya"

"Nggak bisa"

"Dikerokin mau?" Tanya Shyina.

"Enggak"

Shyina menghela nafas pelan. Dia harus extra sabar menghadapi Pak Arkan yang sedang sakit seperti ini. Karena suaminya itu akan sangat manja dan menyebalkan.

"Yaudah, biarin kamu muntah terus. Aku nggak mau ngurusin" ujar Shyina.

"Kamu kok gitu sama suaminya sendiri?"

"Ya mau gimana lagi? Suaminya aja nggak mau dibilangin. Bisa apa lagi aku selain pasrah"

"Sakit sayang kalo dikerokin"

"Kamu lihat blewah. Dia diem aja waktu dikerok. Masa kamu kalah sama blewah"

"Beda sayang. Dia kan buah" ujar Pak Arkan lemas.

My Arkan Is My Husband [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang