BAB 79

7.4K 447 26
                                    

Gaiss aku butuh bantuan kalian. Kalo misal ada typo, kasih tau aku ya. Biar nanti aku gampang revisinya. Makasih 🙏🙏

~HAPPY READING~

Sesuai dengan janjinya, saat ini Pak Arkan sedang menemani Shyina untuk pemeriksaan kandungan. Beruntung rumah sakit tempat Pak Arkan di rawat adalah rumah sakit yang sama dengan tempat Shyina memeriksakan kehamilannya. Jadi mereka tidak perlu bolak-balik lagi.

Sekarang mereka berdua sedang duduk di depan ruang dokter kandungan untuk menunggu antrian. Tadi Shyina sudah bertanya kepada dokter, apakah Pak Arkan boleh menemaninya untuk periksa kandungan. Dan ternyata dokter mengizinkan, dengan syarat Pak Arkan tidak boleh terlalu lelah. Karena jika dia kelelahan, kondisinya akan kembali menurun.

"Kepalanya masih pusing, nggak?" Tanya Shyina.

Pak Arkan menggelengkan kepalanya "Enggak. Pusingnya cuma kadang-kadang" jawab Pak Arkan.

Shyina kembali menatap lurus ke depan. Dia sangat bosan karena hari ini banyak orang yang memeriksakan kandungan juga. Jadi dia harus menunggu lama untuk masuk ke dalam ruang dokternya.

"Kenapa?" Tanya Pak Arkan.

"Bosen ishh. Dari tadi diem terus di sini" ujar Shyina kesal.

"Ya sabar. Namanya juga antri"

"Kan biasanya nggak antri kaya gini"

"Mungkin sekarang populasi ibu hamilnya lagi meningkat. Mangkanya banyak yang periksa"

Shyina tidak menjawab ucapan Pak Arkan. Dia hanya diam sambil menatap sepasang remaja yang sepertinya juga sedang memeriksakan kandungannya. Bukan remaja, tapi dari wajahnya mereka terlihat masih belasan tahun.

Shyina mencolek lengan Pak Arkan "Sayang" panggil Shyina.

"Hmmm"

"Lihat deh, dua anak itu"

Pak Arkan mengerutkan keningnya "Yang mana?" Tanyanya.

"Itu, yang duduk paling pinggir" bisik Shyina.

Pak Arkan mengedarkan pandangannya untuk mencari orang yang Shyina maksud. Sampai tidak lama kemudian, matanya menangkap sepasang manusia yang duduk di kursi paling pinggir, seperti yang dikatakan oleh istrinya.

Pak Arkan menunjuk kedua orang itu "Yang itu?" Tanyanya.

Shyina memukul tangan Pak Arkan "Nggak usah ditunjuk juga" ujar Shyina emosi.

"Emang mereka kenapa?"

"Masih kecil kok udah nikah, ya?"

Pak Arkan menatap Shyina datar "Mulai julid nya" ujarnya.

"Enggak julid. Aku cuma heran aja. Pikirannya itu loh gimana. Masa-masa kaya mereka tuh masih seneng-senengnya gitu, kan. Main sana sini, nongkrong bareng sama temen-temennya. Tapi ini malah lebih milih nikah"

"Ya mungkin udah kebelet"

"Aku aja dulu kalo nggak tiba-tiba di lamar sama kamu mungkin masih belum kepikiran buat nikah sampe sekarang" ucap Shyina sambil memainkan jari Pak Arkan.

"Terus kenapa dulu mau nikah sama aku?"

"Gimana nggak mau. Orang kamunya tiba-tiba ngambil keputusan sepihak" jawab Shyina ketus.

"Ya kan kamu bisa nolak"

"Awalnya aku pengen nolak. Tapi aku tau pasti kamu bakal ngeyel buat tetep nikahin aku. Dari pada buang tenaga, ya mending aku iya in aja"

"Kan aku nggak mau kamu di ambil sama orang lain. Jadi ya aku sat set"

"Padahal sebelum aku ketemu sama kamu, aku sempet di jodohin sama cowo ganteng, loh. Pinter lagi"

My Arkan Is My Husband [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang