BAB 21

11.4K 583 3
                                    

Wajib pencet bintang sebelum baca baastiee
Partnya panjang banget loh ini
Jangan bosen ya

~HAPPY READING~

21.00

Pak Arkan dan Shyina sudah berada diatas ranjang, lengkap dengan selimut tebal yang membalut tubuh mereka. Baru saja Shyina mulai terlelap, tiba-tiba dia mendengar rintihan seseorang. Shyina menolehkan kepalanya kesamping, dan ternyata itu adalah suara Pak Arkan

"Pak Arkan kenapa?" Tanya Shyina.

"Nggak papa. Kamu tidur aja, ini udah malem" jawab Pak Arkan pelan.

"Pak Arkan kenapa? Ada yang sakit?"

"Enggak. Udah kamu tidur aja ya"

"Pak Arkan jangan bohong sama saya. Saya tau Pak Arkan lagi nahan sakit" ujar Shyina khawatir.

"Bahu saya sakit"

Shyina langsung mengubah posisinya menjadi duduk. Dia melihat Pak Arkan yang sedang memegang bahunya. Terlihat dari wajahnya bahwa dia sedang menahan sakit.

"Kenapa nggak ngomong dari tadi?" Tanya Shyina.

"Saya nggak mau ngerepotin kamu malem-malem gini"

"Pak Arkan jangan ngomong gitu. Udah tugas saya ngurusin Pak Arkan. Kan Pak Arkan suami saya"

Pak Arkan hanya diam. Sebenarnya dia tidak enak kalau harus mengganggu Shyina di jam istirahatnya seperti ini. Walaupun Pak Arkan biasanya suka menjahili Shyina, tapi menurutnya itu adalah salah satu hal yang bisa mendekatkan mereka berdua.

Shyina mendekat kearah Pak Arkan, lalu ikut memegang bahu Pak Arkan yang katanya sakit.

"Yang mana yang sakit?" Tanya Shyina.

"Yang ini, na. Kayanya karena tadi kebentur aspal, mangkanya memar"

"Mau dipijit?"

"Nggak mau. Dielus aja"

Karena yang sakit bahu sebelah kiri, dan sekarang posisi Shyina disebelah kanan Pak Arkan, jadi dia memasukkan tangannya kebawah leher Pak Arkan. Pak Arkan langsung menyenderkan kepalanya di dada Shyina, lalu menyuruh Shyina untuk mengusap bahunya.

Setelah beberapa menit Shyina mengusap bahu Pak Arkan, dia tidak mendengar suara Pak Arkan lagi. Ternyata bayi besarnya itu sudah tertidur. Shyina yang awalnya berniat memindahkan kepala Pak Arkan ke bantal langsung batal karena Pak Arkan yang kembali merintih. Jadi mau tidak mau, Shyina harus memeluk Pak Arkan sampai pagi.
..........

Bukannya makin membaik, Pak Arkan mengatakan bahwa bahunya semakin sakit. Bukan hanya bahunya, bahkan seluruh tubuhnya terasa ngilu. Shyina sudah berulang kali menawarkan untuk ke rumah sakit, tapi suaminya itu selalu menolak.

Shyina masih tetap dengan posisinya semalam, yaitu memeluk Pak Arkan. Bagaimana tidak, Pak Arkan selalu mengeratkan pelukannya waktu Shyina mengatakan akan meninggalkannya untuk melakukan sesuatu.

"Udah ngabarin mama?" Tanya Shyina dengan tangan yang masih aktif mengusap bahu suaminya.

"Belum"

My Arkan Is My Husband [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang